TUJUH BELAS

110 20 4
                                    

"Lo dijemput Kak Seno?" Tanya Jena saat dirinya, Rara, Bobi, dan Rehan sudah berjalan menuju parkiran di waktu pulang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo dijemput Kak Seno?" Tanya Jena saat dirinya, Rara, Bobi, dan Rehan sudah berjalan menuju parkiran di waktu pulang sekolah.

Rara mengangguk, "iya."

"Dia udah dateng belum, Ra?"

"Gak tahu, tadi pagi dia nyuruh chat kalo—"

"Rara!"

"Panjang umur." Bobi tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Rara, "wih, si Rara punya sopir pribadi sekarang."

"Sembarangan lo, gitu-gitu dia suami gue." Ujarnya dengan hati-hati, takut ada seseorang yang mendengar.

Rara balas tersenyum kemudian melambaikan tangannya kepada Seno yang sudah menunggunya di parkiran. Ia langsung berlari menghampiri suaminya itu.

"Hai, gimana sekolahnya?" Tanya Seno begitu Rara tiba dihadapannya.

"Ya, biasa aja."

Seno tersenyum dan mengusap rambut Rara, "ayo pulang."

"Ra!"

Rara menoleh, ia mendapati Rehan yang berdiri di belakangnya. "Kenap—"

"Kenapa manggil-manggil Rara?" Belum sempat Rara bertanya, Seno sudah mendahuluinya.

"Jangan salah paham dulu, gue cuma mau balikin kamus si Rara nih. Tadi gue minjem lupa balikin." Rehan menyerahkan kamusnya kepada sang pemilik. "Nih, makasih ya, nyet."

"Yoi!"

Seno menarik lengan Rara dan segera masuk ke mobil padahal Rehan masih berdiri disana. Cowok itu melongo melihat tingkah Seno.

"Gile, posesif bener tuh orang. Pengen banget gue dorong sampe nyusruk." Kata Rehan sebelum berlalu.

***

Rara baru saja selesai mandi. Ia sekarang sedang duduk di sofa ruang tengah sambil bermain ponsel. DM dari orang yang sama sewaktu di sekolah tadi kembali masuk ke ponselnya. Dengan rasa penasarannya Rara segera membaca isi DM tersebut.

dekarvndra_
Eh, tau gak tadi gue mau nyamperin lo
Tapi lo udah dijemput
Yang tadi itu siapa? Om lo?

Rara hampir saja tertawa membacanya, bisa-bisanya Deka mengira Seno adalah om nya. Apakah Seno terlihat setua itu?

Bukan
Itu kakak sepupu gue

Wkwkwk
Gue kira om lo
Sorry

"Langsung dibales. Ini orang kerjaannya mantengin hp doang kali ya." Gumam Rara sambil mengetik balasan untuk Deka.

Santai aja
Btw, ngapain lo mau nyamperin gue?

Tadinya sih mau ngajak balik bareng
Tapi gak jadi, hehe

Oh gitu

Kalo kakak sepupu lo telat jemput
Kabarin gue aja

Rara tidak lagi membalas DM dari Deka setelah mendengar suara pintu kamar terbuka. Ia yakin Seno sedang berjalan kearahnya sekarang.

"Saya perhatiin dari tadi, kamu serius banget main hp nya. Pake senyum-senyum lagi." Ujar Seno seraya mendudukkan dirinya tepat disebelah Rara.

"Ah, enggak."

"Masa sih? Saya tadi ngeliat kok. Kamu chattan sama siapa?"

"Biasa lah. Bobi, Rehan, dan Jena."

"Bener?" Seno menatap Rara curiga, "kamu gak lagi nyembunyiin sesuatu dari saya kan, Ra?"

Rara menggeleng dan tersenyum, "enggak, Kak. Beneran gue gak nyembunyiin apa-apa dari lo."

"Bagus, deh." Seno menyandarkan kepalanya di bahu Rara, "saya seneng kamu gak nutupin apa-apa dari saya. Itu artinya, kamu udah mulai percaya dan yakin sama saya."

Rara terdiam. Ia jadi merasa bersalah karena tidak jujur kepada Seno. Rara hanya takut Seno akan marah jika mengetahui tentang Deka. Lagipula, dirinya dan Deka hanya saling mengirim DM. Itu tidak apa-apa kan?

Itu bukan suatu masalah kan?

Memang dasar Seno nya saja yang posesif, makanya Rara terpaksa berbohong kepada laki-laki itu. Rara rasa yang ia lakukan saat ini sudah benar. Ia juga yakin, bahwa dirinya pasti bisa menghindar dari Deka. Rara juga yakin Deka hanya menawarkan pertolongan sebagai seorang teman. Tidak lebih.

"Kok diem?"

"Ya, gak papa. Gue cuma gak tahu mau jawab apa."

"Perlu kamu inget ya, Ra..." Seno meraih tangan Rara dan menggenggamnya erat, "saya percaya banget sama kamu. Saya harap, kamu gak pernah nyembunyiin sesuatu dari saya. Kamu tahu kan, kalo saya cinta dan sayang banget sama kamu?"

"Gue juga masih belajar, Kak. Gue gak bisa secepet itu buat jatuh cinta sama lo. Gue masih butuh waktu lama, entah kapan gue bisa cinta sama lo." Rara menghela nafas, "gue gak mau terburu-buru. Gue gak mau nyakitin lo dengan ngasih harapan yang gak bakal bisa gue buktiin."

Seno tersenyum meskipun dalam hati ia meringis. Ternyata sampai detik ini pun Rara masih belum memiliki perasaan apapun kepadanya. Seno harus sabar, benar kata Rara, cinta tidak semudah itu. Gadis itu masih butuh banyak waktu untuk jatuh cinta dengannya. Seno yakin suatu saat nanti Rara akan membalas perasaannya. Tapi tidak sekarang.

Jujur saja, Seno hanya takut Rara akan berpaling darinya.

Setiap hari Seno selalu berusaha untuk berfikir positif. Rara tidak akan pernah meninggalkannya, gadis itu akan selalu bersamanya.

Rara juga pernah mengatakan bahwa dia tidak akan menerima orang lain karena sudah memiliki Seno. Seno akan selalu percaya dengan kata-kata itu. Selalu.

"Terima kasih ya, Ra."

"Buat apa?"

"Buat semua waktu yang udah kita lewatin sampai sekarang. Saya gak nyangka kita bisa melangkah sampai sejauh ini. Saya gak bakal bisa bertahan sendirian kalau gak ada kamu, semuanya bisa berjalan dengan baik karena kamu, Ra."

"Lo ngomong apaan sih? Kok kayak mau pisah aja."

Seno terkekeh, "enggak, bukan gitu. Saya cuma mau berterima kasih sama kamu."

"Udah deh, jangan bikin gue sedih. Gue tabok nih?"

"Terus kayak gini ya, Ra." Seno mengusap punggung tangan Rara dengan jempolnya. "Terus galak dan marah-marah sama saya. Saya suka setiap kali ngeliat ekspresi marah kamu."

"Aneh-aneh aja lo. Gue gak bakal kemana-mana kali."

"Iya, saya percaya. Terima kasih ya.."

Entah kenapa rasanya semua yang Seno ungkapkan sekarang ini seperti sebuah ucapan selamat tinggal menurut Rara. Apa ini hanya perasaanya saja?

"Iya, Kak. Makasih juga udah selalu sabar sama tingkah laku gue."

☁️☁️☁️

Makasih buat yg masih baca nih ceritaaaa, jangan bosen-bosen yaa🦖

Only You | Suho X JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang