"Ra, gue aja ya yang nganter lo pulang?"
Rara menggeleng sambil tersenyum, "Gak usah, Han. Gue mau nunggu Seno."
Rehan kemudian beralih duduk di bangku kosong di depan cafe, menemani Rara yang masih setia menunggu Seno menjemput. Ia tidak bisa meninggalkan sahabatnya begitu saja, terlebih lagi hari sudah mulai larut malam.
"Lo ngapain? Pulang sana!" Rara mendorong bahu Rehan pelan.
"Masa iya gue pulang, sementara lo masih disini?"
"Gak papa lo pulang aja, lagian disini masih rame. Gak usah lebay deh jadi manusia."
"Gue cuma khawatir, Ra." Rehan menghela nafas, "Ini udah hampir jam sepuluh, tapi Seno belum juga jemput lo. Kalo gue pulang nanti ada orang jahat gimana? Biasanya banyak setan nih jam segini."
Rara memukul lengan Rehan kuat-kuat, "Gak usah nakutin anjir, gue tampar juga lo lama-lama!"
Rehan terkekeh geli, "Ya makanya pulang!"
"Anter gue pulang ke rumah Mama Papa aja tapi," kata Rara.
Rehan mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa gitu? Lo ngambek karena laki lo gak jemput atau cemburu karena dia—"
Rara memotong omongan Rehan, "Gue gak cemburu! Jangan mikir aneh-aneh deh. Gue cuma kesel aja makanya gue males ketemu Seno, itu doang!"
"Kalo cemburu tuh bilang, gak usah gengsi!" seru Rehan sambil menyenggol lengan Rara.
"Udah deh, Han! Mulut lo gue sumpel pake sepatu nih!"
Rehan tertawa, "Galak banget, heran."
"Dengerin gue, Ra." Rehan memegang tangan Rara dan menggenggamnya, "Lo harus jujur tentang apa yang lo rasain. Kalo emang cemburu atau gak suka ya lo bilang ke Seno, jangan bisanya ngambek doang. Dia pasti ngerti kok, cemburu itu hal yang wajar apalagi Seno itu suami lo."
Rara menatap Rehan kesal, ia tidak terima karena Rehan terus-terusan menyebut kalau dirinya sedang cemburu. "Gue gak cemburu!"
Rara segera berdiri, "Anter gue pulang ke rumah Mama Papa sekarang!"
"Gue gak mau! Lo harus pulang ke rumah Seno!"
"Lo gak mau anter? Ya udah, gue bisa sendiri!"
Rehan menarik lengan Rara, menyuruh gadis itu untuk kembali duduk. "Bisa gak lo sekali aja pahami apa maksud gue? Gue gini karena gue peduli sama lo, Ra."
"Oke, gue ngerti lo nikah sama Seno cuma karena sebuah perjodohan dan lo gak cinta sama dia, tapi semua alasan itu gak berlaku. Karena mau gimanapun juga Seno suami lo, dan lo harus hargai dia."
Rara berdecak kesal, "Lo temen gue kan? Harusnya lo ngebela gue, bukan bela Seno!"
"Ra!" Rehan meninggikan volume suaranya dan membuat Rara diam. "Gue kayak gini karena gue sayang sama lo! Bisa gak sih ngerti?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You | Suho X Jisoo
أدب الهواة"Berhenti senyum-senyum!" "Salah kamu, makanya berhenti bikin aku senyum!" _____________________________________________ Buat kamu yang nemuin cerita sederhana ini dan nyempetin buat baca, makasih ya!💗