Case 08. Seeing Blue [1]

199 18 2
                                    

*The art is not mine.

Summary: Suara permintaan tolong didengar oleh Sesshoumaru yang sedang dalam perjalanan pulang usai menuntaskan kewajiban sebagai seorang samurai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Summary: Suara permintaan tolong didengar oleh Sesshoumaru yang sedang dalam perjalanan pulang usai menuntaskan kewajiban sebagai seorang samurai. Dari balik selimut hujan lebat, sosok rupawan yang hanya terbalut selembar kimono putih berlari mendekat. Situasi itu amat mencurigakan. Desa terdekat bermil-mil jauhnya. Seorang perempuan sendirian di tengah hutan sudah pasti harus diwaspadai, ya 'kan?

Six Petaled Flower

.

.

.

Lima pria lengkap dengan baju perang menunggangi kuda melewati jalan kecil di hutan. Salah satunya, yang mengendarai kereta pengangkut barang berkomentar dengan suara santai, "Sebuah tugas sederhana lainnya telah terselesaikan, satu koku per orang telah menanti untuk dibawa pulang," ucapan itu disusul oleh gelak tawa tiga lainnya.

Berjalan paling depan, orang yang mengetuai gerombolan prajurit atau bushi (pengikut) itu tenggelam dalam pemikiran. Otaknya sibuk menelaah kejanggalan di wilayah yang ia singgahi barusan, 'Ke mana perginya kaum lelaki di desa itu?' Sosok yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mencari kekuatan itu memicingkan kedua mata, ia memperlambat kecepatan kudanya demi meraba insting. Ada sesuatu yang tidak beres di depan sana. Sontak, ia menarik tali kekang demi menghentikan laju kudanya. Bibirnya sudah terpisah, namun arah takdir tak mampu manusia ubah.

Manakala ia hendak melontarkan peringatan pada para bawahan, apa yang ia takutkan akhirnya menjadi kenyataan. Keempat penunggang yang bersamanya tidak menyadari warna tanah yang berbeda tipis dengan sekitarnya. Satu detik kemudian, mereka terjeblos masuk ke dalam jebakan berupa parit yang dalamnya dua meter, terisi dengan jejeran batang bambu dengan pangkal yang di tanam ke dalam tanah dan ujung tajam menjulang menantang langit. Alhasil, kuda-kuda para prajurit terperangkap, kereta pengangkut barang menumpahkan ratusan liter beras yang menjadi bawaan, dan satu samurai yang terperosok ke dalam tipu muslihat hilang hayat di tempat.

Ketika prajurit yang tersisa berhasil keluar dari lubang siasat, sekonyong-konyong, mereka berempat sudah dikelilingi oleh puluhan orang yang memasang tampang berang. Penduduk desa dengan rentang usia bervariasi yang keseluruhannya berjenis kelamin laki-laki itu membawa bermacam-macam alat pertanian yang teracung, siap mengancam.

Para buke berkumpul membentuk sebuah lingkaran kecil melindungi sang atasan di tengah kerumunan orang yang siap memuntahkan amarah. Ketiganya sudah siap menghunuskan pedang kapan saja.

Seorang pria paruh baya dengan pakaian usang dan caping di kepalanya maju ke depan. Bertentangan dengan wajah teduhnya, suaranya lantang menggelegar, "INI ADALAH PERINGATAN UNTUK KALIAN!" Tangan kanan terulur, satu jarinya menunjuk ketua gerombolan itu dengan penuh nyali. "Katakan kepada Tuanmu untuk berhenti menarik pajak di sini! Desa kami sudah mengalami kesusahan, kami tidak harus menuruti perintah kalian lagi!"

Limerence CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang