Happy Reading
•••
Nara sedang fokus pada adonan yang ada dihadapannya. Nara berniat akan membuat donat kesukaan Revan sebagai permintaan maaf, walau sebenarnya ia juga tidak mengerti, akan perubahan sikap Revan yang sangat cuek padanya.
Sudah hampir tiga jam lamanya ia membuat donat, tapi tak urung selesai juga.
"Yang kurang apasih, Kenapa gak mau ngembang adonannya?" Karena kesal, Nara memutuskan untuk menyudahi acara membuat donatnya.Itulah Nara, ia cenderung mudah menyerah jika melakukan apapun.
"Mending gue beli aja, daripada bikin capek capek" dumel Nara.
Nara kembali ke kamarnya untuk istirahat. Namun, baru berapa langkah, ia mendengar suara pagar yang di geser dan suara mesin mobil. Karena penasaran bercampur takut, Nara memutuskan untuk melihat dari arah jendela yang langsung menghubung ke arah luar gerbang di lantai dua.
"Nara?" Nara terlonjak kaget karena panggilan misterius dari arah belakang.
"Abang! Ngagetin aja sih" kesal Nara.
"Ngapain disini?" Tanya Nathan memincingkan matanya.
"Hm... Nara baru aja selesai nutup korden, tadi sempat terbuka" bohong Nara. Sebenarnya ia bisa saja mengatakan yang sebenarnya, tapi entah kenapa pikirannya langsung menjerumus ke arah kebohongan.
"Masuk kamar sekarang! Besok pagi udah harus berangkat" Nathan pun langsung pergi dari hadapan Nara menuju lantai bawah.
Nara yang penurut pun pergi menuju kamarnya, dengan rasa penasaran yang masih ada di hatinya.
•••
"NAYA!"
Naya melepaskan pelukannya. Perasaannya sekarang bercampur-campur antara gugup, takut, dan marah. Marah? Tentu saja Naya merasa marah. Ia sudah merasa nyaman berada di pelukan Revan, tetapi suara seseorang mengganggu zona nyaman nya.
"Abang?" Ucap Naya, setelah tahu siapa orang tersebut.
"Ngapain lo peluk adek gue segitunya?" Tanya Nathan sinis yang ditujukan untuk Revan.
"Gue.... "
"Gak usah gugup gitu kali, santai aja bro. Thanks udah ngantarin Naya, mending sekarang lo pulang, besok pagi harus siap-siap berangkat" Naya menghela napas lega. Ia pikir Nathan akan marah padanya, atau mungkin belum? Entahlah Naya tidak terlalu peduli.
Revan mengangguk, ia langsung pamit pulang dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal.
"Nay" panggil Nathan.
"Kalau mau pelukan, lain kali jangan disini. Ingat masih ada Nara di dalam, bisa jadi dia bakalan liat adegan manis kalian berdua" lanjut Nathan, mencubit pipi tembem Naya gemes, karena ekspresi lucunya.
Naya membeku di tempat, matanya melirik kearah Nathan yang jalan mengambil motor. Sudah dapat Naya pastikan, jika Nathan akan pergi nongkrong bersama temannya.
Tetapi ada yang aneh, kenapa Nathan tidak marah padanya? Tidak hanya Nathan, Sifat mamah nya juga aneh akhir-akhir ini, lebih ke... Perhatian maybe?

KAMU SEDANG MEMBACA
NAYARA [Proses Revisi]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA-!] apa yang lo rasain ketika lo punya tunangan tapi tunangan lo malah suka sama kembaran lo? sakit? marah? hancur? itulah yang dirasakan seorang Nayara Destia Narendra. Naya tidak bisa marah dengan tunangan maupun kembaranny...