Case 18. Arcane

84 14 3
                                    


Summary : Tahun yang dilalui Sesshoumaru dan Kagome sebagai pasangan sudah tak lagi dapat dihitung dengan satu tangan. Bukan hidup jika tidak ada aral gendala. Hanya karena sebuah kecelakaan kecil, keduanya saling melihat sisi gelap dari calon pendamping hidup. Pertanyaan terselip, keraguan pun lantas mengadang. 

Genre : Romance/Supernatural

Setting : All Human/Alternate Universe

.

* * *

.

Universitas Kaio, 2015.

Kagome memasuki kafetaria Universitas Kaio dengan pikiran mengawang. Pelajaran pertama di hari itu baru usai, meski ia menyimak sungguh-sungguh, tetap saja ada materi yang tidak sepenuhnya ia pahami. Mengingat ujian sebentar lagi, kepalanya lantas berdenyut-denyut.

Sambil memijat pelipisnya, Kagome berjalan di lorong yang ramai di jam makan siang. Saat itu, tak sengaja ia menyenggol orang yang ada di depannya. Tanpa memandang sosok yang ia tabrak, gadis itu menunduk untuk meminta maaf sekejap dan lanjut berjalan.

Sekian lama memilih menu, akhirnya nampannya terisi lengkap oleh hidangan utama, makanan penutup, dan teh. Perempuan yang kala itu mengenakan rok mini cokelat, kaus hitam yang dipadankan mantel berwarna khaki itu memilih meja bar kosong yang menghadap ke taman.

"Apa sih yang aku pikirkan?" Gadis itu menghela napas berat, lalu menyuap power don yang terkenal enak. Bertahun-tahun ia terseok-seok menyelesaikan tugas yang dilimpahkan. "Mengambil program studi hukum," wajahnya berkerut-kerut secara menyedihkan. Ia terus menyuap dan mengunyah. "Kau terlalu memandang tinggi kemampuanmu, Kagome!" keluhnya dengan mulut penuh.

Suara gelas teh yang diletakkan di nampan oleh orang yang duduk di sebelahnya merampas perhatian mahasiswi tahun keempat itu. Kagome menoleh. Rupanya masam dan mata menyipit, ia berniat menunjukkan ketidaksukaan secara terang-terangan.

Laki-laki yang duduk di sisi kiri balik memandang dengan sorot mata menusuk dan raut muka dingin. Belasan detik berlalu, Kagome yang mengundurkan diri lebih dulu dari niramekko (lomba menatap).

"Oh, Kami!" Jika memang aku tidak ditakdirkan menjadi pengacara, maka aku hanya bisa pasrah. Tetapi ..., ' Kagome menyuarakan pikirannya dengan suara sebatas bisikan, "Setidaknya pertemukan aku dengan pria baik yang akan menjadi jodohku di kampus ini, bukan dengan lelaki bertampang stalker sepertinya."

"Percakapan mentalmu cukup nyaring hingga Sesshoumaru ini mendengarnya."

Sedetik, Kagome terpana oleh kalimat orang di sampingnya. Ia berkedip-kedip. Kemudian, ia meneliti lelaki itu, out fit mahal melekat di tubuhnya, penampilannya didominasi nuansa monokrom dari ujung rambut hingga ujung kaki. Satu-satunya yang berwarna hangat adalah iris matanya. "Benarkah?" tukasnya.

Si lelaki bergumam, tanda mengiakan.

"Apa aku terlihat peduli?" Atas balasan ketusnya, Kagome yakin ia melihat kedua alis laki-laki yang tak ia kenal itu berkumpul ke tengah seketika.

"Tadi kau bilang aku bertampang stalker?" tanya sosok itu tak terima.

"Apa baru kali ini kau mendengar seorang perempuan berkata jujur padamu?"

"Kau sangat mengganggu!" cetus si lelaki pemilik suara baritone tersebut.

Bukannya merasa bersalah, Kagome yang sedang jengkel justru tersinggung, "Aku? Pengganggu?" Perempuan muda itu lantas memutar otaknya yang tengah pampat untuk mencari balasan sesuai. "Apabila aku mengganggumu, maka ... " Sayangnya, yang terpikirkan hanyalah, "Maka kau seperti darah, sebuah kutukan menyebalkan!"

Limerence CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang