"Hah? Kok gitu?!" Gama menggumamkan protes saat special neoz berkumpul dan mendengar sebuah berita yang cukup mengagetkan keluar dari mulut Nandira.
Sore tadi Nandira dihubungi oleh pihak asrama. Dia dan beberapa penghuni asrama pearl yang kamarnya berada di sebelah kanan lift, terancam tidak bisa menggunakan kamar mereka selama seminggu ke depan karena kerusakan terjadi cukup parah yang mengakibatkan seluruh kamar mandi untuk kamar sepanjang garis kanan tidak bisa di gunakan.
Pihak asrama memberikan dua pilihan. Satu, Penghuni asrama diperbolehkan kembali ke rumah masing - masing sampai proses perbaikan selesai atau mereka tetap stay di asrama dengan menempati kamar quadruple; kamar yang berisi 2 kasur bunk bed atau bisa ditempati 4 orang.
"Terus kakak milih yang tidur sekamar sama orang lain?" Gama kembali berkata dengan kening yang sudah berkerut.
Nandira mengangguk.
"Lo kan bisa dianter sopir tiap hari, ra." Ucap Joan sama concern-nya dengan yang lain. Bukan apa-apa, mereka jelas tau bahwa tidak mudah untuk tidur dengan stranger meskipun hanya untuk seminggu.
"Iya. Bokap lo malah kayaknya mau - mau aja provide heli buat lo bolak - balik kampus rumah biar lo nggak capek." Kali ini Kayzvan menambahi.
"Nginep hotel gue aja deh lo. Cuma 10 menit dari kampus. Gratis!" Tristan ikut menyumbang saran.
Nandira terkekeh dan menggeleng tidak percaya dengan reaksi adik serta teman-temannya ini. "Chill everyone. Gue nggak sekamar sama stranger."
"Terus? Sama siapa?" Gama masih terdengar setengah kesal.
Nandira menunjuk empat orang gadis yang sekarang asyik mengorbol di area outdoor ruangan santai ini. "Gue bakalan sekamar sama Karin, Narina, Queen sama Abel."
Terlihat yang lain mengerutkan keningnya bersamaan. "Kan sekamar cuma isinya 4 tempat tidur?" Rafandra bingung.
"Ya gue pake kasur lipet." ceplos Nandira santai.
"GILA LO!" Semua mengumpat bersamaan yang membuat orang - orang yang berada di ruangan itu, termasuk 4 gadis yang berada di luar menoleh ke Nandira dan sahabat - sahabatnya. Sementara Nandira otomatis memegang telinganya kaget.
"Jangan gila deh lo! Lo tidur di sofa aja masuk angin. Segala tidur di kasur lipet! Gue bilangin aunty Nay tau rasa lo." Kayzvan menggumamkan protes.
"Tau lo! Lo Rafiqy, Nandira!" Luca tidak kalah kesal.
"Lagian uncle Argi emang bakalan ngebolehin Kara tidur di kasur bawah?" Rain ikut berbicara.
"Bisa - bisa si om nuntut asrama ini kalo tau Kara tidur di kasur lipet." Byantara tidak kalah mengompori.
"Makanya jangan pada ember dong!" Nandira akhirnya meledak.
"Jangan pada ngomong bokap gue. Seminggu dooaaaaang. Minggu depan mau final test. Kalo gue bolak balik kampus rumah, yang ada waktu dan tenaga gue abiiiiis." Nandira kali ini berbicara dengan setengah memelas. Ia tau dirinya harus meyakinkan ke-dua puluh tiga laki laki di depannya ini agar ayahnya tidak harus mengetahui kabar ini.
Karena seperti yang sahabat-sahabatnya ini katakan, Ayahnya akan sangat marah jika tau Nandira tidur di kasur lipat tipis.
"Tapi lo yakin lo bakalan nyaman?" Kali ini semua orang menoleh karena yang sekarang berbicara adalah Gio.
Nandira tau sedari tadi Gio memperhatikan dirinya tapi ia sengaja duduk di samping Luca dan Andra yang mempunyai badan besar. Sengaja agar tidak perlu bertatapan dengan Gio yang duduk di kursi sebelah kanan sofa tempat Nandira duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Neozard
General FictionKehidupan para mahasiswa yang tinggal di asrama Neozard dengan segala macam cerita dibalik kesempurnaan yang tercipta di depan mata. "Everyone has their own war; the painful one, the struggling one, the damaged one, the regretful one and the incurab...