Hal pertama yang aku lakukan adalah menghembuskan nafas panjang, pertanda bahwa aku baru saja melepaskan sedikit beban yang berada di dadaku. Meskipun dihadapkan dengan revisi, tapi aku patut bersyukur karena berhasil melewati tahap ini.
Harus ku akui bantuan Langit sangat mempengaruhi jalannya seminar proposal hari ini. Hampir semua pertanyaan yang ia berikan padaku ketika kami latihan di apartemen, ternyata juga menjadi pertanyaan dari dosen pengujiku. Aku bahkan mampu menghilangkan kegugupan karena aku menganggap kalau saat seminar proposal sama seperti ketika latihan bersama Langit. Maka dari itu aku bisa lebih tenang dan berhasil menjawab tanpa terbata-bata. Ingatkan aku untuk berterima kasih padanya nanti.
Ku langkahkan kaki keluar dari ruangan dan langsung berhadapan dengan Langit yang berada di depan pintu dengan membawa buket berisi berbagai macam makanan ringan. Ia yang menyambutku dengan senyuman membuat sudut bibirku ikut tertarik ke atas.
Padahal ketika melepasku tadi, ia merengut karena aku tak mau memberikannya sebuah pelukan. Mau bagaimana lagi? Kami berada di kampus. Sudah barang tentu aku menolak karena tak ingin jadi bahan obrolan.
Bukan Langit yang aku tuju lebih dulu, melainkan Liana yang berdiri di belakangnya. Aku tau suamiku itu pasti sedang cemberut sekarang. Padahal ia sangat berharap kalau dialah orang pertama yang akan memberikan selamat.
"Siapa yang ngasih tau gue sempro hari ini?" Kehadiran Liana tak pernah aku duga sebelumnya. Padahal setauku hanya Langit dan Dani yang tau jadwal seminar proposalku. Ngomong-ngomong tentang Dani, di mana dia sekarang? Kenapa tidak datang?
"Atha." jawabnya. Ku lirik Langit yang menghadap ke arahku sembari menunggu giliran mengucapkan selamat. Senang rasanya melihat ia cemberut karena tak mendapat apa yang inginkan.
Aku tak punya teman dekat di jurusanku, karena itulah Langit memberitahu Liana sehingga wanita itu datang. Tak mengherankan lagi jika Nathan juga hadir.
"Selamat revisi dan penelitian." Ini adalah kalimat yang santer terdengar ketika baru saja melewati tahap seminar proposal. Sejujurnya aku ingin menikmati hari ini tanpa kata 'revisi'. Mendengarnya saja sudah membuatku lemas.
Dani yang berlari dari kejauhan pun tak luput dari perhatianku. Dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan, ia akhirnya bisa mendekat ke arahku. Aku kira ia tak datang.
"Gue dikibulin sama dosen. Dua jam nunggu dosennya gak jadi dateng karena suaminya gak mau ditinggal." ucapnya terbata-bata. Suaminya tak mau ditinggal? Manja sekali.
"Ah, anaknya maksud gue. Tau gitu mending gue dari tadi ke sini." terangnya kemudian.
Sebenarnya aku tak butuh penjelasan panjang lebar. Aku hanya ingin hadiah karena ia sudah berjanji padaku bahkan saat kami masih semester awal.
"Hadiahnya mana?" pintaku tanpa basa-basi.
"Ya Tuhan, punya temen cewek satu tapi gini amat ya?" Ku majukan bibir sedikit merajuk. "Nih! Kesukaan lo semua." Kresek putih berukuran cukup besar ia sodorkan padaku yang langsung aku ambil alih dengan semangat. Cemilan lagi!
"Makasih Dani." ucapku bersungguh-sungguh. Yang jelas aku menerima hadiah dulu, urusan balas budi biar menjadi urusan Langit. Istri durhaka memang.
Mataku menyapu satu persatu wajah orang yang datang memberikan ucapan selamat padaku hari ini. Jujur, aku bahagia dengan kehadiran mereka. Ketika kedua netraku tertuju pada Langit, aku sontak mengulum senyum geli. Tak ada lagi wajah bersemangat yang ia tunjukkan, digantikan oleh senyum kecut karena ia tak mendapat perhatian dariku.
"Jadi suaminya yang terakhir nih?" goda Nathan, yang aku respon dengan mengedikkan bahu.
Lagian hadiah dari Langit bisa aku terima nanti, karena aku ingin ruang privasi bersamanya. Sekalian mengucapkan terima kasih karena ia sudah membantuku. Melihat ia berusaha menyembunyikan wajah kesalnya itu membuatku sedikit terhibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja (Update Setelah Revisi)
Literatura FemininaKita bertemu dikala senja. Kita juga berpisah dikala senja. Padahal yang aku tau langit dan senja tak akan terpisahkan, karena setiap hari mereka selalu bersama. Meskipun hanya sesaat. Sama seperti langit dan senja yang hanya bertemu sesaat, begitu...