Your laugh

10.1K 903 11
                                    

Naya's POV

Ucapan Zayn kembali terngiang dipikiranku. Sejak tadi malam, aku tidak henti-hentinya memikirkan perkataan Zayn yang menggores hatiku kemarin malam.

'bisakah kau tidak membuat hubunganku dan Perrie menjadi berantakan?'

Itu benar-benar menyakitkan bukan?

Mengapa ia hanya memikirkan perasannya saja? bagaimana dengan perasaanku yang tidak karuan saat ini?

Memikirkan bahwa yang harus aku lakukan hanyalah tidak membuat hubungan Zayn dan Perrie berantakan, dan membiarkan hatiku yang berantakan.

Semalam aku dan Safaa tiba di rumah lebih dulu sebelum Zayn. Walau kemacetan kota London yang cukup menghambat, membuatku harus tiba dirumah keluarga Malik pukul 10 malam. Zayn? aku tidak tahu ia kembali pukul berapa. Kurasa ia membawa kunci cadangan sehingga ia dapat memasuki rumahnya kapanpun.

"Kau memikirkan apa?" teguran Caitlin sedikit menyentakku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali setelah tersadar dari pikiran menyakitkan itu.

Ya, kini aku sedang berada di cafe yang biasa aku kunjungi bersama Caitlin di dekat universitas. Pagi tadi aku pergi lebih dulu dari Zayn dan Safaa. Kelas pagi yang dimulai pukul 8 memaksaku untuk berangkat lebih awal dari biasanya. Sebelum pergi, aku telah menyiapkan sarapan untuk Zayn dan Safaa yang masih tertidur lelap. Kuharap mereka menyukai sarapan buatanku.

"Ah--tidak. Tidak ada." ucapku berbohong.

Caitlin mengambil tempat duduk tepat di depanku, lalu mendesah pelan seraya memutar kedua bola matanya. "Aku tahu kau, Naya. Apa yang sedang kau pikirkan?"

Aku menggeleng cepat. Caitlin memang sudah sangat menghafalku untuk hal seperti ini. Karena memang biasanya aku selalu menceritakan segala sesuatu yang terjadi padaku.

Tapi kurasa untuk kali ini aku tidak akan menceritakannya padanya.

"Sungguh, aku tidak apa." senyumku. "Hey, aku telah memberitahumu bahwa aku tinggal di rumah Zayn bukan?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Kupikir apabila aku membahas hal yang lebih menyenangkan bagiku, ia akan teralihkan.

Sesaat kemudian, seringaian lebar terlukis di wajahnya. Untunglah aku berhasil.

m

"Yes! bagaimana rasanya tinggal di rumah seorang artis besar?" Oh, ia sangat bersemangat kini. Aku hanya terkekeh pelan yang kemudian menceritakan beberapa kejadian menarik yang kualami padanya.

Setidaknya Caitlin dapat menghiburku saat ini karena pengalaman konyolnya yang ia ceritakan padaku.

"May I sit here?" suara berat yang terdengar cukup serak berhasil mengalihkan pandanganku dan Caitlin secara bersamaan.

Lelaki bertubuh besar dengan kacamata hitam, topi hitam, syal coklat, serta jaket kulit yang membalut tubuhnya, membuatku dan Caitlin sedikit mengerutkan dahi karna kebingungan yang dibuatnya.

Seperdetik kemudian, lelaki itu tersenyum lebar dengan menunjukan kedua dimples di pipinya. Oh god, I knew him.

"Har-harry?" tebakku terbata-bata--tidak menyangka seorang Harry Styles mengunjungi cafe yang terbilang cukup kecil seperti ini.

Ia mengangguk dan dengan kilat menyambar kursi kosong di sebelahku.

Willing To Feel The Pain [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang