TMA ~ Part 32

589 85 7
                                    

Berkali-kali Aleandro menahan umpatan di ujung lidah. Kalau bukan karena menghormati yang lebih tua, ia sudah memaki wanita yang kini sedang duduk di depannya. Tapi ia tidak pernah sanggup dan tidak akan pernah mengucapkan kata tidak pantas itu pada orang yang paling berjasa dalam hidupnya.

"Mom.... Aku bukan akan kecil yang harus dijaga saat makan."

Nyonya Cotrell tidak menghiraukan. Wanita itu hanya memberi isyarat dengan dagu saat makanan yang ada di depannya belum tersentuh.

Aleandro mencebik. Baiklah. Lebih baik ia mengalah daripada harus terus melihat ibunya di dalam kamar dan memberi komentar mengenai hal itu. Kemudian ia beringsut mendekat pada meja yang tersedia di depannya.

Pelan. Ia meraih pisau dan memotong pancake lalu menusuknya dengan garpu. Sejenak, matanya kembali pada ibunya yang bersidekap.

"Mom.... Aku berjanji akan menghabiskan sarapanku."

"Apa itu bisa dipercaya?" Tanya ibunya. "Semalam kau sama sekali tidak keluar kamar untuk makan malam dan pagi ini kau juga tidak bergabung dengan kami untuk sarapan. Apa kau marah pada ibumu dan berniat untuk mati kelaparan agar aku merasa bersalah?"

"Astaga.... Itu sama sekali tidak benar, Mom. Aku tidak punya rencana seperti itu."

Ibunya mendengus dan Aleandro mulai menyuapkan beberapa sendok pancake. Jujur.... Pemikiran absurd ibunya benar-benar mengerikan dan ia yakin, ini pasti efek dari tontonan yang dilihat ibunya tiap hari.

"Kalau bukan karena tindakan cepat yang kami ambil, kau mungkin sudah melarikan diri."

Lihat.... Benar bukan? Kalau ini pasti berkaitan.

"Astaga, Mom... Aku tidak mungkin melakukan itu."

"Lantas apa yang mungkin?"

Aleandro tidak langsung menyanggahnya. Ia menusuk-nusuk potongan kecil pancakenya. "Aku hanya ada sedikit pekerjaan."

Ibunya memutar bola mata. "Omong kosong. Aku tidak percaya padamu. Lagipula, ada Nathan yang bisa menggantikanmu."

"Mom...."

Ibunya membuang muka dan Aleandro menghela napas.

"Nathan sedamg ada pekerjaan lain." kilahnya.

Namun wanita yang melahirkannya itu memilih untuk tidak menjawab hingga percakapan mereka pun berhenti.

Ada diam yang terjadi di sela denting garpu dan piring. Aleandro menghabiskan sarapannya tanpa kembali membuka obrolan.

Perlu diketahui alasan mengapa ia bisa berada di sini adalah karena penjemputan paksa yang dilakukan ibunya saat ia berniat untuk menyusul Nebia. Ibunya tiba-tiba muncul saat ia memasuki bandara. Dengan wajah kemarahan dan kekhawatiran seorang ibu, ia pun memutuskan untuk berbalik arah. Mengikuti langkah ibunya tanpa ada satu perkataan di antara mereka.

Dari kemarin, ia hanya berada di dalam kamar yang baru ditempatinya sejak memutuskan untuk hidup sendiri di apartemen, tepatnya 13 tahun silam ketika ia masih remaja.

Aleandro meneguk airnya hingga tersisa separuh ketika semua makanan yang ada di piring berhasil masuk ke dalam perutnya. Ia berniat membawa sendiri nampan berisi piring kotor tersebut namun urung ketika ibunya mengambil alih.

Dengan nada yang masih terselip kemarahan atau mungkin kekecewaan, ibunya berkata "Mommy tidak pernah meminta apapun padamu. Tapi sekarang, Mommy hanya menginginkan satu hal darimu." Ibunya menjeda lalu menatap ke dalam matanya. "Jangan mempermalukan keluargamu."

Hanya itu....

Kemudian ibunya keluar, meninggalkan Aleandro dengan segala pemikiran tentang rasa bersalahnya.

Take Me AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang