"Keisha ya?" Suara berat yang memanggil namaku sontak membuatku menoleh. Tanganku yang semula sedang merogoh saku celana untuk mengambil hp sontak menghentikan pergerakannya.
Lelaki dengan hidung mancung dan rambut yang ditata untuk menutupi keningnya itu tampak ramah. Ia tersenyum lebar menampakkan gigi putihnya.
Seingatku namanya Nathan. Kalau diperhatikan, dia terlihat lebih tampan aslinya daripada di foto.
"Iya." Sahutku seraya tersenyum kecil.
"Gue Nathan. Walaupun lo belum pernah ikut ngumpul, tapi gue tau elo kok. Kita satu fakultas. Gue jurusan manajemen. Lo ekonomi kan?" Aku mengangguk membenarkan. Ternyata masih ada orang yang mengenaliku selain penduduk sejurusan. Ini keajaiban.
Akhir semester enam, itu artinya agenda rutin KKN sudah di depan mata. Pendaftaran untuk KKN memang sudah dibuka sejak awal semester lalu. Tes juga telah dilakukan sebelum pembelajaran semester enam benar-benar berakhir. Sekarang tinggal eksekusi saja.
Minggu lalu saat kelompok KKN sepakat untuk berkumpul, aku tak ikut karena aku harus keluar kota. Bibiku meninggal dunia akibat serangan jantung.
Semuanya terjadi begitu mendadak. Rencana berkumpul yang sudah anggota kelompokku rancang terancam batal karena diriku. Tapi aku berusaha meyakinkan mereka kalau aku akan mendukung setiap keputusan yang mereka buat pada saat pertemuan itu.
Tak mungkin lagi rasanya diundur karena waktu KKN sudah mepet. Belum lagi merencanakan sejumlah program kerja yang akan kami lakukan selama masa KKN. Jadilah mereka semua merencanakannya tanpa kehadiranku. Termasuk memilih ketua kelompok beserta jajarannya.
Kalaupun aku hadir, sebenarnya tak banyak yang akan berubah. Aku pun bukan orang yang terlalu aktif, cenderung lebih suka diam dan mengamati. Namun jika menemukan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang aku yakini, barulah suaraku mulai muncul. Itu pun jarang sekali.
Mereka bahkan sudah kenal satu sama lainnya. Hal itu tampak dari perubahan tata bicara mereka di grup kami sejak pertemuan itu. Mereka jadi lebih sering berceloteh dan melemparkan candaan. Sementara aku, betah menyimak.
Kelompok KKN ini awalnya terdiri dari 12 orang. Tapi sayangnya sekarang kami hanya tersisa 10 orang karena 2 orang lainnya terpaksa batal ikut KKN dikarenakan masalah kesehatan dan ikut kegiatan pertukaran mahasiswa. Padahal salah satu dari mereka jadi salah satu teman potensial bagiku karena sejak awal dia yang mulai menghubungiku dan mulai mengakrabkan diri.
Anggota kelompokku yang berjumlah 10 orang terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan. Mulanya jumlah keduanya sama, tapi karena ada yang tidak jadi ikut makanya jumlah pria menjadi lebih banyak.
Cukup kaget juga sebenarnya melihat banyaknya lelaki dikelompokku. Sebab dikelompok lain wanita lebih mendominasi. Apa karena kami akan pergi ke pedalaman ya? Makanya para pria cukup banyak demi keamanan. Aku pun tak tau pasti.
Memang, aku bukan tipe mahasiswa yang aktif di kampus. Bukan tipe mahasiswa kupu-kupu juga, tapi aku memang tak seaktif seperti kebanyakan mahasiswa yang namanya santer terdengar karena menduduki jabatan penting di dalam organisasi.
Aku bukan tipe orang yang gampang akrab dengan orang lain. Biasanya lebih suka didekati daripada mendekati. Karena aku tak punya jurus andalan untuk mengawali percakapan. Apalagi mengingat begitu banyaknya kepribadian yang berbeda sehingga agak sedikit menyulitkan buatku.
Pernah sekali aku mencoba mendekatkan diri dengan seorang temanku di kampus, alhasil aku dicap sebagai orang yang sok akrab. Lucu bukan?
Sejak itulah aku benar-benar menghindari yang namanya mengawali percakapan. Harus ada yang memulai lebih dulu, baru aku bersedia untuk mengambil langkah selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja (Update Setelah Revisi)
ChickLitKita bertemu dikala senja. Kita juga berpisah dikala senja. Padahal yang aku tau langit dan senja tak akan terpisahkan, karena setiap hari mereka selalu bersama. Meskipun hanya sesaat. Sama seperti langit dan senja yang hanya bertemu sesaat, begitu...