The food in the rain

11.5K 1K 24
                                    

Zayn's POV

Sebenarnya aku sangat ingin ikut bersama teman-temanku untuk pergi membeli makan siang.Sungguh, aku lapar.

Tapi sepertinya ada yang lebih penting daripada urusan perutku.

Yeah, Perrie.

Kekasihku selama beberapa bulan terakhir ini.

Ia adalah seorang penyanyi terkenal sama sepertiku.Menawan,cantik dan bertalenta.Cukup sempurna bagiku, right?.Walau saja terkadang ia suka merepotkanku dengan sifat manja dan terlalu mewahnya itu.Untunglah aku mencintainya, jadi sifatnya itu tidak pernah membuatku berfikir untuk putus dengannya.

Kini aku sedang memberitahu Perrie tentang rencana mom yang akan menjodohkanku dengan gadis lugu yang kuketahui telah menyukaiku sejak dulu,Nayalla Faith Carseline.

Tentu saja aku tidak akan membiarkannya lebih marah padaku lagi jika tiba-tiba saja ia mendengar berita tidak meng-enakan di media social tentang ini.Karna kau tahu?ia sudah sangat marah padaku walau saja kini aku telah memberitahunya secara baik-baik.

"Baiklah, aku akan membelikan makanan untukmu di tempat makan terdekat." sejujurnya, aku mendengar semua ucapan Naya kepadaku saat aku fokus pada ponsel ditanganku karna Perrie.Tapi aku benar-benar tidak ingin berbincang dengan siapapun.Aku hanya ingin Perrie dapat mengerti posisiku dan ia tidak marah lagi padaku sehingga masalah dapat selesai.

Author's POV

Zayn masih menggerutu sendiri dengan iPhone di tangannya, Perrie sangat susah untuk mengerti posisi Zayn kini.Saat ini mungkin Perrie sudah berhenti marah pada Zayn,tapi ia tetap tidak bisa mengerti keadaan Zayn.Dan mungkin akan marah kembali di saat tertentu karna hal ini.

"Hey!kau tidak lapar, Zayn?" teguran Niall yang baru saja kembali bersama ketiga temannya yang lain berhasil membuat Zayn tersentak.

"Niall!kau mengagetkanku,bro!" ucap Zayn seraya memalingkan pandangannya kepada Niall dari ponselnya.

Niall hanya terkekeh mendengar celotehan Zayn karna teguran yang cukup mengangetkannya itu. "Kau terlalu serius dengan ponselmu sejak tadi, mate." kali ini Liam yang berbicara lalu melempar tubuhnya ke sofa merah di pojok ruangan.

"Kalian tahu, bukan?Perrie.Yeah, begitulah." Zayn mengedikkan kedua bahunya, "Hey!apakah kalian membelikan makanan untukku?" sambung Zayn seraya beranjak dari duduknya.Menghampiri teman-temannya berharap mereka membawakan makanan untuknya.

"Nope.Kau tidak memesan apapun, Malik." ucap harry sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Arghh!benarkah?" Zayn mengacak-ngacak rambutnya frustasi.Ia benar-benar merasa lapar kini.Sedangkan cacing di perutnya sudah meronta-ronta sejak tadi.

"Zayn,dimana Naya?" ucap Louis yang dapat membuat kelima lelaki itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari keberadaan Naya.

Zayn tersenyum miring mengingat Naya sedang membelikan makanan untuknya, "Ahya,ia bilang ingin membelikan makan siang untukku.Aku baru ingat."

"What?!membeli makanan?dengan siapa?memangnya ia membawa mobil?" tanya Harry dengan berderet pertanyaan yang terdengar cukup khawatir di nada suaranya.

Zayn mengangguk, "Sendiri.Dan tidak,ia tidak membawa mobil.Memangnya kenapa?"

"Diluar sana hujan deras bodoh!bagaimana ia dapat berpergian sendiri tanpa menggunakan mobil atau sebagainya?"

Tok..tok..tok..

Terdengar 3 kali ketukan pintu yang berhasil membuat kesepuluh pasang mata--karna ada lima orang di dalamnya-- memalingkan pandangannya ke arah pintu masuk.

Willing To Feel The Pain [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang