Menjadi sukses di usia muda memang menjadi keinginan banyak orang. Ada banyak kesuksesan yang bisa terjadi. Entah karena orang tuanya yang sudah terlanjur kaya atau karena keinginan serta tekad kuat dan kerja keras dari orang itu sendiri.
Namun apa jadinya jika kedua hal itulah yang mengantarkan Aleandro Cotrell meraih kesuksesan. Kerja kerasnya patut di acungi jempol meski peran orang tua di belakangnya juga tidak bisa di abaikan.
Materi berlimpah. Wajah tampan serta memiliki tunangan yang cantik membuat rasa iri pada mereka yang tidak bisa sepertinya mencuat. Contohnya seperti sekarang, ketika keduanya berjalan berdampingan. Tampak serasi. Dan yang melihatnya hanya bisa terkagum-kagum bahkan membayangkan bagaimana jika berada di sebelah salah satunya.
Senyum bahagia tercetak jelas di bibir merah Gisele. Begitu juga dengan Aleandro yang melingkarkan tangan di pinggang tunangannya. Keduanya berjalan menuju kursi dimana orang tua mereka menunggu.
"Selamat malam..." Sapa Aleandro ketika tiba di hadapan mereka. Ia mencium pipi ibunya sekilas dan tersenyum ramah pada kedua orang tua Gisele yang menatap ke arahnya.
Aleandro menarik kursi untuk Gisele yang kemudian mendapat gumaman terima kasih. Ia sendiri duduk di samping wanita yang malam ini menggunakan dress hitam sebatas paha tanpa tali tersebut.
Malam ini, sama seperti malam yang terlewat. Makan malam dengan agenda pembicaraan mengenai hubungan keduanya. Menjadi anak tunggal satu-satunya tidak membuat mereka bahagia. Karena kini, kebahagiaan orang tua ada di pundak masing-masing. Sebagai anak yang ingin selalu mengukir senyum di bibir kedua orangnya, Aleandro siap melakukan apapun termasuk menerima perjodohan ini.
Sebenarnya, hubungan mereka juga tidak bisa di kategorikan sebagai perjodohan murni karena sebelum ikatan serta komitmen ini terbentuk, keduanya pernah menjalin hubungan singkat. Aleandro juga sadar, ayah ibunya adalah gambaran orang tua yang mana keputusannya sangat sulit di tentang.
"Apakah bulan depan masih menjadi pilihan kalian?"
Suara nyonya Cotrell menjadi pembuka setelah hidangan pembuka selesai di santap. Wanita cantik dengan warna mata senada dirinya itu tersenyum hangat, melihat ke arah dirinya dan Gisele secara bergantian. Sebenarnya ibunya tidak bisa di kategorikan tua, karena semangat untuk pernikahan ini sangat menggebu-gebu.
"Tentu saja, Mom." Sahut Aleandro.
Well.... Sebagai anak ia harus tetap menjaga senyuman itu terus terukir bukan? Lagipula, Gisele juga merupakan wanita baik yang memiliki banyak cinta untuknya. Minus, segala macam permintaan anehnya.
"Apakah kita tidak bisa mempercepatnya?"
Masih dengan memasang senyum, Aleandro meraih tangan ibunya. "Kita butuh banyak persiapan untuk sebuah pernikahan impian, Mom. Menurutku, satu bulan bukan waktu yang lama."
Di usia yang terlihat sangat matang ini tentu membuat dirinya memiliki beban untuk memberikan penerus bagi keluarga Cotrell. Jika bisa dibilang, harapan keluarga satu-satunya dan Aleandro tidak keberatan untuk memenuhi keinginan mereka. Bahkan ia sudah membicarakan ini dengan Gisele. Tidak menunda memiliki anak setelah pernikahan.
Karena antusiasme kedua keluarga, pembicaraan mengenai gedung serta konsep menjadi topik utama mereka dan Gisele terlibat di dalamnya. Karena sesungguhnya, pernikahan impian itu berasal dari Gisele. Sedang dirinya tidak memiliki impian apapun. Cukup janji di hadapan pendeta dan selesai. Karena pernikahan yang sesungguhnya itu hanya berisi antara janjinya dengan Tuhan. Jika ada pesta mewah, maka itu adalah bonusnya.
Satu jam telah berlalu, Aleandro yang tidak ikut dalam pembicaraan dan hanya menjawab seperlunya merasa bosan. Ponsel yang berada di tangannya juga tidak memberikan sebuah notifikasi yang sangat ditunggu. Ia ingin mengumpat keras namun matanya melirik mereka. Tidak ingin mengambil alih fokus mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Away
RomanceTernyata pernikahan tidak seperti yang dibayangkan. Penuh dengan cinta yang bertabur kebahagiaan serta romantisme disegala sisi. Tapi tidak dengan pernikahan Nebia Bailey. Pernikahan yang digadang-gadang membawa kebahagiaan justru sebaliknya. Ia tid...