Give Up

12.1K 1K 283
                                    

"I'm broken." Naya menatap dalam kedua mata Zayn yang pula menatapnya hingga tak berkedip, "Do you hear me, Zayn? I'm broken because of you."

Zayn merasakan sebuah desiran yang sama dalam hatinya seperti saat Naya memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Nafasnya seakan tercekat ketika lagi-lagi melihat air mata yang jatuh dengan mulus dari kedua mata gadis cantik di depannya.

"Please, listen to me." tangan Zayn mencoba merayap ke arah pipi Naya yang terbungkus oleh air mata.

Mengindari sentuhan Zayn, Naya menggeleng dan melangkah mundur menjauhi lelaki itu, "Kau tidak mengerti, Zayn."

"I understand, Naya. Kumohon, biarkan aku menjelaskannya."

"Jika kau mengerti, kau tidak akan membiarkanku merasakan ini semua!" Naya meninggikan nada suaranya seiring dengan air mata yang terus berjatuhan. Untunglah kedua kakinya tadi membawanya berlari hingga ke tempat yang tidak cukup dipadati oleh orang-orang yang berlalu lalang.

"Kau tidak akan membiarkanku melihatmu berpelukan dengan Perrie! Kau tidak akan membiarkanku melihatmu berciuman dengannya! Kau tidak akan membiarkanku melihatmu tertidur di pundaknya! Kau tidak akan membiarkanku melihatmu saling menautkan tangan dengannya! Kau tidak akan membiarkanku melihatmu menyanyikan lagu untuknya! Kau tidak akan membiarkanku melihatmu ingin memberikan jaketmu untuknya! Dan kau tidak akan membiarkanku mendengar seluruh ucapanmu malam itu padaku!"

Naya menghentikan ucapannya sejenak dan menghela nafas panjang. Menyeka air matanya yang lalu kembali berucap, "Kau tidak akan pernah mengerti, Zayn. Kau tidak akan pernah mengerti diriku yang mencintaimu 7 tahun lamanya. Mengorbankan perasaanku hanya demi kau, hanya demi melihatmu tersenyum walau akulah yang harus merasakan kepedihan. Apakah kau pikir menahan sesak yang begitu berat merupakan perkara mudah? Menahan air mata yang hampir setiap saatnya terbendung agar tidak keluar begitu saja merupakan hal yang mudah? It was hard! Pretending that i'm okay in front of you and become a whiny girl behind you. I couldn't take it, Zayn. I'm not strong enough for this anymore."

"Nayalla, kumohon dengarkan aku lebih dulu."

"Tidak, Zayn. Aku telah mendengar semuanya darimu malam itu. Perrie benar. Aku tidak pantas untukmu. Aku hanyalah seorang gadis biasa yang kini telah menghancurkan hidup seorang bintang besar dunia." gadis itu tersenyum miris seraya menghentakkan tangannya hingga terlepas dari genggaman Zayn, "I give up."

Naya semakin melangkah mundur untuk berlalu pergi, meninggalkan Zayn yang entah mengapa tidak dapat melakukan apapun saat ini.

"Kumohon jangan tampakkan dirimu di hadapanku lagi, Zayn Malik." merasa isakan tangis yang mulai terdengar, Naya segera menutup mulutnya dan memilih untuk benar-benar pergi dari tempat tersebut.

Zayn mengepal tangannya kuat. Mengutuk dirinya sendiri karena tidak dapat melakukan sesuatu walau hanya untuk mengejar gadis itu. Ia melepas kaca mata hitam dan masker wajahnya dengan kasar yang lalu mengusap wajahnya frustasi. Tak peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang mungkin akan melihatnya dan menerkamnya dengan segera.

Ia melangkahkan kakinya menuju mobil hitam yang menunggunya sedari tadi. Ya, keempat temannya menunggunya di dalam mobil itu.

"Zayn? Apa yang terjadi padamu?" Louis menolehkan kepalanya ke belakang--karena tempat duduknya yang kini berada di samping pengemudi.

Zayn tidak menjawab pertanyaan Louis. Ia hanya terus menutup wajahnya dengan kedua sikutnya yang bertopang pada dengkulnya.

"Mate, are you cryin'?" Liam sedikit menundukan kepalanya untuk melihat wajah Zayn yang juga tertunduk. Mendengar ucapan daddy mereka, Niall, Louis, dan Harry mengalihkan pandangannya dengan cepat ke arah Zayn.

Willing To Feel The Pain [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang