Case 02. Impact [2]

428 37 1
                                    

"Oi, Kagome!" sebuah suara yang amat dikenalnya terdengar, Kagome menoleh mencari sumber suara tersebut, dan di sanalah sang pemilik suara terlihat, Inuyasha yang mengenakan celana jeans biru, t-shirt abu-abu dengan jaket merahnya dan sebuah baseball cap muncul dari belakangnya.

"Hai, Inuyasha," jawabnya setengah hati.

Inuyasha duduk di kanan Kagome, pandangannya menyelidik "Apa yang kau lakukan di sini sendirian?" Suara menyebalkan yang Kagome rindukan.

"Cuma cari angin," Kagome tersenyum tipis, kemudian keheningan yang canggung sesaat.

"Kagome, maafkan aku," ucapnya tanpa melihat gadis itu.

"Untuk apa?"

"Kau tahu, pertemuan terakhir kita," Suaranya hampir seperti bisikan.

"Itu bukan salahmu, Inuyasha." Pemuda itu menatapnya, "Semua itu hanya salah paham, jadi jangan pernah merasa tidak enak," tidak ada keraguan sedikit pun yang terpancar dari suaranya, Kagome berkata tulus. Kini amarahnya mulai mereda, ia merasa sangat lelah tidak ada tenaga bahkan untuk marah.

"Aku sama sekali tidak tahu bahwa kau ... " Inuyasha tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.

"Kau tidak tahu apa? Kau tidak tahu bahwa aku dulu menyukaimu?" Kagome tertawa kecil. "Itu sudah bukan masalah lagi sekarang, ya 'kan?" kata-katanya terdengar masam bahkan di telinganya sendiri. "Aku akan selalu menyayangimu sebagai sahabat 'menyebalkan' terbaikku." Mendengar itu, Inuyasha tersenyum kecil.

"Lagi pula, kejadian itu terjadi bukan tanpa alasan, pasti ada sesuatu yang disiapkan untukku." Kagome seperti meyakinkan dirinya sendiri dengan ucapannya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Kikyō?" tanya Inuyasha lagi.

"Aku belum benar-benar berbincang dengannya, tiga hari ini aku di rumah. Rasanya sedikit aneh, kami hanya berbicara seperlunya saja dan sampai beberapa saat yang lalu, aku ... " kali ini Kagome menatap kedua ujung sepatunya, "Aku meledak saat aku mendengar dia menelepon Sesshōmaru, aku begitu marah karena dia tidak menjawab teleponku tapi dia menjawab telepon dari Kikyō." Sedih dan marah bercampur di dalam suaranya.

Kagome merasa aneh kala mengucapkan itu, rasanya itu hanyalah masalah sepele. Seharusnya dia tidak begitu marah kepada Kikyō karena Sesshōmaru tidak menjawab teleponnya. Dan itu memang masalah kecil andai saja dia tidak menyukai Sesshōmaru. Andai saja kejadian enam bulan yang lalu itu tidak terjadi, andai saja kakaknya tidak mengucapkan hal-hal yang menyakitkan hatinya, tidak menuduhnya serendah itu. Semua itu seakan bom waktu, rasa cemburu dan takut kehilangan Sesshōmaru merupakan perpaduan yang pas dengan amarah dan dendam yang terpendam kepada kakaknya lebih dari cukup membuat hal itu menjadi pemicu.

"Apa? Pangeran es itu?" Inuyasha setengah berteriak, dia benar-benar terkejut. Belum sempat Kagome menjelaskan apa yang terjadi dia sudah bertanya lagi, "Apa sekarang Kikyō dengan bajingan itu?" Kagome tidak tahu harus berkata apa.

"Bukankah kau dan Kikyō ... " Kebingungan jelas tersirat dari suara Kagome. "Tunggu! Sesshōmaru bukan bajingan, dia itu baik, dewasa, dan perhatian." Dengan spontan dia membela sosok yang menguasai hatinya, bahkan dari adik laki-laki itu sendiri.

Inuyasha tak percaya mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Kagome, dia terkejut karena Kagome kini membela Sesshōmaru. Dulu dia hanya mengacuhkan ocehannya tentang Sesshōmaru, tapi sekarang. Apa karena kini mereka belajar di universitas yang sama lalu mereka menjadi dekat? Tadi Kagome bilang penyebab pertengkaran dia dan Kikyō kali ini adalah Sesshōmaru, apakah itu berarti mereka berdua menyukai Sesshōmaru? Kedengarannya tidak masuk akal baginya, dua perempuan yang dia sayangi—selain ibunya. Yang satu adalah sahabat terbaiknya sedangkan yang satu adalah cinta pertamanya, mereka berdua sekarang menyukai Sesshōmaru? Si bajingan yang arogan, dingin, perfeksionis, sadistis, juga sombong!

Limerence CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang