"Berhenti senyum-senyum!"
"Salah kamu, makanya berhenti bikin aku senyum!"
_____________________________________________
Buat kamu yang nemuin cerita sederhana ini dan nyempetin buat baca, makasih ya!💗
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kita cakep
Bobi
Woi @Rara Soal si kerempeng tadi Udah lo aduin ke Seno blm? Aduin aja gak papa
Rehan Kali ini gw setuju sama sipit Lebih baik lo bilang ke Seno Daripada lo susah sendiri
Jena Iya, Ra Bilang aja
Gw takut Kak Seno marah sama Deka Ini cuma hal sepele kok Lagian gw juga gak kenapa-napa
Bobi Dah lah males Rasanya pala lo pengen gw toyor
Jena Ini semua terserah lo sih... Kita sebagai sahabat cuma ngasih saran
Rehan Kalo pun Deka dilabrak sama Seno Biarin aja Jika perlu sampe ditonjok Kan Deka yg salah
Ntar deh gw pikirin lagi
Bobi Iye, pikirin lagi sono Kalo ada apa-apa bilang ke gw Gw pasti bantu
Jena Tumben otak lo bener, Bob Abis kebentur apa?
Rehan Positif thinking aja Mungkin Bobi udah dapet hidayah Ya gak Bob?
Bobi Ah kalian mah Aku tau aku emang ganteng Tapi kenapa kalo aku ngomong bener Selalu dihujat Susah ya jadi orang ganteng:(
Gila Pengen gw gampar
Rehan Bobi pulang nak Jangan kebanyakan main hp Lebih baik kamu ngamen
Jena Iya, Bob Jual pecel kek Biar berfaedah dikit idup lo
Bobi Siap-siap ya kalian Aku mau ngomong kasar
Rara mematikan ponselnya begitu merasakan ada orang lain yang ikut berbaring di sebelahnya. Tentu saja orang itu adalah Seno. Laki-laki itu baru selesai berkutat dengan berkas-berkas kantornya dan sekarang terlihat sangat lelah, apakah tidak masalah jika Rara menceritakan tentang kejadiannya bersama Deka di sekolah tadi?
Seno tersenyum dan menoleh kearah Rara, "lagi chattan sama siapa?"
Rara masih sibuk dengan pikirannya, ia bingung harus membicarakan tentang Deka atau tidak. Ia takut Seno akan terbebani dengan ini semua, laki-laki itu sudah terlalu banyak ia repotkan. Rara tahu ini memang sudah tugas Seno untuk selalu melindunginya, tapi ia hanya ingin menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa melibatkan Seno.
"Rara..."
Saat Seno menyentuh tangannya, barulah Rara menoleh, ia tidak menyadari kalau Seno berbicara padanya karena saking sibuknya memikirkan Deka. "Ah, iya? Kenapa, Kak?"
"Kamu kenapa melamun?"
"Enggak, Kak," Rara menggeleng sambil tersenyum. "Itu, aku .... mau ngomong."
Seno mengernyitkan keningnya melihat Rara tampak gelisah, "ngomong apa?"
"Emm, gak jadi deh. Aku udah lupa mau ngomong apa." Rara menarik selimutnya hingga ke leher, "aku mau tidur duluan ya, Kak. Udah ngantuk."
"Jangan bohong kamu," kata Seno sambil menatap gadis itu dingin. Ia tahu Rara sedang berbohong dan berusaha menutupi sesuatu darinya. Dan juga, tidak biasanya gadis itu tidur cepat padahal sekarang masih pukul delapan malam.
"Beneran, Kak aku gak bohong. Tadi aku mau ngomong kalo..." Rara menggantung kalimatnya karena bingung harus memberikan alasan apa agar Seno percaya. "Rehan udah punya pacar, hehe."
"Bohong aja terus. Kamu pikir aku percaya? Lagian, mau Rehan udah punya pacar atau belum itu bukan urusan kamu. Ra, tolong kamu inget setiap apa yang aku omongin ke kamu. Aku pernah bilang kan, kalau ada sesuatu yang perlu diceritain, tinggal cerita. Gak perlu ditutup-tutupi."
"Kak, aku gak—"
"Gak usah ngomong apa-apa. Tidur."
"Kak Seno..." Rara mengerucutkan bibirnya mendengar Seno berbicara dengannya dengan nada dingin seperti itu.
Saat Seno mulai memejamkan matanya, Rara segera menarik selimut yang menutupi tubuh laki-laki itu membuat Seno kembali membuka matanya dan menatap Rara dengan raut wajah bingung sekaligus kesal.
"Kenapa, sih? Kalau mau ngomong buruan, kalau gak mau ngomong ya tidur."
"Kok marah-marah?"
"Enggak marah-marah, sayang," Seno mencubit pipi Rara gemas. "Aku cuma gemes pengen nyubit karena kamu dari tadi gak jadi terus ngomongnya."
Rara tertawa, syukurlah Seno tidak marah. Lebih baik sekarang ia segera tidur sebelum Seno kembali memaksanya untuk berbicara tentang apa yang terjadi padanya.
"Ya udah, kita tidur aja."
Seno diam memperhatikan Rara yang sekarang sudah kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan mulai memejamkan matanya.
"Kalau kamu gak mau bicarain ya gak papa. Itu hak kamu, mau ngebagi masalah kamu ke aku atau milih buat diem. Yang perlu kamu inget cuma satu, urus masalah kamu sendiri sampai selesai. Kalau butuh bantuan, bilang ke aku," Seno menghela nafas panjang. "Belajar buat jujur ke aku, Ra. Jangan sampai aku tahu masalah kamu dari orang lain."
Rara mendengar semua yang Seno katakan. Gadis itu belum tidur, ia hanya tidak ingin berdebat dengan Seno jika menjawab omongan suaminya itu. Ia tidak ingin masalah ini menjadi semakin rumit.
Ia bisa saja langsung berbicara dan menceritakan semua yang terjadi padanya di sekolah tadi. Rara bisa saja melakukan itu, tapi ia tidak yakin Seno akan tetap tenang setelah mengetahui bahwa Deka membentak bahkan berani kasar kepada Rara.
Ia yakin laki-laki itu pasti akan marah.
Ini kali keduanya Rara menyembunyikan masalahnya dengan Deka. Terakhir kali, mereka bertengkar karena Seno salah paham. Maka dari itu, Rara ingin cepat-cepat mengakhiri ini semua sebelum dirinya dan Seno kembali bertengkar.
Rara berjanji, ini akan menjadi terakhir kalinya ia berbohong dan menyembunyikan masalahnya dari Seno. Dirinya akan memberanikan diri untuk berhadapan langsung dan berbicara dengan Deka. Setelah urusannya dengan Deka selesai, ia berjanji akan selalu jujur kepada Seno.
Semoga ini memang terakhir kalinya ia berbohong.
☁️☁️☁️
Hai, kaliannn.. semoga belum bosen sama cerita aku ini yaaaa