11. Menenangkan diri✓

1.6K 123 0
                                    

Jisoo pov

Sakit di kepalaku sudah mereda. Aku menatap langit langit kamar dan aku tau air mataku mengalir dengan derasnya. Aku bertanya tanya, apa sebenarnya yang membuat kak Jin semarah itu??

Aku meringkuk di atas ranjang, memangku kepalaku di antara kedua lututku ini. Aku benar benar sangat menyedihkan bukan?? Kak jin tak pernah seperti ini walau selama ini aku tau dia membenciku. Dia sering berkata kasar tapi tak pernah berbuat kasar. Aku mengingat tatapannya, sorotan jijik itu tak bisa aku hilang dari kepalaku. Apakah aku sehina itu?? Dia berkata kasar saja sudah mampu membuat hatiku perih.

Namun kini jiwaku yang terguncang dan hatiku bagaikan kaca yang pecah dan sudah tak terbentuk lagi. Apa memang aku serendah itu di matanya?? Matanya bahkan tak merasa bersalah saat melakukan kekerasan padaku. Jika hatiku dulu menyuruhku untuk bertahan tapi hari ini hatiku menyuruhku untuk pergi, pergi dari kehidupannya.

Ini adalah hari ulang tahunku, tapi aku malah mendapatkan hal terburuk, ya terburuk karena sepanjang aku hidup baru pertama kali aku di kasari. Mulai detik ini aku membenci ulang tahunku.

Aku sudah putuskan satu hal, langkah yang seharusnya aku ambil dari dulu.

********

Jin pov

setelah membersihkan badan aku langsung menuju ruang kerja. Aku akan melampiaskannya dengan bekerja. Sesampainya di sana aku langsung menyambar laptop ku dan mulai bekerja.

Tapi pikiranku langsung tertuju pada Jisoo, lalu aku menatap tanganku yang menarik rambutnya tadi. Jika aku pikirkan sekarang, aku menariknya cukup kuat. Seketika aku merasa bersalah, namun pikiranku merasa malu jika minta maaf padanya. Walau sebenarnya aku merasa itu memang salahnya tapi tak seharusnya aku menyakiti fisiknya. Aku tak pernah melakukan kekerasan terhadap wanita, namun kali ini apa yang aku lakukan.

Aku merasa seperti pecundang, bisa bisanya aku melakukan itu.
" Apa yang kau lakukan Jin?? kau sudah gila haa!! " Ucap ku frustasi. Ini tidak bisa di biarkan. Aku harus mengecek keadaannya.

***********

Author pov

Jin segera pergi ke kamar Jisoo yang ada di sebelah ruang kerjanya.

" Jisoo..." panggil Jin dari luar namun tak ada jawaban sama sekali. Jin memanggilnya lagi hingga berulang kali namun nihil, Jisoo tak menjawab.

Jin pun memberanikan memegang gagang pintu Jisoo, Jin membukanya perlahan. Jujur saja, di sudut hati Jin ada sedikit rasa khawatir, takut wanita itu kenapa napa.

Saat pintu terbuka, Jisoo tak ada di sana, kamar mandi juga tak ada. Jin pun turun ke bawah untuk mencarinya, kini ia berlari dengan panik mencari Jisoo.

Ia sudah mencari kemana pun, namun Jisoo tak ada juga. " Kemana wanita itu?? " Tanya Jin pada dirinya sendiri.

Tanpa sengaja matanya tertuju pada kamar tamu yang tertutup. Jin pun langsung mendekati pintu dan dengan cepat membukanya.

Jisoo langsung menoleh ketika mendengar suara pintu yang terbuka, ketika tau siapa yang masuk Jisoo semakin tak kuasa menahan tangisnya. Ia langsung membuang muka.

Untuk pertama kali Jin melihat Jisoo menangis sampai sebegitunya. " Jisoo..." Panggil Jin lembut. Jisoo mendengarnya tapi ia enggan untuk menoleh.

" Kau tau kan, hubungan yang kita jalani ini salah. Bagaimana pun kau bertahan jika tali yang menahannya tidak mampu, kau akan tetap  terjatuh. Kau mengerti maksudku kan " ucap Jin yang kini sudah duduk di pinggir ranjang. Jisoo hanya diam saja tapi air matanya terus mengalir.

" Ayo kita berpisah, mintalah cerai, papaku pasti menyetujuinya. Kau tau papa akan pulang 3 hari lagi hmm " pinta Jin tanpa keraguan sama sekali, sedangkan Jisoo yang mendengar itu merasakan hatinya tertimpa berton ton beban.

Jin yang tak mendapat tanggapan pun akhirnya memutuskan pergi dan menutup pintu kamar, ia tau Jisoo butuh sendiri.

" Aku berjuang sekeras ini, tetapi kau meminta pisah tanpa keraguan sama sekali " Ucap Jisoo lirih setelah suaminya pergi.

*******

Pagi hari, Jisoo bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah mandi dan sarapan sepotong roti dan susu ia segera pergi. Tentu saja ia tak mau bertemu dengan Jin, bahkan saat ini ia masih belum siap untuk berbicara dengan suaminya itu.

Jisoo berjalan dari rumah menuju halte bis, Jisoo yang hari ini memakai celana jeans dan juga atasan sweater berwarna cream ,karena cuaca cukup dingin Jisoo juga mengenakan syal. Jisoo menatap jalanan yang masih sepi dengan tatapan kosong. semalaman ia menangis mengakibatkan matanya bengkak, untuk itu jisoo mengantisipasinya dengan kacamata ia juga mendengarkan lagu lewat headset.

" Selamat ulang tahun untukmu wanita paling menyedihkan " gumam Jisoo pada dirinya sendiri. Tentu hanya ia yang mendengar, karena di halte ini baru ia yang datang. Ia tidak ke kampus hari ini, Jisoo ingin pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya bis yang ia tunggu datang juga. Selama perjalanan Jisoo hanya menatap jalanan yang sudah cukup ramai. Jisoo harus merayakan ulang tahunnya seorang diri, tahun lalu keluarganya masih mengadakan pesta kecil ulang tahunnya. Namun, berbeda dengan tahun ini, Jisoo tak mau terlalu berharap mendapatkan ucapan selamat dari keluarganya karena Jisoo tak yakin keluarganya mau melakukannya.

Jisoo melihat ponselnya yang berdering, ya Irene menelponnya. Sebenarnya sudah 17 kali Irene menghubunginya tapi Jisoo enggan mengangkatnya. Jisoo menghela nafasnya pelan, Lalu ia menggeser tombol hijau untuk mengangkat telpon sahabatnya.

" Ya, halo " sapa Jisoo terlebih dahulu.

" Akhirnya kau mengangkatnya!! Kau dari mana saja?! Mengapa tak mengangkat telponku?! Mengapa kau juga belum ke kampus?! Ini sudah mau masuk tau!! " Tanya Irene beruntut dan meninggikan suaranya, terlihat jelas bahwa wanita itu kesal. Jisoo memejamkan matanya ketika suara Irene begitu memekakkan telinga. Untung saja dia mengenakan headset, jika tidak penumpang lain pasti mendengarnya juga, bikin malu saja.

" Hei tanya itu satu satu, juga jangan berteriak. Telingaku sakit mendengar suaramu " sungut Jisoo kesal.

" Ya rasakan, habisnya kau membuatku kesal. Aku khawatir padamu, aku takut si manusia balok itu macam macam padamu. Kau tidak apa apa kan?? "

" Manusia balok siapa maksudmu ?? "

" Siapa lagi jika bukan suami mu itu. "

Jisoo terdiam sejenak setelah mengerti pertanyaan Irene. Ia flashback ke kejadian tadi malam.

" Hei, mengapa kau diam?? Apa ucapanku benar haa?! Jika iya, katakan dia berbuat seperti apa padamu. Biar aku hajar laki laki tidak tau diri itu "

" Kau tenang dulu, dia tidak berbuat apa apa, dan aku baik baik saja. Hari ini aku membolos, karena aku butuh refreshing " Jawab Jisoo, tentu ia berbohong.

" Haa?! kau yang benar saja. Seorang Kim Jisoo tidak akan refreshing kalau tidak hari libur. Dan saat ini kita tengah ada kelas, lalu kau membolos?? apa sekarang otakmu tidak waras atau jangan jangan kau bukan Jisoo dan seseorang dari masa lalu yang masuk ke tubuh sahabatku seperti novel novel yang ku baca?! " Ucap Irene begitu heboh.

" Kau yang tidak waras, tentu saja aku Jisoo. Terlalu banyak baca novel membuatmu memikirkan hal fiksi yang yang tak mungkin terjadi, dasar gila. Pokoknya hari ini aku membolos karena ingin saja, tidak ada alasan lain. Aku tutup dulu, sebentar lagi aku akan sampai "

" Hei, tung--- "

Jisoo segera mematikan telpon secara sepihak, ia tak ingin meladeni sahabatnya saat ini, pasti tidak akan berujung. Jisoo ingin menenangkan diri ke sebuah taman. Di sana banyak anak kecil, Jisoo sangat menyukai anak kecil. Mungkin cukup untuk melupakan sejenak masalah yang ia miliki saat ini.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
Jisoo berkata, " Jangan lupa Vote and komen "

To
Be
Continued

If I Leave You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang