Gaze

9.5K 905 55
                                    

Maaf bangeeet aku baru update sekarangg. Kemaren aku coba update gabisa2 gatau knp:( berulang kali aku coba logout tp tetep gabisa.. sekali lagi, aku minta maaf yaah:(

Btw thanks for your vomment(s) guyss!:3

--

"Kau sudah siap?" Ele mengangkat barang bawannya, memastikanku yang baru saja menutup tas terakhir yang kubawa. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke kota yang menjadi tujuan terakhir dari tour singkat one direction kali ini, Sheffield.

Aku menegapkan tubuhku dan mulai mengangkat barang-barangku, "Yes, El."

Tenanglah. Aku dan Ele tidak harus menopang tas-tas kami hingga ke lantai bawah. Salah seorang staf hotel telah menunggu kami di depan pintu kamar untuk membawanya.

Uh, untuk luka goresan di pipiku, aku berusaha untuk terus menutupinya. Semoga saja Zayn tidak mengatakan kepada siapapun tentang hal ini. Karena ya, hanya dia-lah yang baru menyadarinya.

Aku cukup bersyukur karna luka tersebut tidak terlalu terlihat, dan pula aku memiliki rambut yang panjang. Sehingga mudah bagiku untuk berpura-pura mengaturnya dengan cara menge-nyampingkan seluruh rambutku ke bagian kanan, serta menjepit rambutku di bagian kiri.

Mudah, bukan?

"Hey, kau melihat Perrie tidak?" tanya Ele ketika kami sedang berjalan beriringan menuju elevator. Aku mengerjap saat tersadar bahwa sejak semalam aku tidak melihat Perrie di dalam bus hingga sampai di penginapan.

Aku menggeleng pelan, "Ia tidak kembali ke London atau kemanapun lagi, El?"

"Kurasa tidak." ujarnya sembari mengedikkan bahu. Aku melangkah masuk ke dalam elevator yang baru saja terbuka, begitupun dengan Ele.

"Wait!" seru seseorang yang tengah berlari menghampiri elevator. Dengan cepat, Ele menghalangi pintu elevator tersebut agar kembali terbuka.

"Oh hi, Li." Ele memberikan senyum simpulnya pada lelaki itu.

"Hi."

Aku ikut tersenyum ketika melihat Liam yang memandangku dan Ele secara bergantian dengan sebuah senyuman di wajahnya.

Sejurus kemudian, senyumanku perlahan memudar ketika menyadari seseorang di belakang tubuhnya. Seperti biasa, ia tidak mengatakan sepatah katapun. Hanya senyum kecil yang di tunjukkan olehnya, dan kedua tangannya yang tersimpan di saku celana.

"Hi, Zayn." aku berusaha untuk mengembalikan senyumku tadi. Liam dan Ele menolehkan kepalanya cepat ke arahku. Hey, apa yang salah memangnya?

Zayn menengadahkan kepalanya menghadapku. Aku membalasnya dengan senyuman lebar yang teramat kuusahakan.

"Hi." ia tersenyum ke arahku.

Tidak. Untuk kali ini, tidak ada perasaan senang dalam diriku. Karna aku tahu, ia memberikanku senyumannya itu hanya berdasarkan persyaratan yang aku berikan padanya kemarin untuk terus tersenyum agar aku memaafkannya. Kau ingat, bukan?

Sangat mengenaskan memang.

Tidak ada seorangpun yang berniat untuk membuka suara. Hanya keheningan-lah yang menyelimutiku, Ele, Liam, dan Zayn.

Ting.

Pintu elevator terbuka bersamaan dengan dentingan yang berbunyi. Kami segera melangkahkan kaki keluar elevator, berlenggang menemui Harry, Niall, Louis, dan pula Sophia yang telah menunggu di lobby sedaritadi.

"Perrie benar-benar tidak kembali, Zayn?" ujar Louis sesaat setelah Zayn menghampirinya.

Aku mengerutkan dahi singkat mendengar pertanyaan Louis.

Willing To Feel The Pain [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang