Regret

11.2K 991 211
                                    

HALO HALO HALOO
Huuft maafbangeet aku ngilang SATU BULAAN inii astagaaa:(( yaampun parah lama bgtt yaa..

Tadinya aku udah mau update sekitar 3minggu yg lalu, bahkan mau double update.. but the sht thing happened:( pas aku mau publish kemaren,wattpad tertutup scr tiba2 dan dang! gabisa kebuka sampe berhariii2:' baru sekitar seminggu yg lalu akhirnya aku coba install ulang utk kesekian kalinya, so finally it worked again. tp lagi2 hal paling menyesakkan terjadi.. boom! draftsku hilang s e m u a. nyesek bgt ga sih?! and yeah.. sempat berputusasa sendiri mengulang ceritanya kembali:') dan dikarenakan aku yg ikut sebuah organisasi di sklhku,jd aku superduper sibuk bgt! hampir tiap hari hrs plg malem:' #maafcurhat

Jadi yaabegitulah aku menghilang hingga selama ini.. sekali lagi aku minta maaf yaaa huhu aku sangat merasa bersalah karna ngephpin gt kemariiin T.T

Hari ini aku update satu dulu yaa, kalo gak besok/lusa aku bakal double update sebagai pengganti keterlambatanku yg super parah^^ tp tergantung banyaknya vomment yaa huhehe:3

Enjoy & keep vomments if u like it♡

--

"Akan kubuatkan kau teh hangat. Tunggu disini." Naya berlenggang pergi ke dapurnya, berniat membuatkan teh hangat untuk Cameron yang terlihat sedikit kedinginan akibat tertidur di depan rumahnya.

Lelaki itu pun hanya mengangguk dua kali seraya tersenyum simpul. Menunggu Naya yang tak lama kemudian membawa sebuah cangkir di tangannya dan menyodorkannya pada Cameron yang tetap tidak memudarkan senyuman di wajahnya.

"Thanks."

Kini giliran Naya yang menganggukan kepala. Ia mengambil tempat duduk tepat di samping Cameron, menatap dengan lekat kakak dari sahabatnya tersebut yang tengah meneguk minuman buatannya.

"Cam, bagaimana kau bisa tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi padaku?"

Menaruh cangkir yang belum seluruhnya habis di sebuah meja yang berada di depannya, ia menolehkan kepala ke arah Naya, "Sudah kukatakan, kau tidak menjawab panggilanku."

"Hanya karena itu?"

"Entahlah. Aku hanya memiliki perasaan yang kurang mengenakan jika memikirkanmu tadi."

"Kau memikirkanku, eh?" goda Naya seraya menaikan satu alisnya dan tersenyum miring.

Cameron memutar kedua bola matanya malas, "Terserah kau." gadis itu terkekeh pelan mendengar jawaban lelaki di sebelahnya, "Naya--uhm, apa yang terjadi padamu?"

"Uh, aku bertemu dengan Zayn."

"Lalu?"

Mengedikkan bahu singkat, Naya menundukan kepalanya, "Aku hanya menjadi sangat lemah sekarang ini, Cam. Too much tears."

"Hey, kau menangis bukan berarti kau gadis yang lemah atau cengeng. Kau sudah terlalu lama menahan semua perasaanmu, Naya. I understand that you can't do it anymore. You just got enough for all of your pains."

"I don't know." Naya menghela nafas panjang sembari memejamkan matanya cukup lama. Sejurus kemudian, ia membukanya kembali dan mendongakan kepalanya menghadap Cameron, "Kuyakin kau belum makan malam, bukan? I will make it for us. Uhm, even it's too late. But yeah, i'm a little bit hungry too."

Tak ingin membuat gadis berambut brunette itu terhanyut dalam kesedihannya lagi, Cameron hanya mengangguk beberapa kali dan membiarkan Naya beranjak dari duduknya. Pun Naya kembali berlalu menuju dapur rumahnya untuk membuatkan makan malam.

"Kau gadis yang kuat, Nayalla. Aku yakin itu."

--

"Ayolah, Zayn. Kau ingin makan malammu lenyap oleh Niall seperti makan pagi dan makan siangmu?"

Willing To Feel The Pain [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang