17 - Sudden Encounter

5.6K 1K 507
                                    

Setelah mendengar ucapan dari Bunda Nayla, rasanya Gio ingin hilang di telan bumi. Ia tau telinganya sudah semerah apel sekarang tapi tanpa mengurangi rasa hormat--meskipun masih dengan setengah salting, Gio bertanya maksud bunda Nayla datang ke Neozard. 

"Nandira katanya habis kejambretan kan? Tante harus kesini. Kalo bukan tante yang kesini, pasti ayahnya Nandira bakalan kesini terus nanti Nandira pasti disuruh mau dijagain bodyguard. Jadi mending tante aja yang kesini." ucap Nayla dengan tenang. 

"Sepertinya Nandira masih di kampus tante. Seingat saya, semua special neoz punya jadwal kuliah sampai sore jika hari kamis" Gio menjelaskan dengan baik dan sopan.

"Oh gitu ya. Tante nggak bisa ngehubungin Nandira karena hape dia hilang"

"Saya bisa telepon Dahendra dan Artajuna, tante. Mereka berdua harusnya bareng sama Nandira sekarang"

"Boleh. Terimakasih Gio" 

"Saya coba telepon mereka dulu, tante" ucap Gio sambil undur diri untuk menelpon.

Gio mencoba menghubungi Dahendra dan Artajuna tapi tidak satupun menjawab telepon Gio. Laki - laki itu akhirnya kembali masuk ke ruang satpam untuk memberi kabar pada bunda dari Nandira ini.

"sepertinya masih ada kuliah tante"

Nayla mengangguk paham. "Yaudah tante tunggu disini aja"

"Mau nunggu di depan cafe Fisip, tante? biar nanti saya yang ke jurusan Dira buat jemput Dira. Tante tunggu di cafe saja" Gio menawarkan sebuah opsi daripada ibu Nandira harus menunggu di ruang satpam sendirian. 

Nayla mengangguk dan tersenyum, "Boleh. Tapi nggak ngerepotin kan?"

Gio menggeleng cepat. "Nggak sama sekali tante"

Dengan mengendarai mobil yang berbeda, keduanya sampai di salah satu coffee shop di depan Fisip. Gio undur diri untuk menjemput Nandira sementara Nayla menunggu di salah satu bangku di coffee shop. 

Gio memarkirkan mobil Tesla merahnya di parkiran Fisip. Sebelumnya ia sudah menerima umpatan kasar dari Dahendra dan Artajuna yang memaki Gio karena laki - laki ini menelpon saat mereka sedang ada kuliah. Berbekal nomer kelas yang sedang Juna kirimkan, Gio menuju gedung sebelah kiri fakultas fisip ini.


"Lo ngapain kesini?" Seseorang bertanya saat Gio berjalan melewati dekanat Fisip.

Gio berhenti sebentar tapi kemudian menjawab datar laki - laki di sebelahnya.  "Oh iya, gue lupa lo anak Fisip juga" ucap Gio sambil melanjutkan jalannya. 

"Mau ketemu Kara, lo?" 

"Hmm"

"Mau ngapain?"

"Mau jemput"

"Hah? sejak kapan hubungan lo sampe anter jemput gitu ke Kara?" 

Kali ini Gio kembali berhenti dan menatap adik kandungnya datar. "Lo nggak ada kuliah? Ngapain malah jadi ngikutin gue?"

"Gue harus memastikan Kara nggak lo culik"

"Siapa lo? pacar aja bukan" Gio berkata nyolot sambil kembali berjalan.

"Kara udah jadi kaya kakak gue sendiri"

Gio kali ini berdecak. "Lo kakak sendiri aja nggak diakuin. Malah ngakuin kakak orang lain jadi kakak lo" 


Gio pikir setelah ia mengatakan itu, Malvin akan marah--seperti biasanya. Tapi adiknya itu justru mengucapkan sebuah fakta yang Gio sempat lupa keberadaannya.

The NeozardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang