Press Conference

5.7K 566 91
                                    

Ok baiklah..
Aku tau aku super jahat karna menghilang gitu aja dan gamuncul2 selama 6 bulan inii. And i wanted to apology to all of youu:(

Aku bener-bener minta maaf bangett karna gak update segini lamanyaa.. Aku yakin diantara kalian pasti ada yang udah lupa atau mungkin bosen sama ceritakuu:'' gatau kenapa otakku kaya literally ngestuck di chapter sebelumnyaa dan akhirnya akupun memutuskan untuk memfokuskan diriku ke social life dulu selama beberapa bulan kemarin.

But now, aku udah kembali bersemangat untuk melanjutkan cerita ini lagi yay! dan berkat dorongan dari kalian juga aku akhirnya menemukan semangatku lagi hehehe^^

Once again, i'm truly sorry about the supermega late update:( Aku mohon pengertiannya yaa hehe. much l000ve<3

Ah! aku juga mau sangaaat berterimakasih buat kalian yang udah/masih sabar nunggu ceritaku ini^ You all are the best! thank you so much guys! aku bener2 menghargai kalian

(Sorry if the story is getting weird..)

--

"Kau yakin lelaki sore tadi tidak dekat denganmu?"

"Astaga, Zayn. Kau sudah menanyakan hal ini untuk kelima kalinya." gadis itu menghela nafas panjang dan memutar kedua bola matanya geram, "Daryl tidak dekat denganku. Kami hanya berteman. Bahkan, aku baru kali pertama berbincang dengannya. Oh, tuhan.. aku sudah mengulang perkataanku tersebut berulang kali."

Tampak Zayn yang tertawa kecil seraya mendekati Naya yang tengah mengerjakan tugas kuliahnya, "Hanya ingin memastikan."

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya pelan yang kemudian kembali memfokuskan pikirannya ke dalam segala kewajiban mahasiswinya saat ini, "Kau tidak kembali ke basecamp? Bukankah kau seharusnya--"

"Tidak. Esok akan ada Press Conference, kau ingat? Acara itu baru akan mulai pukul 1 siang. Sedangkan jika aku berada di basecamp, tentu aku akan merasa bosan karena kuyakin tidak ada yang dapat kulakukan. Kami akan mulai  bekerja keras setelah Press Conference terlaksana. So yeah, lebih baik aku menikmati waktu istirahatku sejenak di rumah ini bersamamu."

Naya menundukan kepalanya sesaat setelah merasakan pipinya yang memerah.

"You're blushing." mencubit pipi Naya yang kini sudah berubah warna, membuat gadis itu menggerutu tidak terima seraya menangkup pipinya dengan kedua tangannya.

"I'm not blushing."

"Yes you are."

"Zayn." Naya menghempuskan nafasnya cepat karena menyadari keberadaan Zayn yang terus menganggu kegiatannya--walau sesungguhnya tidak benar-benar menganggunya, tetapi saat ini Naya hanya ingin menyelesaikan tugas akhir semesternya terlebih dulu, "Aku ingin mengerjakan tugasku."

"Kapan kau akan selesai?"

"Entahlah."

"Aku mengantuk."

"Sleep, then."

Membuka mulutnya lebar-lebar akibat rasa kantuk yang melandanya, Zayn menganggukan kepalanya dua kali yang lalu segera beranjak dari tempatnya. Sedangkan Naya, masih terus melanjutkan tugasnya walau waktu kini sudah hampir menunjukan tengah malam.

Beberapa saat kemudian, Naya tetap tidak mendengar suara decitan pintu terbuka ataupun tertutup. Pikirnya, jika memang Zayn ingin pergi tidur, bukankah seharusnya ia keluar dari kamar Naya dan pergi ke kamarnya?--ya, walaupun dua hari kemarin Zayn sempat tertidur bersamanya secara tidak disengaja, tetapi ia tetap memiliki kamar miliknya sendiri, bukan?

Willing To Feel The Pain [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang