S7. Sunday Fun Day
I don't have any words to say.
Cuma berdoa, semoga ghost di lapak Cia ini mau keluar. ☺️☺️ Siders-nya luar biasa.
Then, happy reading.
💛💛💛🍁🍁🍁
Don't like me?
Cool, I don't wake up every day
to impress you!
-AnonimousCia memarkirkan mobilnya di parkiran luar bukan basement, sebab ia ke sana tidak untuk menginap. Minggu siang ini Cia sudah berjanji akan mengunjungi dua orang keluarganya yang sedang menyempatkan diri ke Jakarta. Gadis itu mengangguk saat satpam yang membantu menyapanya ramah. Sudah lama rasanya tidak menyambangi bangunan hotel bergaya modern klasik ini. Sedikit banyak Cia mengenal siapa pemilik hotel bintang lima yang keseluruhannya di dominasi warna hijau tersebut. Ia dulu sempat bertanya pada Om Arva mengapa seluruh hotel milik Alwir Grup berwarna hijau? Beliau hanya menjawab singkat, tetapi mampu membuat Cia terkagum pada pemikiran pemilik hotel ini.
"Sebab hijau adalah warna representatif surga, Peachia." Itu jawaban Om Arva. Yang membuat Cia tak lagi bertanya namun rasanya selalu bahagia ketika menginjakkan kaki di sini. Suasananya damai dan menenangkan. Mungkin itu juga yang menjadi alasan mengapa hotel berkonsep serba halal ini menjadi pilihan utama menginap bagi muslim jika berkunjung ke ibu kota.
"Assalamu'alaikum. Selamat datang di Alwir Syariah Hotel." Sapaan itulah yang membuat senyumnya semakin melebar. Salam yang tak pernah tertinggal.
"Wa'alaikumussalam," balas Cia riang dan melangkahkan kaki menuju restoran hotel yang berada di lantai satu sebelah kiri.
Ia masih belum lupa meskipun sudah lama tak ke sini. Sebab seluruh keluarganya akan menginap di sini saat mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Jakarta. Jadi, tidak sulit untuk menemui dua orang yang sangat dirindunya itu.
"Kakakkkk!!" Teriaknya yang disambut tatapan menyipit dari Bik Cik-nya. Cia balas menyengir.
"Salam dulu." Suara lain terdengar ketika Cia sudah sampai di samping meja dekat jendela kaca.
"Assalamu'alaikum. Aku kangen," ucapnya cepat yang disambut gelak tawa dari mereka.
"Wa'alaikumussalam." Balasan terdengar bersamaan. Kini perempuan berkhimar magenta itu menyambut uluran tangan Cia. "Miss you too, Little nephew," sambungnya membuat Cia langsung menyerbu ke dalam pelukan Arael.
"Kenapa lama banget, sih, ke sininya." Cia cemberut ketika melepaskan dekapannya.
"Aku kerja, Ci." Jawaban dengan suara lembut khas Bik Cik-nya itu dibalas Cia dengan dengkusan pelan. Sebelum ia menatap tajam ke arah seseorang di depannya.
"Kakak juga! Kenapa nggak pernah ngunjungin aku?!" tukasnya.
"I'm also busy, Cousin." Pemuda itu menjawab singkat.
Cia berdecih sambil bersedekap. "Bizi bizi bizi ... sok sibuk banget," ejeknya seraya menyeruput orange juice di atas meja yang ia ketahui milik Arael. Makanan juga sudah tersaji di hadapan mereka. Cia menyeringai puas.
"Emang!" Arael turut menyetujui ucapannya.
Membuat Cia semakin semangat untuk menggoda pemuda berwajah hangat, tetapi sifatnya justru jauh dari itu. Sebenarnya tidak dingin seperti es batu juga, kakak sepupunya hanya bersikap datar pada orang yang tak dikenalnya baik saja, menuruni sifat khas pamannya sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITAIRE ✔️
Teen FictionFOR SERIES Sequel of For Rayden & For Shanum "Uncheerful Inside" Kisah ini bermula dari gadis bernama Peachia. Menceritakan masa remaja yang tak seindah dipandang mata. Mengungkap kesedihan yang terpendam, menguak kesetiaan dibalik nama persahabatan...