part 22

7.4K 353 25
                                    


Happy reading.

•••

Sejak kecil Naya selalu diajarkan untuk selalu mengalah dengan Nara. Kehidupan Naya juga tidak terlalu mulus, ada saja masalah yang selalu menghampiri dirinya.

Di fitnah, di caci, di bandingkan, sudah pernah Naya rasakan sedari dulu sampai sekarang. Namun, Naya tetap menerima segala kejelekan yang orang orang nilai untuk dirinya.

Kesedihan yang sebanarnya Naya rasakan, tidak pernah ia utarakan pada orang tuanya. Ketahuilah jika Naya memiliki ketakutan tersendiri jika berhadapan dengan Guntur dan Nova.

Itu sebabnya, Naya selalu diam menahan segala kesedihan yang ia rasakan. Dulu, ia selalu curhat dengan Niko. Tapi sekarang, ia akan curhat jika orang tersebut menanyakan keadaannya.

Naya termenung di pinggir pantai, menikmati suara ombak yang menenangkan. Suasana seperti ini lah yang paling Naya suka, ketika mendengar suara aliran air ataupun suara burung berkicau adalah favoritnya dari kecil.

"Kenapa gue jadi pingin tinggal di desa?" Gumam Naya.

"Udah lama Nay?" Naya tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara yang sangat ia ketahui siapa pemiliknya.

Naya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Gue suka suasana disini, tiga jam pun gue rasa seperti tiga menit"

"Lo suka pantai?" Tanya Revan, setelah ia duduk tepat di samping Naya dengan menekuk lututnya.

Naya menoleh sekilas ke arah Revan. Penampilan Revan sangat keren menurut Naya, dengan atasan putih dan celana coklat pendek selutut menambah aura ketampanan yang ada pada Revan.

"Sangat" jawab Naya singkat.

"Lo suka gue?" Pertanyaan Revan membuat Naya diam seribu bahasa. Ia bingung cara merangkai kata yang tepat agar Revan bisa paham perasaannya.

"Maksud gue, selain pantai lo suka apa?" Ralat Revan.

"Langit gelap yang bertabur bintang, suara hujan,suara burung berkicau" ucap Naya, sambil menulis namanya sendiri di hamparan pasir.

"Lo penasaran sama Renay?" Tanya Revan.

"Gue gak penasaran, cuman bingung aja"

"Oh... Kalau gitu, gue gak perlu kasih tau lo"

Naya mencibikkan bibirnya "lo niat apa nggak sih sebenarnya?" Tanya Naya sinis.

"Gue niat, tapi lo gak penasaran" jawab Revan santai.

"Yah gue pengen tau"

"Apa bedanya sama penasaran?" Tanya Revan sengaja membuat Naya kesal.

"Yah lo mau kasih tau nggak? Lo udah janji sama gue. Janji adalah hutang" kesal Naya.

Revan terkekeh kecil "Renay itu nama kita berdua" Naya mengkerutkan alisnya bingung. Renay? Maksudnya?

"Waktu lo umur lima tahun, lo pernah bilang mau bikin Cafe sama Villa tapi dengan campuran nama gue sama lo. Renay, itu lo sendiri yang rekomendasikan nama sama nyokap gue dulu. Cafe nya baru jadi setahun yang lalu, sedangkan Villanya udah dari sebelum kita di jodohin"

Dulu, Naya dan Revan memang terlihat sangat dekat. Kemanapun, mereka akan selalu bersama. Nara? Saat itu, Nara berada di Singapore bersama neneknya untuk melakukan terapi rutin, dan baru kembali di umur enam tahun.

Di saat Nara kembali lah, Revan sangat jarang bermain dengannya lagi, Revan selalu mengutamakan Nara, Revan juga lebih sering menghabiskan waktu dengan Nara di banding dengan Naya.

NAYARA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang