Help me, please!

10K 891 10
                                    

Liam's POV

Setelah mengantar Naya ke universitasnya, aku segera pergi menuju tempat tujuan awalku, basecamp one direction.

Beberapa pintu yang terjejer di lorong ruangan tempat the boys biasa berkumpul ini merupakan kamar-kamar yang memang disediakan pihak management untukku dan yang lain apabila ingin bermalam di tempat ini. Mengingat kegiatan kami yang cukup padat dan terkadang diharuskan bekerja hingga larut malam atau bahkan hingga pagi hari. Walau kamar antar kamar terpisah dari luar, tetapi setiap dinding yang membatasinya akan ada sebuah pintu di dalam kamar-kamar tersebut. Membuat kami leluasa untuk saling berkunjung satu dengan yang lain.

Ya, tentunya tidak hanya ada kamarku, Harry, Niall, Zayn dan louis saja. Ruang rias, ruang rekaman, ruang diskusi, dan lain sebagainya pun juga terjejer di lorong ini dan beberapa lantai lainnya. It's one direction's basecamp, guys haha.

"Hi, mate!" sapaku saat memasuki ruangan berkumpul kami yang kemudian memberikan tos tangan singkat pada Harry dan Niall.

Wait, where are the boo bear and the bradford bad boy?

"Dimana Louis dan zayn?" aku mendudukan diriku tepat di samping Harry yang sedang bermain dengan macbook di pangkuannya.

"Louis with Ele go shopping, and Zayn with Perrie go out but i don't know what they going to do." ujar Niall yang tidak henti-hentinya memakan chips di tangannya sembari bermain ponsel.

Klek.

Pintu ruangan yang tiba-tiba saja terbuka berhasil membuatku dan Niall menoleh ke arah pintu tersebut. Sedangkan Harry tetap memfokuskan diri pada macbooknya. Gadis berambut ungu dengan lelaki berjambul coklat yang kini mulai memanjang itu memasuki ruangan dengan tautan kedua tangan mereka yang mengayun di antaranya.

"Hi, Li!" Zayn segera menghampiriku dan diikuti oleh gadis yang berstatus kekasihnya itu.

"Hi!" balasku sembari tersenyum simpul ke arahnya.

Entahlah.. Jika aku melihat Zayn dan Perrie seperti ini, mengingatkanku pada naya. Oh, aku sangat kasihan padanya.

Zayn dan perrie mengambil tempat duduk di sebelahku. Sofa ini memang cukup panjang. Sekitar 6 hingga 8 orang dapat mendudukinya secara bersamaan.

Aku menyibukkan diri dengan bermain ponsel genggamku. Harry dan Niall kini memutuskan untuk bermain playstation. Zayn dan Perrie yang masih berada di sampingku hanya mengobrol biasa layaknya sepasang kekasih.

But, it's weird.

Zayn sepertinya terlihat hanya diam saja dan membiarkan Perrie berbicara tanpa hentinya. Hanya sekata dua kata yang ia lontarkan saat perrie mengajaknya berbicara. Pandangannya pun kosong entah memikirkan apa.

"Zayn? Are you ok?" bisikku sembari menyikut pelan lengannya saat Perrie sedang fokus dengan ponsel di genggamannya.

Kulihat zayn terkesiap dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Uh--mm, yeah. I don't know, Li." ia hanya menatapku singkat lalu mengedikkan kedua bahunya.

"Apa yang sedang kau fikirkan?"

Ia terdiam sejenak , "I feel uncomfortable with something."

"And what is it?"

"Sungguh, aku tidak tahu." ia memejamkan matanya sejenak seraya menghela nafas panjang--kupikir untuk menenangkan diri. Seperdetik kemudian, Perrie kembali mengajaknya berbicara yang membuatnya mengalihkan pandangannya ke arah gadis itu.

Willing To Feel The Pain [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang