S22 - Good Bye Happiness

3.1K 770 431
                                    

S22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

S22. Good Bye Happiness


Terima kasih untuk yang masih bertahan sejauh ini. Sedikit lagi kita berpisah, semoga masih mau membersamai hingga akhir kisah. Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak, ya. Sedikit banyak itu membuatku tahu siapa yang masih bertahan bersama. 💛💛💛 untuk Cia dan dari Cia.



🍁🍁🍁
Ada yang pernah berkata,
bahwa rasa percaya itu ibarat kaca.
Jika sekali saja retak dihempas kecewa.
Tak ada lagi yang bisa merekatkannya.
-Fabian Khasava

Dari sekian banyak hal di dunia, tidak pernah ia pikirkan bahwa semesta akan memberinya kejutan yang mengandung kecewa dan luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari sekian banyak hal di dunia, tidak pernah ia pikirkan bahwa semesta akan memberinya kejutan yang mengandung kecewa dan luka. Paket lengkap yang terasa pilu tatkala bocah kecil di gendongan Rianti memeluk leher sang mama, perlakuan yang entah kapan pernah ada dalam ingatannya. Mungkin bertahun lalu, saat ayah masih bersama mereka.

"Mama?" Dahi gadis berkerut. Mengulang ucapan anak kecil tadi.

Bertepatan dengan wanita yang dipanggilnya itu menoleh, diikuti dua orang di samping beliau.

"Cia?" Bisa terlihat keterkejutan di netra Rianti.

Gadis itu menggeleng pelan, genggamannya pada Theo pun mengerat. Tidak ada yang bisa membaca tatapannya pada sang mama bahkan saat perempuan empat puluh satu tahun itu mendekatinya, Cia memilih mundur.

"Cia dengarkan Mam―"

"Apa yang harus aku dengar? Sejak kapan? Sejak kapan Mama―" Cia tidak melanjutkan ucapannya. Ia mengalihkan pandangan yang harus bertemu tatap dengan pria di samping Rianti.

"Peachia ...."

"I don't know you. Jadi, jangan pernah panggil nama saya," potongnya cepat.

"Cia!" tegur Rianti yang dibalas gadis itu dengan tatapan yang sama.

"Kenapa? Aku benar, kan? Aku nggak kenal dia dan anak kecil itu ..." Kalimatnya tersendat, matanya berkaca. Theo bahkan mengusap pundaknya untuk menenangkan.

SOLITAIRE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang