Happy Reading.
•••
Langit masih terlihat nampak gelap, padahal jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Kamar bernuansa putih biru ini dipenuhi dengan berbagai macam gaun dan juga alat make up.
Pagi-pagi sekali, Naya sudah di sibukkan dengan acara pertunangan nya yang akan di laksanakan pada pukul 9 pagi. Takut sekaligus gugup, itulah yang dirasakan Naya saat ini.
Saat pertama kali, acara tunangannya hanya dihadiri oleh keluarga saja, sedangkan sekarang, dihadiri oleh teman temannya dan juga kerabat kedua keluarga.
"Sangat cantik. Saya hanya memoles sedikit make up di wajahnya agar terlihat natural," ucap sang penata rias.
"Tidak di poles pun calon menantu saya sudah sangat cantik," balas Riska, membuat pipi Naya terlihat memerah, bukan karena blush-on melainkan karena ucapan Riska yang membuatnya malu.
"Bunda jangan terlalu berlebihan," ujar Naya menunduk malu.
"Calon suami nya sangat beruntung mendapatkan seorang perempuan cantik dan baik hati seperti Naya," goda Lisa, sang penata rias.
"Tentu saja, saya sebagai orang tua pun sangat beruntung mendapatkan seorang anak perempuan yang cantik seperti dia," timpal Nova, yang juga ikut menggoda Naya.
"Kalau Nara tunangan nanti, kalian semua bakalan puji Nara apa nggak?" Tanya Nara tiba-tiba. Ia sangat jengah mendengar semua orang memuji-muji kembarannya itu. Padahal kan wajah nya dengan Naya tidak jauh berbeda, tapi kenapa hanya Naya yang di puji?
"Pingin di puji kok bilang-bilang," sindir Naya.
"Aku kan cuman nanya, kenapa kak Nay yang sewot," balas Nara kesal.
"Nara cantik, ga ada bedanya sama Naya. Udah jangan berantem masih pagi ini," sahut Claudy.
Claudy paham betul maksud Nara seperti apa. Saat bertunangan dengan Nathan, adiknya juga memiliki sifat yang sama seperti Nara. Ia ingin di puji seperti hal nya orang-orang memuji dirinya, tapi ia tahu jika itu hanyalah sebagai candaan belaka. Perasaan sedih adiknya itu lebih mendominasi, terlihat dari raut wajah nya begitu pun dengan Nara.
"Habis tunangan, kak Nay langsung gak ada di rumah ini?" Tanya Nara dengan nada pelan.
"Aku janji bakalan sering sering ke sini," balas Naya.
Nara menghela napas nya kasar, jika Naya pergi maka ia tidak memiliki teman lagi di rumah ini. Claudy selalu sibuk membantu Nova di dapur, terkadang juga menemani Nova ketika berkumpul dengan teman sosialitanya.
"Gak mau terlalu ber-ekspetasi tinggi. Aku mau ke ruang sebelah dulu, minta izin sama kakak ipar supaya kak Nay tetap disini." Nara langsung pergi dari ruangan itu ke ruangan sebelah. Beberapa make up stylist yang ada di ruangan tersebut tertawa melihat tingkah Nara yang masih ke kanak-kanakan.
•••
Acara tunangan baru saja selesai dilaksanakan. Naya maupun Revan pun sudah mengganti pakaiannya. Sekarang, tinggal tersisa keluarga saja yang kini sedang melaksanakan acara makan malam sebelum berpamitan pulang.
"Sesuai dengan apa yang Nara bilang pokoknya!"
Revan menghembuskan napas nya pelan. Sebelum acara dimulai, Nara datang menghampirinya dan meminta izin agar Naya tetap tinggal disini sampai besok. Ia tidak bisa menolak, karena menurutnya Nara terlalu berat jika harus melepas Naya yang notabenya teman sepergabutan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYARA [Proses Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA-!] apa yang lo rasain ketika lo punya tunangan tapi tunangan lo malah suka sama kembaran lo? sakit? marah? hancur? itulah yang dirasakan seorang Nayara Destia Narendra. Naya tidak bisa marah dengan tunangan maupun kembaranny...