Summary : Delapan bulan sebelum pernikahan mereka, masa lalu Sesshoumaru yang kelam terkuak. Sanggupkah kasih sayang tulus dari Kagome menjadi penawar untuk pasangannya?
Rate : MGenre : Hurt/Comfort/Romance
...
..
.
Sore hari di penghujung musim semi, hujan turun dengan lebat. Sepasang safir biru kelabu menatap langit dengan muram, semua rencana yang telah Kagome susun dengan rapi untuk hari itu gagal total. Ia menghela napas. Sekarang, ia hanya akan menghabiskan waktu di apartemen tak terlalu besar yang ditinggali sang kekasih bersama adiknya yang kebetulan hari itu sedang pergi. Bola mata gadir itu bergulir ke kiri atas, mendadak, air mukanya berubah ceria.
Langit gelap dan hujan lebat membuat suasana sempurna untuk menghabiskan waktu berdua, Kagome duduk santai bersandar di sofa selagi otaknya sibuk memikirkan film apa yang akan ia unduh untuk ditonton bersama pacarnya nanti. Tak mampu memutuskan sendirian, ia memilih untuk menunggu Sesshoumaru yang berada di kamar mandi setelah kehujanan saat membeli makan siang untuk mereka.
Tak berselang lama, pintu terbuka. Akhirnya, pria itu keluar. Dengan sudut matanya, Kagome dapat melihat Sesshoumaru hanya mengenakan handuk putih besar polos yang dililitkan di bawah pinggang. Bayangan tentang film aksi tentang misi penuh bahaya seorang mata-mata tidak lagi menjadi inti imaji Kagome. Oh, tentu tidak bila hanya ada selembar handuk yang memisahkannya dari tubuh polos Sesshoumaru.
Dada bidang lelaki itu masih dihiasi ratusan tetes air, membuat kebutuhan akan udara terlupakan, dan napas Kagome tercekat. Helaian perak sebahu itu tergerai basah dan acak-acakan, sebagian besar menutupi sisi wajah tampan itu. Tak pelak, pemandangan itu membuat dada Kagome bergemuruh. Posisi duduknya di sofa yang besar itu tidak lagi santai, Kagome menegang bagai menonton film horror. Wajahnya panas oleh aliran darah yang mengumpul, rona terang mewarnai wajahnya yang putih.
Susah payah, Kagome menggerakkan tubuhnya yang mematung untuk meraih remote TV di atas meja. Sesshoumaru melemparkan tatapan padanya saat memasuki kamar, dengan canggung Kagome membalasnya dengan senyum kaku sebelum lekas-lekas memencet sembarang tonjolan pada benda yang digenggamnya. TV tak juga menyala, setelah mengarahkan ibu jarinya pada tombol yang berwarna merah, barulah alat elektronik itu menyala.
Sesshoumaru muncul dari kamar dengan mengenakan celana pendek warna khaki dan kaos putih polos. Pria itu mengambil tempat di sisinya, bahu mereka menempel. Iris emas itu menatap si sulung Higurashi dengan lembut. Merasa di perhatikan, Kagome berpaling. Ketika ia berpaling, hidung mereka berbenturan.
Sudah sedekat itulah mereka.
Pria itu menghadiahkan sebuah kecupan di pipi sang tunangan.
Bibir Sesshoumaru yang dingin karena habis mandi terasa menyejukkan pipi Kagome yang hangat. Gadis itu memberikan ruang, menerima undangan yang diberikan, pria itu menelusuri leher sang kekasih dengan ujung hidungnya.
Setelah itu, Kagome tidak terlalu ingat bagaimana mereka sudah berbaring di sofa secara horizontal, Sesshoumaru bertumpu pada kedua sikunya. Kagome terperangkap di bawah tubuh maskulin yang terbentuk dengan baik, tangannya terasa panas di kulit sejuk pria itu. Dadanya yang bidang terpampang indah, terlihat kekar, dan sangat jantan.
Manik emas Sesshoumaru menatap mata pasangannya dengan penuh cinta, lengannya yang besar memerangkap tubuh Kagome yang jauh lebih kecil darinya. Kedua telapak tangan Kagome berada di dada lelakinya. Hal itu menimbulkan sifat primal di dalam diri Sesshoumaru.
Paha kanannya tersenggol, Kagome dapat merasakan anggota tubuh Sesshoumaru bagian bawah sana telah sepenuhnya terbangkitkan. Hanya dengan memikirkan 'itu' saja telah membuat perut bagian bawah Kagome seakan terpilin kuat.
Beberapa helai rambut menjuntai menghiasi wajah dingin Sesshoumaru yang semakin mendekat. Sesshoumaru memulai pertautan dengan halus. Kagome pun menyambut dengan sepenuh hati. Ciuman yang lembut tumbuh menjadi panas dan mendesak. Lidah mereka ikut menari dan Sesshoumarulah yang menguasai.
Kagome mengapresiasi dengan rengekan manja. Gairah keduanya kian tersulut. Kagome menghujani leher Sesshoumaru dengan kecupan kecil dan ringan saat Sesshoumaru berbisik di telinganya, "Kau milikku!"
Di sela desahan, Kagome menyahut, "Hanya kamu."
Sesshoumaru menarik diri sesaat agar memiliki jarak yang cukup untuk mengagumi sang pasangan. Tangannya bergerak, menelusup ke balik kaos biru bergambar awan milik kekasihnya. Kini, ia sibuk memberi sentuhan pada salah satu bukit indah milik Kagome.
Kagome yang sudah basah dan pasrah hanya mampu menggelinjang.
Tak berhenti di situ, tangan Sesshoumaru yang lain menyelinap ke bawah rok mini yang dikenakan gadis itu. Di balik dalaman putih Kagome, jari pria itu bergerak dengan malas. Gadis itu terkesiap sekali sebelum melemparkan kepala ke belakang. Lelaki itu terus menghujani Kagome dengan sentuhan sayang nan memabukkan.
Apa yang datang sungguh bertubi-tubi. Kenikmatan itu begitu mendominasi, Kagome tidak mampu berpikir lagi. Tangannya terangkat demi membelai sosok yang dicinta. Ia pun ingin memberikan rasa yang sama pada Sesshoumaru, tapi pria itu tak memberikannya kesempatan. Bajunya tersingkap, gundukan lembutnya tak lagi terlindungi oleh bra. Beberapa detik kemudian, bukit kenyal yang terpampang kembali mendapatkan atensi dari Sesshoumaru.
Kedua mata Kagome tertutup rapat, mulutnya terbuka, napasnya tersengal-sengal karena merasakan sensasi sensual. Kagome mengeluarkan suara seperti terisak setiap kali jari-jari Sesshoumaru menyentuh titik magis di antara kelopak mawar miliknya yang telah basah, licin, dan sangat panas. Lenguhan tidak dapat lagi ditahan oleh Kagome saat lidah dan bibir Sesshoumaru tidak berhenti menyerang. Gadis itu menggelinjang dalam kesenangan. Dengan lihai, pria itu sanggup menggiring Kagome pada kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan. Kagome merenggut rambut Sesshoumaru dengan lembut sambil memanggil namanya dalam rintihan tatkala ia meraih titik kepuasan.
"Sesshoumaru~"
Setelah beberapa waktu terpejam, Kagome kembali menatap dunia. Dadanya masih kembang-kempis. Ia baru menyadari bahwa Sesshoumaru tengah memandangnya lekat-lekat. Sayangnya, ia tak mampu mengartikan tatapannya. Mengapa sorot emas itu terlihat sedih?
Pada saat itu, Kagome yang dimabuk cinta telah siap bila Sesshoumaru menjadi yang pertama baginya. Tentu saja ia rela menyerahkan keperawanannya walau pernikahan mereka masih delapan bulan kemudian.
Tetapi, Sesshoumaru di sana, hanya menatapnya dalam-dalam. Dengan ragu, Kagome membelai pipi kekasihnya seraya memberikan senyum termanis yang ia miliki. "Biarkan aku melakukan hal yang sama untukmu." Baru saja Kagome beringsut, pria itu menahannya.
Kedua tangan Sesshoumaru meremas bahu Kagome. Ia menyatakan penolakan hanya dengan tatapan. Demi mengurangi rasa bersalah pasangannya, pria itu memberikan sebuah senyuman. Sudut-sudut bibir yang sedikit terangkat memunculkan lesung pipit mengagumkan pada paras rupawan pria itu.
Sesshoumaru merapikan baju serta rok hitam Kagome yang tersingkap. Lalu, ia membelai lembut kepala gadis itu. Menutup kedekatan mereka pada senja itu, Sesshoumaru memberikan sebuah kecupan kecil di bibir kekasihnya.
Dan ... itu adalah kontak fisik yang paling jauh yang pernah mereka lakukan selama sepuluh bulan hubungan yang mereka jalani.
~To be continued~
End notes:
- Hanya fic lama yang ku-remake dari fandom sebelah. Part dua di-upload besok, kalo ga ada halangan.
28/01/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence Case
Short StoryKumpulan cerita one-shot dari pasangan Sesshōmaru dan Kagome Higurashi. Panjang, rating, dan setting cerita bervariasi di setiap chapter. ======================================= Disclaimer: Cerita ini milik saya, semua karakter Inuyasha milik Rumik...