Meet Perrie

10.5K 1K 265
                                    

Astagaa maaf banget baru update sekarangg:( wattpadku kemaren kambuh lagii hiks:' jadi baru bisa dibuka sekitar 3 hariaan huhu maaf yaah:(

Dan kaya biasa, aku mau berterimakasih banget buat yang udah vomment(s) di chap2 sebelumnyaa! i'm soooo thankful for you guys♡

Enjoy! xx

--

"And that's why i like her. I mean, she's amazed me, mate. I adore her so badly."

"Harry's right, Zayn. She seems like.. she gives her happiness to you." Liam menambahkan ucapan Harry seraya terduduk mengikuti Zayn yang telah kembali setelah mengantar adiknya ke kamar gadis kecil itu.

Menghela nafas panjang, Zayn mengambil kertas putih yang sebelumnya ia tinggalkan di atas sofa, dan membacanya lagi dari awal.

"Shit!" ia melempar secarik kertas di tangannya tersebut setelah meremasnya menjadi bola kecil yang tak berbentuk dengan geram.

Keempat temannya hanya dapat menatapnya terdiam tanpa melakukan apapun. Zayn is angry, and don't you dare to do or to say something upon him while he's in this condition.

"Aku harus menemui Perrie." ujarnya cepat dan segera beranjak dari tempat duduknya. Diikuti oleh Liam, Harry, Louis, dan Niall yang baru saja mengambil beberapa cookies di meja makan rumah ini.

"Zayn, biar aku yang menyetir." cegah Harry sembari menghalangi tangan Zayn yang baru saja ingin membuka pintu bagian pengemudi.

Terdiam sejenak, pun akhirnya Zayn mengangguk dan beralih mengitari depan mobil menuju kursi di sampingnya.

Tidak ada seorangpun yang berusaha memecahkan keheningan yang sangat tidak biasa terjadi ini selama perjalanan. Hanya terdengar suara kunyahan dari mulut Niall yang tengah memakan cookies di tangannya.

--

"I really don't want to see him for this time, Cait." Naya memeluk sahabat blonde-nya yang pula mengusap dengan lembut punggungnya, mencoba menenangkan gadis itu yang lagi-lagi tergenang oleh air mata.

"I understand, Naya. But please, stop crying, ok? Kupikir kau sudah terlalu banyak menangis hari ini. Untuk apa kau mengeluarkan butiran-butitan kristal yang sangat berharga itu untuk hal yang sama setiap saatnya?"

Menjauhkan diri, Naya menyeka air matanya dan menganggukan kepala dua kali, "Kau benar." ujarnya seraya mencoba menarik kedua ujung bibirnya.

"Aku tidak pernah menyangka bahwa seorang Zayn Javvad Malik akan mengatakan seluruh kalimat menyakitkan itu pada gadis sepertimu. Maksudku, kau terlalu baik untuk menerima perkataan-perkataan tersebut. Bukan begitu, Cam?" Caitlin mendelik ke arah kakak laki-lakinya yang tengah bersandar pada sebuah tembok pembatas dengan kedua tangannya yang tersilang di depan dada, sembari memperhatikan kedua gadis yang terduduk di sofa ruang tengahnya.

"I absolutely agreed with you." balasnya diiringi dengan senyum tipis di wajahnya.

Naya menghela nafas panjang dan memejamkan matanya cukup lama. Mencoba menetralisir kembali perasaannya yang entah sampai kapan akan terus terpecah belah seperti saat ini.

"Aku dan Cameron akan mengantarmu pulang." Caitlin beranjak dari duduknya yang lalu mengulurkan tangannya ke arah Naya.

Melihat dahi Naya yang mengerut serta kepalanya yang sedikit ia miringkan--seakan berkata, 'Apa yang kau bicarakan? i told you that i don't want to go back.'--cepat-cepat Caitlin menggelengkan kepalanya beberapa kali, "Maksudku, mengantarmu pulang ke rumahmu, dan bukan ke rumah Zayn."

Willing To Feel The Pain [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang