FOR SERIES
Sequel of For Rayden & For Shanum
"Uncheerful Inside"
Kisah ini bermula dari gadis bernama Peachia. Menceritakan masa remaja yang tak seindah dipandang mata. Mengungkap kesedihan yang terpendam, menguak kesetiaan dibalik nama persahabatan...
Happy Reading semuanya. Jangan lupa Bintang dan love KUNING-nya. Selamat berakhir pekan.
Tentang mereka, yang hadir sebagai pelita. Yang menjadikannya sebagai warna. Yang dalam doa, ia harapkan 'tuk selalu bahagia. -Peachia Canna Indica
Gadis itu memicingkan mata saat sinar mentari menerpa wajahnya. Ia berdiri sejenak di muka pintu gedung ekstrakurikuler yang sore ini masih seramai biasa. Terdiam di sana sembari memandang sekitar. Mungkin benar kata orang, sebagian anak-anak Megantara High School lebih memilih menghabiskan waktu mereka di sekolah, bercanda dengan teman-teman, hingga tak terasa malam mulai tiba. Dibandingkan berada di rumah yang sepi dan hanya bertemankan asisten rumah tangga saja. Cia menyunggingkan senyum tipis saat pemikiran itu terlintas di kepala. Nyatanya, hidup bergelimang harta pun tak menjamin akan selalu bahagia.
"Orang bilang, enak jadi orang kaya. Buat gue, lebih baik hidup secukupnya, tetapi selalu bahagia. Ditemani orang tua, dikelilingi teman-teman sebaya. It's the best thing in the world. Yang sayangnya nggak semua orang bisa mendapatkan hal itu," gumamnya seraya menarik napas panjang dan mulai melangkah.
Jangan terlalu sering berandai kalau itu membuat kamu jadi nggak bersyukur, Peachia. Berterima kasihlah pada Tuhan karena masih memberimu sahabat terbaik layaknya saudara. Tidak membiarkanmu sendirian di bentala yang terkadang memuakkan! Cia berdeham pelan saat kalimat pengingat itu seketika menyadarkan.
Setelah itu, tak lagi nampak sendu di netra yang selalu berbinar. Langkah ringannya diiringi senandung juga balasan sapaan dari murid-murid yang ia temui. Inilah dunia Peachia. Hampir semua orang di Megantara mengenalnya. Bahkan satpam dan ibu kantin yang tergolong jarang mendapat perhatian dari para murid pun mengetahui sosok Cia.
Saat melewati koridor, hendak menuju parkiran, senyum jahil gadis itu terbit kembali. Suara Cia yang untungnya tak akan berpotensi membuat orang sakit telinga itu mendapatkan perhatian sekitar juga seseorang.
"Le ... laki buaya darat, BuZet, aku tertipu lagi ... uwowow! Mulutnya manis sekaliii ... A-AMPON BU ZETAAA!!" Senandung Cia berakhir dengan teriakan. Sebab sang guru Bimbingan Konseling Megantara yang namanya disebut Cia tadi berhasil menjewer telinganya.
"Udah berapa kali Miss bilang jangan panggil ibu! Kamu mau Miss suruh lari, hah?!" tukas wanita bernama lengkap Zeta Ivanovic itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cia menyengir lebar lalu menggeleng cepat. Membuat Miss Zeta melepaskan tangannya dari telinga Cia. Wanita diakhir tiga puluh itu merapikan blazer hitamnya seraya mengibaskan rambut pelan, Cia mendengkus melihat tingkah guru paling akrab dengannya ini.
"Miss tuh mau pulang, bukan fashion show. Jadi, nggak usah sok cantik, deh!" omelnya dibalas delikan oleh perempuan berdarah Kroasia tersebut.