Happy Reading.
•••
Naya mendudukkan dirinya di kursi taman dekat rumahnya. Kebiasaan Naya ketika sedang tidak baik-baik saja pasti akan pergi ke taman untuk menenangkan diri.
Sudah hampir tiga jam lamanya Naya melamun. Ia tidak habis pikir dengan jalan kehidupannya sekarang. Sedari tadi ponsel nya berbunyi, tapi tak dihiraukan oleh Naya. Terlalu malas untuk sekedar mengangkat telepon seseorang yang sekarang sedang ada di pikirannya.
Naya bingung dengan perasaannya sekarang, sepertinya sudah waktunya untuk menyerah. Tidak ada gunanya lagi jika harus berjuang. Apa tuhan ingin mengambil nyawanya sehingga tuhan tidak membiarkan dirinya untuk berada di sisi Revan? Miris sekali.
"Andai lo paham perasaan gue. Gue minta sedikit waktu lo untuk ada disisi gue sampai waktunya gue udah gak ada lagi Van. Tapi, itu gak akan mungkin terjadi. Mungkin lo terlalu malu, kenal sama gue yang penyakitan" Naya tertawa miris mengingat kisah cintanya yang tak berjalan mulus.
Banyak yang bilang jika cinta pertama susah untuk dilupakan. Mungkin itu benar, Naya berpikir untuk melupakan Revan akan memakan waktu yang sangat lama. Tidak mudah bukan melupakan orang yang bahkan mengisi hari-hari lo dari kecil sampai sekarang?
"Dari tadi gue telpon kenapa gak di angkat?"
Naya berdiri dari duduknya karena kehadiran Revan yang tiba-tiba dengan wajah panik yang lebih mendominasi.
Naya menundukkan kepalanya tidak berani menatap Revan. "Maaf"
"Udah malam Nay. Lo pergi gak bilang-bilang, telepon juga gak di angkat, lo bikin semua orang panik!" Ucap Revan tajam.
"Gue cuman mau tenangin pikiran gue. Suasana disini buat gue jadi lebih tenang" balas Naya.
"Seharusnya lo bilang, biar semua orang gak panik. Dinar sampai nangis karena khawatir sama lo, dia merasa bersalah sama lo. Tapi lo dengan santainya disini"
Naya menatap mata Revan sendu, tersenyum sedikit untuk menguatkan hatinya. "Sorry udah ngerepotin kalian"
"Oh ya. Selamat, hubungan lo sama Dinar udah membaik. Gue doain yang terbaik" lanjut Naya menepuk pundak Revan, setelahnya ia pergi dari hadapan Revan.
Revan diam menatap punggung Naya yang kian menjauh. "Semoga lo ngerti Nay"
•••
"Apa semuanya baik dok?"
"Kondisi anda tambah menurun, saya saranin agar jangan terlalu banyak berpikir apalagi beraktivitas yang membuat tubuh anda jadi kelelahan"
"Tapi dia bisa sembuhkan?" Tanya Marcel.
"Kemungkinan bisa. Hidupnya benar-benar sangat beresiko, hidup dengan satu ginjal sejak usia 13 tahun itu tidak lah mudah. Tapi dia gadis yang kuat bisa bertahan sampai sekarang walau kondisinya memburuk"
"Terima kasih"
Naya, Marcel dan Tiara keluar dari ruangan tersebut. Marcel maupun Tiara mendesak untuk ikut dengan Naya, jadilah mereka berada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYARA [Proses Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA-!] apa yang lo rasain ketika lo punya tunangan tapi tunangan lo malah suka sama kembaran lo? sakit? marah? hancur? itulah yang dirasakan seorang Nayara Destia Narendra. Naya tidak bisa marah dengan tunangan maupun kembaranny...