Case 15. Assassin

81 11 7
                                    

Rate : T

Summary : Tim e-sport mereka telah menelan kekalahan menyakitkan di dua babak pertama dalam final. Di waktu yang tersisa, Kagome Higurashi, sang pelatih muda mulai mengatur ulang rencana. Ia berusaha keras membangun mental dan memberikan semangat pada tim asuhannya. Akan tetapi, yang ia terima justru lebih dari yang ia harapkan.

.

Terinspirasi saat nonton pertandingan 10 Second Gaming Frost di M2 ( ajang kompetisi kelas dunia di game Mobile Legends) beberapa bulan lalu.

.

.

.

Satu persatu tim memasuki ruangan pertemuan. Kouga, Inuyasha, Miroku, Naraku, dan yang terakhir adalah Sesshoumaru. Keempat lelaki berbalut jersey putih dan garis kuning itu masuk dengan kepala tertunduk dan bahu lunglai.

Sang pelatih yang berumur dua puluh lima tahun bernama Higurashi Kagome menyambut timnya dengan senyuman. Perempuan yang kala itu tengah duduk sambil melipat tangan di atas meja besar di tempat rapat, segera bangkit. Dengan isyarat tangan, ia mempersilakan kelimanya untuk duduk. Para asisten lantas memberikan kelima atlet e-sport itu minuman.

Kagome memulai pidatonya, "Aku tidak akan meminta kalian untuk tidak bersedih." Ia mengambil jeda, sudah sepatutnya kalian kecewa dan marah pada diri sendiri karena yang tadi itu sungguh teramat sangat memalukan."

Ya, apa yang dikatakan gadis itu benar. Tidak pernah ada tim yang dikalahkan dengan telak tanpa perlawanan di dalam satu babak di turnamen sedunia di game MOBA. Terlebih lagi, itu terjadi di final.

"Dua dari lima pertandingan, kita telah kalah." Ekspresi gadis itu mengeras kala melanjutkan, "Di match pertama skor kita 15-0. Tidak ada satu pun musuh yang tumbang pada sepuluh menit gim."

Apa pun yang hendak Kagome katakan terpotong oleh Sesshoumaru, "Itu tidak akan terjadi jika kita memilih hero utama kita."

Mendengar itu, pangkal alis Kagome berkumpul di tengah, "Tidak dengan mengabaikan hero yang mereka gunakan, bukan?" Semenjak ia menjadi pelatih enam bulan lalu, satu yang selalu memperdebatkan segala hal dengannya adalah Sesshoumaru. Dengan mudah ia menyimpulkan bahwa laki-laki itu tidak menyukai kepimpinannya atas tim mereka.

Mengesampingkan segala perasaan yang ia miliki, Kagome berujar, "Apa yang kita butuhkan hanyalah mental dan strategi." Gadis itu mengetuk pelan meja dengan ujung spidol yang ia genggam. "Kumohon," suaranya melembut, "Apa pun yang baru saja terjadi, lupakan!" Ia menghirup udara. "Reset!"

Dengan nada menusuk, lelaki berusia dua puluh dua tahun itu kembali berbicara, "Kita sudah kalah draft sejak awal."

"Pemilihan hero memang fatal. Kita harus bisa membaca dan meng-counter hero yang dipilih oleh musuh. Tetapi, tim kita tidak akan pernah kalah dari mereka dalam hal kekompakan, ya 'kan?"

Tidak ada yang menyahut.

"Apa ada yang ingin kalian ucapkan?" tanya gadis pemilik safir kelabu itu.

Hening.

Kagome berkata lagi, "Aku akan mendengarkan dengan pikiran terbuka. Jika tidak ada, biarkan aku yang berbicara. Inuyasha, kau adalah fighter terbaik yang pernah kutemui, kau selalu mempunyai timing yang tepat untuk menginisiasi perang. Miroku, support-mu itu selalu gila, kau selalu rela mati demi rekan satu tim. Naraku, kau adalah penyihir yang tidak pernah tersentuh oleh musuh. Kouga, aku tidak pernah tidak takjub dengan pengambilan posisimu sebagai penyerang jarak jauh."

Limerence CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang