Case 19. Lacernous Reason [1]

70 9 2
                                    

Disclaimer: Cerita ini milik saya. Semua karakter Inuyasha milik Rumiko Takahashi, saya hanya meminjam nama mereka. Saya tidak mengambil keuntungan dari penulisan cerita ini dan tulisan ini hanya sebagai hiburan semata.

Summary: Hati Taisho Sesshōmaru meradang, kobar api cemburu enggan padam setelah menyaksikan apa yang terjadi pada wanita yang dicintainya. Pewaris tunggal TS Group itu akhirnya mengambil langkah terberat yang pernah dibuatnya, ia menetapkan pilihan dengan mencipta luka lain ‘tuk Kagome. Pasalnya, ada alasan yang tak pernah bisa ia bagi pada sang pujangga hati.

Notes! Lacernous Reason merupakan bonus chapter dari [歌うたいのバラッド] dan saya mendedikasikan tulisan ini untuk AmetoAi sebagai hadiah ulang tahun yang pernah saya utarakan pada tahun 2020, tetapi karena ada kendala yang tiada saya harap, tulisan ini baru bisa dieksekusi pada bulan April dan dipublikasi sekarang. Untuk itu, saya memohon maaf atas keterlambatan dan segala kekurangan, semoga hadiah kecil ini bisa menjadi hiburan bagi siapapun yang membacanya.

Selain itu, saya melakukan perubahan nama tokoh dan ke depannya akan menggunakan nama yang telah diubah tersebut. Sedangkan, beberapa chapter sebelumnya akan direvisi bertahap setelah penulisan sekaligus publikasi tulisan ini. Berikut daftar nama-nama tokoh yang diubah:

Inuyasha diganti menjadi  Kagewaki Naraku.

Warning! Tulisan ini mengandung muatan konten dewasa. Bagi pembaca yang belum cukup umur atau tidak nyaman dengan konten tersebut, dianjurkan untuk TIDAK MEMBACANYA. Diharapkan kebijaksanaan pembaca.

▪▪▪

Lacernous Reason Pt. 1 — Unprepared Farewell

▪▪▪

“Sesshōmaru, bagaimana hasilnya?” suara wanita paruh baya yang terdengar gemetar, memecah keheningan. Dalam posisi duduknya, kegusaran membangkitkannya untuk melongok pengumuman hasil audisi yang yang diikuti sang anak di layar gawai berukuran dua belas inci tersebut.

Netra Sesshōmaru membulat sempurna, enggan mengalihkan atensi dari layar sekadar untuk berkedip. Organ pemompa darah bertalu-talu, kebahagiaan siap membuncah.

“Nak ...” Nyonya Taishō tak mampu meneruskan saat netranya menatap layar, bulir kebahagian menyambangi, kalimatnya dibiarkan menggantung siap menyongsong jawab, “Aku bangga sekali padamu,”

Paham akan implikasi yang terucap, lelaki yang sebagian besar surainya telah didominasi dengan uban dan kacamata bertengger, dengan keras meletakkan gawai berlayar dua belas inci tersebut meski belum usai meninjau beberapa dokumen, “Aku tidak menyetujuinya!”

“Ayah!”

“Tidak. Aku tidak akan mengizinkannya!” Tuan Taishō bangkit.

Sesshōmaru meraup oksigen, menghimpun keberanian yang selama ini dikubur, dengan mengepalkan tangan ia melisankan maksud hati, “Pernahkah Ayah memikirkan kebahagiaanku atas apa yang kukehendaki?”

Mendengar hal itu, Tuan Taishō menghentikan langkah, membalikkan badan, “Apa kau bilang?! Berani-beraninya ... “

“Selama ini aku selalu menuruti apa kemauan Ayah dan Ibu, kumohon kali ini saja ... sekali ini saja, bisakah kalian menuruti keinginanku?” Nada Sesshōmaru melemah, menyingkap keputusasaan.

Limerence CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang