part 32

8.6K 325 9
                                    




Happy Reading.

•••


3 tahun kemudian.

Suara ombak pesisir pantai mampu membuat pikiran siapapun yang menyukai suaranya menjadi lebih tenang.

Ditambah pemandangan di sekitar pantai dapat menyejukkan penglihatan mata, hijaunya pepohonan, bersihnya lingkungan disekitar pantai, warna air yang sangat indah dan cuaca panas yang mendukung.

Tidak akan pernah bosan jika melihat pemandangan yang seperti ini. Begitu juga dengan seorang gadis yang saat ini tengan bersantai di bawah pohon yang rindang untuk berteduh dari panasnya matahari.

Yang dilakukan gadis itu hanyalah memandang air pantai di depannya tanpa mengubah posisi sangking nyamannya.

"Ayok bersiap. Kami sudah daftarkan anda di kampus terbaik disana"

"Sebentar, disini sangat nyaman"

"Tidak ada waktu lagi. Mohon mengertilah, kami bisa kena marah jika saja anda terlambat"

"Sepuluh menit janji"

"Sekarang!" Suara berat nan tajam, masuk ke indra pendengaran gadis tersebut yang membuat tubuhnya membeku.

"Sam ak..."

"Sekarang Nay!" Naya berdiri dari duduknya, pria posesif,cuek dan sedikit kejam seperti Samuel tidak bisa di lawan. Sedikit saja menentang, maka Samuel tidak akan segan segan menghukumnya.

"Sepuluh menit please" bujuk Naya lagi.

Samuel tidak menjawab, ia langsung pergi dari hadapan Naya. Itu bukanlah sebuah kode mengiyakan, tapi tanda langsung pergi itu adalah sebuah kode bahwa perkataan nya tidak bisa dibantah.

"SAMUEL JAGUAR! AWAS AJA LO YAH BAKALAN GUE BALAS!" Teriak Naya emosi.

"Mari" Naya menatap tajam para pengawal yang ada di hadapannya ini. Selama setahun lamanya, ia selalu saja di ikuti oleh empat pria berbadan kekar, tentu saja karena kemauan Samuel.

"Gak ngerti apa aku belum dapat gandengan, sudah disuruh cepat pulang" gumam Naya pelan.

•••

Jam sudah menunjukkan pukul 12:00 siang. Naya sudah mendarat dengan selamat di bandara. Perjalanan jauh selama memang sangat melelahkan, Naya mengistirahatkan tubuhnya di salah satu kursi yang telah tersedia di luar bandara.

Tak hanya untuk istirahat, Naya juga menunggu jemputan nya yang tak kunjung datang, padahal mereka sudah janji akan menjemput tepat pukul 12:00.

Suara dering telpon dari ponselnya membuat Naya sedikit terkejut, ia melihat nama si pemanggil seketika raut wajahnya menjadi kesal.

Hallo.

Lo dimana sih Nay?

Lo yang dimana-!

Gue di parkiran atas nih.

Kebawah lah anjim, gue di bawah.


Lo pulang-pulang dari Amerika
ngomong kasar yah.

Gue capek.

Tut

Naya memutuskan panggilannya sepihak. Haus, lapar, ngantuk, itulah yang Naya rasakan. Wajar saja jika mood nya kurang baik, ditambah lagi sang penjemput yang benar-benar lama.

NAYARA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang