Bebas....
Satu kata yang berhasil ia dapatkan dengan penuh perjuangan. Ada banyak drama dan air mata untuk kata tersebut. Namun dibalik kebebasannya ini, ada hati yang remuk serta ingkaran janji yang terpaksa diambil.
Ucapannya pada sang ayah tidak bisa ia pertanggung jawabkan. Janjinya pada sang ayah tidak bisa ia wujudkan. Namun ia percaya bahwa ayahnya pasti akan mendukung semua keputusannya ini.
Dalam satu tarikan napas kuat, ia menguatkan diri sendiri bahwa hidupnya akan baik-baik saja. Bahkan mungkin akan lebih baik-baik saja daripada dulu. Perjalanan hidupnya masih panjang dan ia harus berjuang untuk kehidupan yang layak.
Dengan langkah mantap, ia melangkahkan kaki. Membawa selembar map yang ia dekap di depan dada. Mencoba mencari peruntungan akan nasibnya. Lembar dalam dompatnya mulai menipis, ia tidak mungkin diam saja dan mengorbankan cacing di perutnya berteriak kelaparan.
Sesekali ia berhenti guna mengusap peluh di dahi akibat terik matahari yang sedikit menyengat. Namun itu sama sekali tidak menyurutkan niat. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa hari ini ia harus mendapatkan pekerjaan. Apapun itu, entah sesuai dengan passion nya atau tidak yang penting ia harus bisa mendapatkan pemasukan.
Target pertama adalah gedung perkantoran yang menjulang tinggi di hadapannya. Bermodalkan Bachelor Degree dan CPT (Curricular Practical Training) selama 9 bulan semasa kuliah, Nebia nekat masuk ke dalam perusahaan ini.
Ada banyak karyawan berlalu lalang di depannya. Mereka nampak sibuk dengan map dan lembar kertas serta ipad di tangan. Penampilannya pun luar biasa menawan. Jika karyawan wanita memakai rok span di atas lutut dengan heels tinggi maka karyawan pria mengunakan kemeja dengan celana bahan yang sesuai.
Mereka benar-benar memukau. Penampilan dan cara berjalan mereka membuat Nebia insecure. Ia sudah ingin mundur, namun tekad dan keinginan membuatnya terus maju.
"Permisi...." Sapanya ramah.
Resepsionis yang duduk di belakang meja mengangkat kepala, sedikit terkejut namun dia mampu menyembunyikannya dengan baik. Lalu dia berdiri, tersenyum ramah dan cantik. Dengan suaranya yang lembut seakan sudah terlatih bagaimana cara menerima tamu dengan baik, resepsionis tersebut balas menyapa.
"Selamat siang nona... Ada yang bisa saya bantu?"
Nebia melirik nametag di dada perempuan cantik itu. "Maaf sudah menganggu waktumu, Lucy."
"Tidak masalah. Ada apa nona?"
"Aku hanya ingin tahu, apakah perusahaan ini membutuhkan karyawan?"
Lucy tampak bingung namun akhirnya memahami maksud kedatangannya. Masih dengan senyum yang membingkai wajah, dia berkata. "Maaf nona. Dari informasi terakhir yang saya dapat. Perusahaan ini belum ada keinginan untuk menambah karyawan baru."
Jawaban sopan itu sangat bisa dimengerti. Tidak ingin terlalu memaksa apalagi mendramatisir keadaan, ia mengangguk. Mengucapkan terima kasih dan berlalu dari sana.
Lagipula, perusahaan sebesar ini juga tidak akan menerima orang yang tiba-tiba melamar tanpa prosedur.
Baiklah....
Sekali lagi, tarikan napasnya terhembus berat ketika kakinya melewati garis pintu perusahaan tersebut.
"Tidak Nebia. Ini baru 1 perusahaan. Kau tidak boleh menyerah begitu saja. Masih banyak perusahaan-perusahaan yang akan menerimamu."
Kata-kata itu terus ia rapalkan dalam hatinya bahwa ada banyak peluang diluar sana. Ia hanya perlu bersabar dan semangat untuk menemukan tempat yang akan menjadi sumber kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Away
RomanceTernyata pernikahan tidak seperti yang dibayangkan. Penuh dengan cinta yang bertabur kebahagiaan serta romantisme disegala sisi. Tapi tidak dengan pernikahan Nebia Bailey. Pernikahan yang digadang-gadang membawa kebahagiaan justru sebaliknya. Ia tid...