SP Fabian : Everything Is Gonna Be Okay Doesn't Always A Right Way [2]

3.5K 717 446
                                    

Fabian Khasava
Everything Is Gonna Be Okay
Doesn't Always A Right Way



🍁🍁🍁
Aku kembali setelah dipusingkan dengan deadline Greatest Love yang kudu setor ke Penerbit wkwkwk jadiiiii mon maap karena Sabtu kemaren kelewat apdet hehehe

Lanjutan Ciul tetep tak usahain balik di hari Sabtu. Semoga bisaaaa wkwk karena akutuh lagi gampang capek, jadi otaknya susah diajak konsentrasi 😂😂 oke deh dari pada panjang lebar, jangan lupa BINTANG, KOMEN, dan 💛💛💛 yaaaa!!!

Kali ini kuizinkan kenalan banyak-banyak dengan Ravindra.
Happy Reading, Pasukan Kuning!
🍁🍁🍁




Bian baru saja menutup buku Fisika-nya saat terdengar teriakan Fania dari kamar sebelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bian baru saja menutup buku Fisika-nya saat terdengar teriakan Fania dari kamar sebelah. Pemuda itu terkekeh pelan dan menggeleng saja, tidak berniat datang melihat si tengah sebab ia bisa mendengar nama siapa yang baru saja Fania sebutkan. Tentu saja anak bungsu keluarga Ravindra-lah tersangkanya.

"Gue sumpahin besok lo bisulan, ya, Farhannnn!!!" Pekikan itu kembali memicu tawa dari Bian.

"Faniaaa, watch your words, Baby girl!" Teguran dari Ayah.

Seperti inilah suasana di rumahnya, maka tak heran mengapa Bian terbiasa dengan adanya Peachia di sekitarnya. Fania dan Peachia itu hampir sama, hanya saja bedanya Fania lebih terfilter saat berbicara di luar sana, sedangkan satu gadis lainnya mampu membuat siapa pun emosi dan tertawa atas semua polanya.

"She's cute," gumamnya saat terbayang sikap Cia saat mengobrol dengan Bunda-nya kemarin.

Pemuda itu bangkit dari duduknya dan beranjak menuju pintu balkon kamar. Menyibak pelan gorden abu yang menutup pemandangan taman samping rumah. Baru saja akan menggeser pintu kaca, suara ketukan menghetikannya.

"Kak, masih belajar?" Itu Bunda.

Bian berbalik dan mendekati pintu sambil tersenyum. Entah untuk alasan apa, panggilan lembut Bunda selalu menenangkan. Bisa jadi karena suara inilah yang ia dengar saat pertama kali mampu mereaksi sesuatu atau bisa juga tersebab suara inilah ia mendapatkan semua kasih sayang yang tidak akan pernah didapatkan jika Bian dibesarkan oleh keluarga orang tua kandungnya.

Forget it, Bi. Kasih sayang Bunda dan Ayah sama sekali nggak bisa disandingkan dengan mereka yang bahkan tidak peduli kalau kamu ada.

"Kok, beda banget, ya, Bun, kalau nanya Kak Bi sama nanya aku?" Protesan itu terdengar bersamaan dengan Bian membuka pintu.

"Ya, itu karena kamu emang jarang belajar!" Fania yang menjawab seraya melewati Bian begitu saja.

Diikuti Farhan yang mendelik pada kakak keduanya, sedangkan Bian menatap Shanum dengan tawa tertahan. Dua adiknya itu memang tidak pernah akur, tetapi jika berjauhan saling mencari.

SOLITAIRE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang