"Honey.... Bisakah kau tinggal sebentar lagi? Aku masih merindukanmu."
Gisele duduk di tengah ranjang, menutup sebagian tubuh polosnya dengan selimut putih. Nada suaranya terdengar sangat manja. Meminta sang tunangan untuk tidak pergi.
"Aku ada pekerjaan, Gisele..."
Nada sahutan Aleandro begitu lembut tapi Gisele malah cemberut. Wanita yang berstatus sebagai calon istrinya itu menunduk dan ia tahu bahwa dia sedang merajuk. Terkekeh ringan, Aleandro melanjutkan memakai celana bahannya dengan cepat dan meraih kemeja yang berserakan di kaki ranjang. Lalu mendekati Gisele. Duduk di bibir ranjang.
"Aku benar-benar ada urusan." Ulangnya lebih pelan. Berusaha memberi pengertian untuk menghentikan aksi merajuk Gisele.
"Bisakah nanti malam kita pergi dinner sekaligus membicarakan persiapan pernikahan kita?"
Sejenak, Aleandro tidak langsung menjawab. Ia mengingat jadwalnya hari ini. Namun sial, ia sama sekali tidak tahu agenda hari ini. Berbicara mengenai pernikahan. Well... Mereka memang akan menikah satu bulan lagi. Namun bukannya semua persiapan sudah di urus oleh ibunya -- wanita yang menginginkan kesempurnaan-- kenapa Gisele masih repot-repot ingin membicarakan?
"Aku perlu bertanya pada Stephany mengenai schedulku. Tapi aku berjanji akan menghubungimu." Sebenarnya itu bukan alasan utama dari permintaan Gisele. Ada alasan lain mengapa ia menjawab seperti itu.
"Baiklah. Kau harus benar-benar menghubungiku. Waktuku disini hanya 2 hari dan aku ingin menghabiskannya denganmu."
Aleandro tersenyum. Mengulurkan sebelah tangan. Mengusap pelan rambut Gisele. "Aku pergi. Jangan lupa sarapan."
Gisele membalas senyum Aleandro dengan lengkungan yang lebih lebar. Kemudian mengangguk seperti anak kecil.
Mobil sport hitam membelah jalanan dengan cepat dan berhenti tepat di depan pintu masuk. Ia bergegas keluar. Merapikan jas yang sayangnya lupa ia ganti sejak kemarin. Yahhh.... Ia bermalam di apartemen Gisele karena paksaan wanita itu. Wanita dan tawarannya? Memang pria mana yang bisa menolak.
Jam yang melingkar di pergelangan tangan menyentuh angka 9. Ia menerobos masuk ke dalam kantornya tanpa membalas sapaan karyawannya. Hari ini ia ada rapat bersama dewan direksi untuk proyek terbaru mereka.
Duduk di kursi khusus miliknya membuat pesona Aleandro tak terkalahkan. Tidak ada senyum yang membingkai wajahnya. Sangat dingin dan angkuh namun tidak bosan untuk terus dipandang. Bawahannya yang menjabat sebagai wakil direksi keuangan harus menahan diri untuk tidak menjadi jalang dadakan. Wanita yang sudah bekerja 3 tahun lamanya ini tidak pernah berhenti untuk bisa mendapatkan perhatian Aleandro. Bukan hanya dia, semua wanita menginginkannya dan hanya Gisele yang berhasil mendapatkannya. Yahh.... Seperti itulah yang dibicarakan mereka.
Dua jam berlalu dan rapat baru selesai. Berbagai macam keputusan telah diambil untuk proyek ini. Aleandro berdiri dari kursinya lalu meninggalkan ruang rapat. Berjalan di koridor kantornya yang diikuti Stephany dan Nathan. Dua orang yang mempunyai peran penting mengatur segala yang diinginkan Aleandro.
"Tuan Cotrell..."
Panggilan dari belakang tubuhnya menghentikan langkah Aleandro. Ia tidak menoleh namun derap langkah terdengar beralun cepat dan seorang pria setengah baya berdiri di depannya.
"Tuan Kyle...." Aleandro ikut menyapa setelah tahu siapa yang memanggilnya.
"Maaf, mengganggu anda. Saya hanya ingin memberikan ini pada anda." Pria baya yang sudah bekerja di perusahaannya kurang lebih 5 tahun ini menyodorkan sebuah undangan. "Ini undangan pernikahan putra saya. Saya berharap tuan bisa datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Away
RomanceTernyata pernikahan tidak seperti yang dibayangkan. Penuh dengan cinta yang bertabur kebahagiaan serta romantisme disegala sisi. Tapi tidak dengan pernikahan Nebia Bailey. Pernikahan yang digadang-gadang membawa kebahagiaan justru sebaliknya. Ia tid...