Gadis itu terdiam mengamati rintik-rintik salju yang tergambar jelas dari balik jendela yang menjadi sekat antara dirinya dengan dunia luar. Seolah-olah ia bisa melihat rintik lembut itu berjatuhan dan menjelma pada kenangan yang tak ingin diingatnya. Sejujurnya ia sendiri tak tahu apa yang dilakukannya saat ini di kedai kopi yang lokasinya tak jauh dari tempatnya bekerja. Semakin lama ia menyaksikan guguran bunga salju pada tanah, menyelimutinya dengan erat hingga membuat tanah berubah menjadi berwarna putih, selama itu pula melodi akan kenangan-kenangan yang begitu menyesakkannya masuk begitu saja tanpa seizin wanita berambut cokelat gelap lengkap dengan mantel berwarna pastel itu.
Tak ingin lebih dalam lagi ingatan akan masa lalunya terkorek, wanita itu bangkit dan pergi meninggalkan kedai itu membelah hujan salju yang sudah siap membelainya dengan kenangan tanpa ampun, mempermainkan perasaannya atas nama takdir. Ia tak mau ambil pusing dengan guyuran rintik salju yang telah menelisik detail tubuhnya, ia menunduk sambil mengeratkan pegangannya pada tas selempang di bahu kanannya. Indra pendengarannya menangkap langkah seseorang yang semakin dekat dengan dirinya, matanya terpejam tatkala jantungnya berpacu lebih daripada biasanya.
"Kagome!" panggil orang itu dengan menepuk bahunya. Baritone itu sukses memecah konsentrasi perempuan yang membiarkan surai panjangnya tergerai, ia ingat telah bersumpah bahwa ia tak ingin bertemu dengan sosok itu. Malam ini, takdir benar-benar memermainkan perasaannya, semua bercampur dengan sempurna, di bawah guyuran salju itu pula tahun lalu ia bersumpah telah melontarkan sumpah serapah dengan sosok bajingan itu. Kagome yakin sosok yang baru saja memamggilnya adalah sosok yang sama dengan lima tahun lalu, sosok yang sudah merusak kehidupannya.
"Sesshōmaru," gumam Kagome dengan mendesis, buku-buku tangannya yang tidak terlapisi kain itu memutih. Rasanya perasaan yang dengan susah payah ia kubur itu kembali hinggap pada tubuh mungilnya. Tubuhnya bergetar dan likuid bening itu perlahan turun menapaki pipi mulusnya, "seharusnya aku membencimu. Tapi yang terjadi, aku selalu merindukanmu meskipun kau membenciku," lanjutnya terisak.
Laki-laki itu paham atas apa yang ia lakukan lima tahun lalu dan seharusnya ia tak melakukannya pada sosok yang ia cintai, ketika mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu tepat di hari pertama salju musim dingin turun, ia terus merutuki kebodohannya saat itu. Tanpa berbasa-basi lagi, ia membalikkan badan wanita yang ada di hadapannyaㅡmembuat keduanya saling berhadapan, laki-laki jangkung itu langsung merengkuh sosok yang ada di hadapannya sambil berujar, "Aku merindukanmu walaupun aku tahu kau membenciku, karena kau adalah satu-satunya pemilik hatiku, Kagome."
Tangis wanita itu pecah dalam dekapan sosok yang begitu dirindukannya, sentuhan yang laki-laki itu berikan padanya membuatnya lemah begitu saja, ditambah ketika pautan bibir tebal yang sudah ia rindukan itu menyapu lembut bibirnya dan menyesapi ruang yang ada di rongga mulut Kagome tanpa ampun.
TO BE CONTINUED
emgrslda, 2019/10/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence Case
Short StoryKumpulan cerita one-shot dari pasangan Sesshōmaru dan Kagome Higurashi. Panjang, rating, dan setting cerita bervariasi di setiap chapter. ======================================= Disclaimer: Cerita ini milik saya, semua karakter Inuyasha milik Rumik...