09||See you Bali!

27 7 1
                                    

Kenangan mu tak akan terlupakan, terimakasih sudah mempertemukan saya dengan wanita tercantik yang saya miliki sekarang.
-Aresap Wiguna.

Tidak ada yang menarik dari sebuah kepergian, perpisahan bahkan sekadar kehilangan. Asep sedang mencoba melupakan mengenai masalahnya sejenak. Semenjak hari itu, Asep tak lagi menghubungi kedua orangtuanya bahkan sampai hari ini tepat hari keberangkatan nya menuju Turki. Asep sangat antusias sekali, tidak banyak barang yang dia bawa karena memang hanya itu saja.

"Sep, semua udah siap?" tanya Ciko datang dari balik pintu.

Asep menoleh sebentar, kemudian melanjutkan merapikan pakaiannya. "Tentu, sudah selesai saya hanya mengecek saja."

Ciko berjalan menuju kasur Asep sebelum itu dia melihat dulu siapa tahu ada barang Asep yang masih menyelip. "Lalu, bagaimana dengan orang tua mu?" ujar Ciko membuka suara kembali.

"Tidak ada yang berbeda, masih sama." jawab Asep seadanya.

Ciko menghela napas panjang, Asep masih tidak menelpon kedua orangtuanya padahal ibunya sudah mengingatkan bahwa restu orang tua sangatlah penting untuk keberlangsungan hidup anaknya.

"Tidak usah mendengus, saya juga tidak tahu bagaimana cara membujuk mereka," timpal Asep kembali yang mendengar helaan napas panjang Ciko.

"Apakah kau tidak usah berangkat saja Sep?" bujuk Ciko.

Asep memutar bola matanya malas, bagaimana bisa dia membatalkan keberangkatan nya sedangkan sore nanti dia akan flight "Kau jangan mengada-ngada Cik," jawab Asep mengingatkan.

"Sungguh, aku tidak mengada-ada lebih baik kau kembali ke desa mu dan meminta restu terlebih dahulu baru kau berangkat, sekalian juga kau ajak kekasihmu itu," usul Ciko.

Asep sempat berpikir, tidak mungkin dia membatalkan perjalanan hari ini dan kembali kerumah nya. Uang yang dipakai tidak lah sedikit bahkan biaya nya sangat mahal, jika dia membatalkan nya siapa yang akan membeli tiket kembali.

"Tidak bisa Cik, kau kira berapa harga tiket nya? Tidak mungkin aku membatalkan nya dengan sepihak saja, yang ada aku akan disuruh mengganti nya" ucap Asep yang masih belum selesai merapikan bajunya kedalam koper.

Ciko berpikir cara apalagi yang harus dia lakukan untuk melarang teman nya ini pergi, ibu Mira atau ibunya Ciko yang meminta untuk membujuk Asep agar tidak pergi. Bu Mira takut terjadi sesuatu pada Asep jika dia pergi tanpa restu orang tua.

Ciko menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu "Lalu, aku harus apa? Aku bingung juga," ujar Ciko frustasi.

"Kau tidak usah bingung, doakan saja aku tidak apa-apa. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi,"

"Baiklah, aku pulang sebentar ya nanti aku akan kembali lagi kesini untuk mengantar mu kebandara." ucap Ciko yang kemudian berlalu meninggalkan Asep sendirian.

Maafkan Asep pak, Bu, dik.- batin Asep miris.

Ciko memasuki rumahnya dengan wajah bingung, masih berpikir bagaimana membujuk Asep agar tidak pergi.

"Bagaimana apa dia mau?" tanya Mira yang baru kembali dari dapur.

Ciko menoleh mendapati ibunya yang baru keluar dari dapur sambil membawa makanan. "Tidak, dia tidak akan menunda keberangkatan nya Bu." ujar Ciko.

I am coming Istanbul [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang