DUA PULUH DUA

100 16 11
                                    

"Lo gak ada kerjaan lain apa? Mentang-mentang hari Minggu nyantai mulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo gak ada kerjaan lain apa? Mentang-mentang hari Minggu nyantai mulu." Rara menyusul Seno yang sedang duduk di sofa ruang tengah sambil menonton TV. Laki-laki itu sedang menikmati hari minggunya dengan bersantai.

"Ngomong lo-gue kayak gitu, sengaja?"

"Ya, maaf," Rara menyengir lebar. "Kelepasan, Kak."

"Jangan diulangin lagi, masa iya kamu ngomongnya lo-gue sama suami sendiri."

Rara mengangguk patuh, "iya, Kak. Kan udah aku bilang kelepasan."

Seno mengusap lembut rambut Rara. "Kamu tuh harusnya seneng bisa santai-santai sama aku. Kapan lagi coba kita berduaan seharian kayak gini?"

"Aku pengen manja-manja sama kamu hari ini..."

Rara bergidik geli mendengarnya, apa-apaan Seno ini. Ternyata dia bisa bucin juga. "Geli tahu gak denger kamu ngomong kayak gitu."

Seno hanya tertawa menanggapinya. Ia kemudian berbaring di sofa dengan kepalanya yang berbantalkan paha Rara.

"Elus-elus." Seno meraih tangan Rara dan meletakkannya keatas kepala.

"Apaan sih, kayak bocah."

"Iya, aku emang gemesin,'' jawab Seno tidak nyambung.

Mau tidak mau Rara langsung mengusap-usap kepala Seno. Jika dirinya menolak, Seno pasti akan marah dan mulai berbicara yang aneh-aneh. Lagipula, kapan lagi ia bisa berduaan dengan Seno dan menghabiskan waktu bersama seperti sekarang. Entahlah, akhir-akhir ini Seno benar-benar sibuk dengan pekerjaan kantornya.

"Assalamualaikum, Ra!"

"Rara!"

"Pakeeet!"

"Asyiap!!"

"Astagfirullah, Ra! Buruan buka sebelum jendela lo gue lempar batu!"

Rara menghentikan pergerakan tangannya saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Perasaan Rara sudah mulai tidak enak, ia sudah bisa menebak siapa yang datang. Siapa lagi yang akan bertamu ke rumahnya siang-siang begini sambil berteriak heboh jika bukan Bobi, Jena, dan Rehan.

"Siapa sih, itu?" Seno mendongak menatap Rara. "Temen kamu ya? Gak sopan banget teriak-teriak."

"Pintu lo kagak dikunci, nyet! Kita masuk ya?!" teriak Jena.

Tanpa menunggu jawaban dari Rara, ketiga sahabatnya itu sudah langsung masuk. Ya ampun, ingatkan Rara untuk selalu mengunci pintu jika sedang menghabiskan waktu dengan Seno lain kali, supaya tidak diganggu oleh tiga makhluk menyebalkan ini.

"Anteng banget laki lo rebahan di situ." Bobi menunjuk Seno dengan dagunya. "Jauh-jauh deh Bang, bini lo mau kita pinjem dulu."

Jena meletakkan kantong plastik berisikan camilan yang ia bawa ke atas meja. "Noh, jajan." Katanya sambil mendudukkan dirinya pada sofa kosong yang berhadapan dengan Rara.

"Bang, kita mau numpang kumpul-kumpul disini boleh kan, ya? Udah lama gak main bareng soalnya." Sepertinya hanya Rehan satu-satunya sahabat Rara yang sopan. Cowok itu meminta izin terlebih dahulu kepada Seno, tidak seperti Jena dan Bobi yang langsung nyelonong tidak jelas.

Seno menghela nafas, ia bangkit dari posisinya dan kembali duduk di samping Rara. "Gak papa, silahkan. Asal jangan kalian berantakkin aja, soalnya Rara capek beres-beres rumah. Kasian."

"Ah, makasih. Kita gak bakal berantakkin rumah kok, cuma numpang makan, minum, nonton, itu doang." Ujar Jena dengan wajah songongnya. "Kalo nanti lantainya kotor, bisa suruh Bobi aja buat nyapu sama ngepel."

Seno tertawa, "saya mau istirahat di kamar aja sekalian meriksa berkas kantor, kalian silahkan ngobrol-ngobrol disini."

Sebelum masuk ke kamar, Seno menyempatkan untuk mengecup kening Rara. Membuat tiga orang yang baru saja datang bertamu tadi melongo menyaksikan adegan yang kurang dari lima detik itu.

"Anjay, dicium." Celetuk Bobi begitu Seno sudah pergi ke kamar.

"Iri aja lo, sipit!" Jawab Rara sambil membuka plastik berisi camilan yang Jena bawa tadi, kemudian ia mengeluarkan sekaleng soda dari sana.

Mereka bertiga asyik dengan camilan masing-masing sekarang, kecuali Rehan. Cowok itu sejak tadi hanya diam sambil mengetuk-ngetuk kaleng soda yang ia pegang.

"Ra..." Panggilnya pelan, Rara yang duduk berhadapan dengannya membalas panggilan Rehan dengan raut wajah penuh tanya.

"Kata Jena, lo udah ngungkapin perasaan lo ke Seno, ya?"

Bobi dan Jena hanya menjadi pengamat.  Mereka tidak ingin kembali membuat masalah seperti dulu.

Rara mengangguk kecil, "iya."

Rehan tersenyum. "Wah, akhirnya kalian bisa hidup selayaknya suami istri ya..."

Rara tidak menjawab. Ia sedang mengamati ekspresi Rehan saat ini. Senyum cowok itu tidak sama seperti biasanya, Rara tahu Rehan sedang tidak baik-baik saja.

"Beneran bahagia kan, Ra?"

Bobi menghela nafas panjang, sementara Jena berdecak kesal karena pertanyaan Rehan. Sahabatnya yang satu ini memang benar-benar bodoh, sudah tahu jawaban Rara akan membuatnya sakit hati, tapi malah tetap nekat untuk bertanya.

"Jelas lah gue bahagia." Rara menyandarkan tubuhnya pada sofa. "Bisa gak, Han lo jangan bahas ini lagi? Gue gak mau kayak gini terus. Lupain."

Rehan terkekeh, "iya, gue cuma mau mastiin aja. Gak ada niat lain, kok."

"Gue jadi geram tahu gak? Pengen banget nimpuk muka lo pake sendal. Gagal move on, dasar." Jena menyahut.

"Siapa yang gagal move on?"

"Ya, el—"

"Udah deh, kalo gak tahu mending diem." Bobi menengahi perdebatan antara Jena dan Rehan. "Rehan udah punya gebetan baru kali. Masa iya ngejer bini orang mulu."

"Anjing, lo." Umpat Rara karena kesal dengan Bobi. "Siapa ceweknya Rehan?" Lanjutnya penasaran.

"Aduh, gue lupa. Mawar bukan sih, namanya? Ya nggak, Han? Mawa, Mawar, siape sih, gue lupa!"

"Marwah, namanya." Koreksi Rehan, sementara ketiga sahabatnya manggut-manggut saja.

"Nah, itu maksud gue!" Bobi tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Rehan. "Tuh cewek kelas sebelas IPS satu. Kalem anaknya, gue sih sering manggilnya, Mar."

"Muke gile, lu. Nama orang bagus-bagus malah dipanggil Mar." Ujar Jena.

Rehan menjitak kepala Bobi. "Biasalah!"

"Bisa banget si Rehan, macarin adek kelas." Kata Rara.

"Gak papa ya, Han? Daripada Rara sama om-om." Bobi tertawa puas setelah mengatakan itu.

"Kak Seno gak setua itu kali!" Rara melempar bantal sofa tepat mengenai wajah Bobi. "Ngasal aja lo kalo ngomong!"

☁️☁️☁️

Only You | Suho X JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang