Case 02. Impact [1]

715 40 0
                                    

Summary : Kagome bertengkar hebat dengan sang kakak, Kikyō. Setelah sekian lama mereka bertemu lagi, apa yang akan terjadi saat Inuyasha dan Sesshōmaru yang menjadi sebab pertengkaran itu kini berada di antara mereka?

Editor: emgrslda

Notes! Originally made for Kagome and Kikyō sisters challenge at DOKUGA. Sebelum ada yang bertanya, iya, ada yōkai di era modern tapi gak semua.

*

Lagi-lagi, kagome menghela napas ketika ia menatap tangga yang seakan tak berujung dari jendela mobil TaishōSesshōmaru. Sebuah tangan besar yang hangat membelai pipi kanan lalu rambut hitamnya. Saat gadis itu menolehkan kepala, bibir Sesshōmaru mengecup lembut pipinya, sedikit menyentuh sudut bibir. Semburat rona merah menghiasi pipinya dan detak jantungnya yang semakin kencang kala kehangatan matahari terbenam yang tergambar di sepasang safir pria itu berbenturan dengan dalamnya laut biru miliknya.

'Apa itu tadi? Dia menciumku? Hampir! Apakah dia sengaja? Bibirku hampir tersentuh oleh bibirnya. Oh, Kami-sama wajahku pasti semerah tomat sekarang. Oke, Kagome, sekarang tenanglah. Tetap tenang, kamu tidak lupa bahwa ia mempunyai indra pendengaran yang jauh melebihi manusia, 'kan? Dia pasti sedang mendengarkan detak jantungmu yang kacau saat ini, dan itu pasti akan sangat memalukan! Siaaal, rasanya aku ingin menjerit kecil. Ada apa sih denganku?'

Alisnya masih terangkat ke atas, Kagome tidak bisa menutupi keterkejutannya. "Mm ... terima kasih untuk tumpangannya." Dia tersenyum canggung lalu menunduk. Disaat itulah kecemasannya kembali, dia menghela napas. "Semuanya akan baik-baik saja," bisiknya, mencoba meyakinkan diri sendiri.

"Jangan khawatirkan hal itu." Meski ujaran dari pria itu bernada dingin seperti biasa, tetapi, kata-kata dan sikapnya berhasil membesarkan hati Kagome. Semua itu memang hal kecil bila ia mendapatkannya dari orang lain, akan tetapi, amat berbeda bila ia mendapatkannya dari Sesshōmaru−yōkai berwajah dingin yang seringkali dicap tidak berperasaan oleh banyak orang.

"Iya, kau benar."

"Yakin tidak ingin mampir?"

"Tidak sekarang."

"Baiklah." Kagome mengangguk kecil lalu melangkah keluar, dia berhenti, memutar tubuh, membungkuk, kemudian berterima kasih sekali lagi dengan sebuah senyuman. "Thanks,Sesshōmaru." Sebagai respons, pria itu hanya menarik kepalanya ke bawah sekali tanpa menoleh. Kagome menutup pintu mobil, dia berdiri di tepi jalan menunggu mobil hitam milik sahabatnya itu hilang dari pandangan.

Di zaman modern Jepang ini, manusia memandang yōkai sebagai ras lainnya. Hanya saja, para manusia tetap memandang yōkai sebagai sesuatu yang lebih dihormati, disegani, ditakuti, bahkan tak jarang dikagumi. Kebanyakan, para yōkai kelas atas yang sudah ada sejak zaman perang Jepang mempunyai daerah kekuasaan besar di wilayah-wilayah Jepang. Oleh sebab itulah, tak heran bila di zaman modern seperti saat itu banyak para yōkai yang menorehkan nama sebagai pemilik perusahaan-perusahaan besar yang menyokong di garis perekonomian negara. Salah satunya adalah keluarga Taishō.

Tidak seperti beberapa keluarga lain yang berusaha membaur dengan manusia, seluruh anggota keluarga Taishō dengan bangga membiarkan tanda-tanda mereka sebagai yōkai; garis magenta di pipi atau tanda bulan berwarna keunguan di dahi mereka.

Pada awalnya, Kagome sering berpikir kalau yōkai seperti keluarga Taishō selalu merasa lebih kuat dalam segala hal dibandingkan dengan manusia, sehingga mereka sering memandang rendah manusia. Mereka senang sekali mengintimidasi manusia. Sesshōmaru adalah contohnya, saat pertama bertemu yang pria itu berikan hanyalah tatapan menusuk—tatapan yang tidak membuatmu nyaman dan ingin segera menjauh.

Limerence CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang