"Ekhem yang abis lamaran auranya emang beda ya." Ucapan Dani seketika membuat beberapa wanita yang duduk di tribun bawah menoleh ke arahku. Nadanya kenapa langsung tinggi sih? Kadang aku sering mengira kalau Dani ini adalah perempuan, mengingat suaranya yang agak melengking meskipun ada beratnya.
"Sstt!" Ia memberikan cengiran lebar saat menangkap isyarat telunjuk di depan bibir yang aku berikan. Tanpa banyak bicara, ia mendaratkan pantatnya di sampingku. Ke mana saja dia? Kenapa baru datang?
Sedari tadi beberapa orang yang duduk di tribun bawah sedang asik menyemangati para pria yang sedang bertanding di lapangan. Salah satunya adalah Langit. Melalui seragam yang mereka gunakan, aku tau kalau mereka adalah bagian dari fakultas teknik. Salah Langit juga karena membawaku ke tribun yang dipenuhi oleh penghuni fakultasnya. Padahal seharusnya aku tak ditempatkan di sini.
Berbagai turnamen antar fakultas sedang berlangsung saat ini. Turnamen ini diselenggarakan oleh kampus setiap tahunnya, ditujukan khusus bagi mahasiswa yang akan memasuki tingkat akhir. Salah satunya adalah pertandingan voli. Langit menjadi salah satu pemain yang ikut dalam pertandingan kali ini. Ia bahkan sudah bertanding sejak hari pertama hingga sekarang, yang sudah memasuki babak semi final.
Langit bahkan tak sekalipun absen dari pertandingan, tapi ia tetap mengambil bagian dalam persiapan lamaran di rumahku. Apalagi setiap pagi dan sore, ia juga yang bertugas mengantar dan menjemputku ke tempat magang. Kalau aku jadi dia, mungkin aku sudah tepar karena terlampau lelah.
Belum genap 24 jam acara lamaran dilangsungkan. Hari Sabtu adalah hari yang dipilih karena aku sedang libur magang. Lagian kalau bagi keluarga Langit, mereka hanya bisa saat weekend mengingat kesibukan mereka masing-masing.
Langit memboyong beberapa anggota keluarganya ke rumahku. Meskipun tidak keluarga besar, tapi tetap ramai. Ada Om Hadi, adik dari almarhum ayahnya yang menjadi pembicara menggantikan posisi seorang ayah. Bunda hadir bersama Nathan dan Nesa beserta orang tua mereka, Tante Yaya dan Om Fadli.
Kemarin pula aku baru tau fakta bahwa Nesa dan Nathan adalah saudara kandung. Sedari awal aku sudah tau kalau mereka sepupu Langit. Namun aku tak tau kalau mereka saudara kandung.
Aku juga sempat mengobrol banyak dengan Nesa. Berbeda dengan persepsi awalku saat bertemu dengannya waktu itu, Nesa sungguh berubah. Terungkaplah fakta bahwa sikapnya tempo hari atas permintaan Langit. Pria itu ingin mengetesku. Apakah aku cemburu atau tidak. Aku bahkan belum sempat memberikan pelajaran padanya karena memberikan tes dadakan yang membuatku campur aduk. Apa sebagai balasannya aku buat yang setara saja? Bukan ide yang buruk.
Berbagai seserahan masih memenuhi kamarku saat ini. Belum ada yang dibuka selain seserahan berupa makanan. Sayang jika dibuka, karena sudah diatur dengan sangat baik. Aku tak mau menghancurkan kerja keras orang yang telah membuatnya.
"Lagian dia udah posting di sosmed kok, foto lamaran kalian." Seru Dani. Kapan?
"Emang iya? Kok gue gak liat?" Dani merogoh saku celananya dan memperlihatkan postingan yang Langit upload beberapa jam setelah lamaran itu berlangsung. Aku saja belum dapat foto itu. Bagaimana bisa dia sudah memilikinya?
Ada potret saat aku tengah memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manisku. Untungnya foto itu hanya menampakkan separuh wajahku. Sehingga tak semua orang akan mengenali siapa wanita di balik foto itu selain orang yang mengenalku.
Keisha Senja Adhara, perempuan yang saya kenal sejak saya masih berseragam putih abu-abu. Setelah mengenal Dhara cukup lama, banyak hal yang saya tau tentang dia. Meskipun tentu saja tak sebaik Ibu dan Ayah yang mengenalinya sejak ia hadir ke muka bumi.
Saya senang dengan kepribadian Dhara yang baik, meskipun kadang cuek tapi ia peduli dengan orang di sekitarnya, dan saya selalu merasa nyaman ketika berada di sampingnya. Saya yakin Dhara adalah wanita yang tepat untuk mendampingi saya. Saya berjanji akan selalu berusaha dengan segenap kemampuan saya untuk menjaga putri Ayah dan Ibu, seperti Ayah dan Ibu menjaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja (Update Setelah Revisi)
ChickLitKita bertemu dikala senja. Kita juga berpisah dikala senja. Padahal yang aku tau langit dan senja tak akan terpisahkan, karena setiap hari mereka selalu bersama. Meskipun hanya sesaat. Sama seperti langit dan senja yang hanya bertemu sesaat, begitu...