Case 08. Seeing Blue [2]

149 14 20
                                    

Tortoiseshell

.

.

.

Warna senja tertelan oleh kumpulan awan hitam yang sewaktu-waktu melemparkan gejala alam berbahaya. Untuk kesekian kali, petir berusaha menyambar puncak tertinggi di lautan hijau. Hewan-hewan kecil dan besar bergegas mencari tempat bersembunyi dari cuaca buruk yang sebentar lagi menghampiri. Benar saja, secara tiba-tiba, hujan turun dengan derasnya. Pada tengah hari nan cerah pun pancaran langit siang dengan mudah terhalang oleh dedaunan rindang di belantara. Terlebih lagi sore itu, kala hujan badai melanda, suasana lantas kelam layaknya malam.

Di tengah kondisi rimba seperti itu, ada satu siluet manusia berbalut zirah yang membawa bungkusan kain bergerak seorang diri. Di antara akar-akar gendut yang menyembul, langkahnya mantap. Kian lama, medan yang ia lalui kian berat. Tanah basah yang menjadi pijakan semakin melunak dan menguras daya. Sosok tegap itu menghentikan langkah serta mengatur napasnya yang tersengal. Sebagai sandaran ia menyentuh batang pohon yang saking besarnya, manusia dewasa pun tidak dapat memeluknya dengan kedua tangan.

Sesaat pengelana itu mendongak, memandang deretan pohon yang bergeming. Udara bertekanan tinggi melesat cepat, mengempas tanpa jeda. Tangis langit mengguyur tiada henti, membasahi segala yang ada di permukaan bumi tanpa terkecuali. Pepohonan yang rata-rata usianya telah mencapai ratusan tahun itu tetap tegak berdiri. Kelebatan kilat menerangi jalan, rupa lelah kesatria bernama Sesshoumaru jelas terpampang.

Sepersekian detik kemudian suara petir yang menggelegar terdengar amat dekat. Tipis, namun sang samurai dapat merasakan bumi sedikit bergetar di bawah kakinya. Pangkal alis yang menaungi sepasang permata tajam itu bertemu di tengah, ia menarik napas panjang. Pria itu berhenti melaju, bukan karena takut, tapi ia berpikir sejenak, mempertimbangkan situasi. Saat itu, samar-samar ia melihat kerlip cahaya kecil di kejauhan. Tujuan baru telah ditemukan, keputusan telah ditetapkan. Ia lalu mempercepat langkah meski melewati jalan mendaki.

Sumber penerangan yang lelaki itu lihat berasal dari jalan setapak yang tersorot oleh sisa-sisa sinar matahari yang kian tenggelam di sudut horizon. Kian dekat ia dengan jalan kecil yang ia temukan, semakin ia menyadari keberadaan sebuah kastil terbengkalai yang tak jauh darinya. Pria itu menyusuri dinding kayu yang menjadi pagar sampai tiba di depan gerbang utama.

Sesshoumaru memindai sekitar; Halaman luas itu ditumbuhi dengan berbagai macam tanaman liar dan semak belukar yang tingginya mencapai satu meter. Kastil reyot yang keseluruhan arsitekturnya terbuat dari kayu dan dahulu bercat merah itu terdiri dari beberapa bangunan, namun, hanya yang paling dekat dengan pintu masuklah yang masih berdiri meski terlihat rapuh dan kapan saja bisa rubuh.

Setelah yakin akan keadaan, ia memutuskan untuk beristirahat sebentar di beranda bangunan utama. Punggungnya bersandar pada bilik kayu, akan tetapi, wakizashi-pedang tradisional Jepang dengan panjang mata bilah antara antara 12 hingga 24 inci-beserta katana-nya masih tersanggah di pinggang.

Sambil menghadap ke arah pintu gerbang, prajurit itu duduk tatehiza (kaki kiri seperti bersila tapi telapak kaki kanan menyentuh lantai dengan lutut terangkat) dengan begitu, ia dapat dengan cepat bereaksi bila sewaktu-waktu ada bahaya yang menghampiri.

Laki-laki itu mencopot helm dan topengnya. Surai hitam pekat panjang yang tadinya tergelung di tengkuk sekarang ia ikat tinggi-tinggi, poni basah sebatas alis berjatuhan di dahi. Pria itu mengelap roman dinginnya dengan punggung tangan berlapis pelindung (tekko).

Putra sulung Inu no Taisho itu tengah terseret arus pemikiran. Meski ia memandang lurus ke depan, pikirannya jauh tertinggal ke belakang, ke problema yang telah dilalui. Beberapa jam lalu, ia dan beberapa anak buahnya pergi ke satu desa untuk mengumpulkan pajak. Jumlah yang ditetapkan sudah ia kantongi tetapi, belum tuntas ia menyelesaikan tugas, hal yang tak terduga terjadi.

Limerence CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang