TMA ~ Part 22

744 94 17
                                    

"Pegang yang erat Nebia..."

Seruan ditengah kebisingan lalu lintas hanya mampu terdengar samar. Nebia yang duduk di belakang Aleandro menuruti permintaan tersebut dengan memegang erat pada besi pembatas jok belakang motor. Ia tidak mau menambah masalah dengan memegang ke bagian depan.

Hidupnya sudah rumit dan ia sedang tidak ingin menambah daftar kerumitan yang lain. Hubungannya dengan Joyce tidak pernah membaik dan kini ada tambahan konflik yang semakin menyulut api dalam hubungan mereka.

Dingin menusuk ketika Aleandro semakin menarik gas, membawa kendaraan beroda dua tersebut melaju kencang. Nebia yang belum memiliki pengalaman naik motor harus memejamkan mata guna mengusir ketakutan dalam dirinya. Rapalan doa yang teruntai dalam hati terus terucap agar keselamatan masih menjadi milik mereka berdua. Beruntung traffic lamp berubah merah hingga Aleandro menghentikan laju.

Lewat kaca spion yang sengaja di arahkan, Aleandro bisa melihat raut Nebia. Wanita yang masih memakai piyama tidur serta untaian rambut yang keluar dari ikatannya tersebut tidak mampu menghilangkan kecantikan wanita yang baru dikenalnya ini.

Senyum tipis tersumir di bibir tebalnya. Tanpa permisi, Aleandro mengulurkan tangannya ke belakang. Meraih lengan Nebia hingga pegangan pada pembatas jok belakang terlepas. Kemudian Aleandro membawa tangan kecil itu melewati pinggangnya dan mempertemukan dua tangan Nebia di depan perutnya.

Tentu saja Nebia akan menolak. Ia berusaha menarik tangannya kembali namun Aleandro tetap menahannya. Pria itu memutar kepalanya ke samping dan berbicara lewat bahunya.

"Biarkan seperti ini."

Bukan Nebia namanya kalau wanita itu tidak menolak. Sekali lagi, Nebia berusaha menarik tangannya dan menyerah ketika Aleandro tidak memberi ijin. Bahkan pria yang memiliki aroma maskulin ini membiarkan sebelah tangan miliknya tetap disana. Bertumpu diatas kedua tangan yang terpaksa melingkar erat pada daerah yang seharusnya tidak diperbolehkan.

Kurang dari 10 menit, motor besar berwarna hitam tersebut berhenti. Nebia mengangkat kepalanya dan baru menyadari bahwa sejak tadi ia menumpukan kepalanya di atas bahu Aleandro.

Sial... Bagaimana mungkin ia melakukan itu?

Nebia melepaskan kaitan tangannya dan mulai mengumpulkan sisa kesadaran. Perlahan, ia turun dan matanya disuguhkan oleh pemandangan pagi yang begitu menakjubkan.

"Apa kau suka...??" Aleandro bertanya setelah ikut turun dan melepas helm.

Nebia membalasnya dengan anggukan kepala. Ia sungguh tidak bisa memalingkan wajah dari keindahan ini. Apalagi sang cakrawala sudah mulai nampak dari arah timur. Cahaya keemasan yang merangkak naik semakin membuatnya tidak bisa berpaling.

 Cahaya keemasan yang merangkak naik semakin membuatnya tidak bisa berpaling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukankah kita datang disaat yang tepat...??"

Sekali lagi Nebia memberi sebuah anggukan. Setuju dengan ucapan Aleandro. "Terima kasih." Imbuhnya.

Take Me AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang