"Ra, Minggu depan kamu udah mau ujian kan, ya?"
"Ho'oh," Rara mengangguk. "Sumpah, kepala aku rasanya mau pecah banget. Awas aja nanti soal ujiannya gak sesuai sama materi yang dipelajari. Kan anj—"
"Mau ngomong apa kamu?"
Rara langsung menyengir lebar, "keceplosan, maaf."
Hidup dengan Seno yang berkepribadian baik ternyata masih belum cukup mengubah kebiasaan Rara yang sering mengumpat sembarangan. Gadis itu masih saja suka keceplosan di depan Seno, untung saja Seno selalu siap untuk memperingatkan Rara.
"Belajar yang rajin ya, semangat!"
"Mau belajar sekuat tenaga pun kalo soalnya gak sesuai materi ya percuma," Rara menyandarkan kepalanya pada bahu Seno. Mereka sedang duduk di sofa ruang tengah saat ini. "Ngeri banget gak lulus."
"Jangan ngomong gitu dong. Masa iya Mamanya anak-anak gak lulus?"
"Dih!" Rara mendongak menatap Seno. "Anak-anak sape?"
"Anak-anak kita lah."
Rara bergidik geli mendengar ucapan Seno. Apa katanya tadi? Anak-anak kita? Kebiasaan nih Seno, mikirnya suka kejauhan. Rara aja belum lulus SMA udah mikirin anak.
"Mikirnya kejauhan ih."
"Nanti juga kesampaian, iya kan?"
"I-iya," jawab Rara sambil menyembunyikan wajahnya yang merona karena malu di dada Seno.
***
"Abang kamu jadi kan mau lamaran malam ini?"
Rara mengangguk, "iya."
"Jam berapa? Kita mau nginep gak?"
"Jam sembilan. Nginep aja gak papa kali ya?" tanya Rara yang sedang sibuk membuka lemari dan mencari pakaian yang cocok untuk datang ke acara lamaran Fahri malam ini.
"Oke, kita nginep. Pas banget besok hari Minggu jadi gak terlalu repot."
"Oh iya," Rara menyusul Seno yang tengah duduk di pinggir tempat tidur. "Aku tadi ngeliat Bang Fahri sama pacarnya posting foto-foto mereka lagi fitting baju pengantin, lucu banget. Terus Bang Fahri juga ngasih liat ke aku cincin sama tempat resepsi mereka. Bagus-bagus bange—"
Rara tidak melanjutkan kalimatnya karena melihat perubahan ekspresi Seno. "Ah, anu ... aku gak bermaksud bandingin pernikahan kita sama nikahannya Bang Fahri. Maaf ya, kalo aku salah ngomong."
Seno menggeleng seraya tersenyum. Ia mengusap lembut rambut Rara, "gak kok, kamu gak salah ngomong. Justru aku yang harusnya minta maaf."
"Aku gak bermaksud kayak gitu, kak..."
"Maaf ya karena kita gak bisa seru-seruan pas nyiapin pernikahan kayak Fahri. Maaf juga karena pernikahan kita gak bisa rame kayak orang-orang kebanyakan," Seno menggenggam tangan Rara. "Kamu kan masih sekolah, nanti kalo kita ngundang banyak orang yang ada mereka malah mikir macem-macem."
"Iya aku ngerti," kata Rara. "Gak usah terlalu dipikirin, aku tadi cuma iseng doang ngomongnya. Nikahan kita kan beda. Soalnya waktu itu aku—"
"Gak mau nikah sama aku dan gak mau jadi istrinya aku," potong Seno cepat.
Rara meninju pelan bahu Seno, "ih, tapi kan sekarang udah mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You | Suho X Jisoo
Fiksi Penggemar"Berhenti senyum-senyum!" "Salah kamu, makanya berhenti bikin aku senyum!" _____________________________________________ Buat kamu yang nemuin cerita sederhana ini dan nyempetin buat baca, makasih ya!💗