DUA

397 37 0
                                    

Rara kini sedang berbaring di atas tempat tidurnya sambil menatap kosong langit-langit kamarnya. Ia masih memikirkan ucapan Seno tadi pagi. Seno bilang kalau ia mengenal Rara. Bagaimana bisa? Kapan mereka bertemu?

Ia bangkit dari kasurnya kemudian memutuskan untuk pergi ke kamar Fahri dan bertanya. Siapa tahu rasa penasarannya akan terjawab.

Tok tok tok!

"BANG, BUKA PINTU!"

"NGGAK BUKA GUE DOBRAK!"

Fahri yang tadinya sedang sibuk dengan tugas kuliahnya langsung berlari dan membuka pintu sebelum Rara benar-benar mendobrak pintu kamarnya.

"Kenapa sih? Gue lagi banyak tugas nih, jangan aneh-aneh deh."

Rara masuk kemudian menghempaskan tubuhnya di kasur Fahri. Tidak usah heran dengan kebiasaannya ini, Rara emang hobi rebahan.

"Gue mau cerita."

Fahri kembali fokus dengan laptopnya. "Apa?"

"Tadi pagi waktu ngobrol, Seno bilang kalo dia kenal sama gue. Tapi gue nggak kenal sama dia anjir!"

"Jadi urusannya sama gue apa?"

"Ah, elo mah gitu!" Rara mengambil bantal yang tergeletak disampingnya, kemudian melemparnya tepat mengenai kepala Fahri. "Bener-bener nggak guna lo jadi Abang!"

"Gue nggak mood buat berantem sama lo, mending keluar sana. Kalo gabut jangan kesini, ganggu aja."

Rara mendelik tajam ke arah Fahri. "Siapa yang ganggu lo? Gue kesini cuma butuh temen cerita, tapi lo nya malah marah-marah gak jelas."

"Ya udah, maaf," Fahri menghela nafas panjang. "Jadi, lo udah kenalan sama Seno? Ngobrol apa aja?"

"Nggak banyak sih, soalnya dia nggak asyik."

Fahri akhirnya ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Rara dan mengabaikan tugasnya tadi. Untuk saat ini lebih baik dirinya menemani Rara, ia tahu bahwa sekarang Adiknya tengah bingung.

"Seno orangnya baik kok," kata Fahri.

"Idih, tahu dari mana lo?"

"Papa yang bilang."

"Gue salah apa sih sampe Mama sama Papa tega jodohin gue?" tanya Rara sambil berusaha menahan sesak di dadanya. Ia nyaris menangis, tapi gengsi dilihat Fahri. "Gue janji bakal jadi anak yang baik, asal perjodohannya dibatalin."

"Lo nggak salah apa-apa, Ra," Fahri menggenggam tangan Adiknya. "Justru Mama sama Papa pengen lo jadi lebih baik lagi dan lebih dewasa, mereka nggak mau lo salah pilih pasangan nantinya."

"Tapi kenapa harus sekarang? Gue juga udah ngerti kok mana yang baik dan buruk,  gue bisa nemuin orang yang tepat buat jadi pasangan gue kelak. Tapi nanti."

"Dengerin gue, Mama sama Papa tahu gimana anak-anak jaman sekarang kalo pacaran. Dia nggak mau lo kayak gitu juga."

Rara mendengus kesal, "Ya tapi ngga sekarang juga dong bego, gue kan kaget!"

"Terima aja lah. Gue juga yakin kok kalo Seno bakal bisa jagain lo dengan baik."

"Oke," Rara menatap Fahri lekat. "Gue mau terima, asal lo janji satu hal sama gue."

Fahri mengernyitkan dahinya, "Janji apaan?"

"Kalo suatu saat nanti Seno nyakitin gue, orang pertama yang bakal gue kasih tahu itu lo. Dan disaat itu juga lo yang harus bawa gue pulang lagi kesini! Janji?!"

"Iya, gue janji!" Fahri tersenyum kemudian melirik laptopnya dan tumpukan tugasnya yang belum selesai ia kerjakan. "Gue mau lanjut nugas, mending lo balik deh ke kamar terus tidur siang."

Only You | Suho X JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang