Hari terakhir final test. Yang Nandira liat sekarang adalah dua puluh tiga laki - laki yang tidak menyentuh satupun makanan mereka. Semuanya sibuk dengan ipad dan handphone mereka. Nandira bahkan bisa melihat kantung mata mereka yang kompak terlihat karena mereka semua hanya tidur 3-4 jam dalam sehari.
Para ambis ini agaknya cukup membuat Nandira marah. Gadis itu meletakkan sendoknya keras ke atas meja yang sukses membuat semua teman - teman dan adik angakatannya menoleh ke arah Nandira.
"Makan sekarang atau lo semua nggak akan dapet undangan pesta ulang tahun gue minggu depan!" Nandira memberi ultimatum.
Dan semua menurut. Semuanya kompak mematikan ponsel maupun ipad yang mereka bawa.
"Anceman lo ngeri ya, Ra." Tristan berkata sambil menyuapkan bubur ke mulutnya.
"Tau lo. Masa kita nggak boleh masuk pesta ulang tahun putri rafiqy? ilang dong satu feed dengan engagement gede di instagram gue." Naka ikut berkomentar.
"Gue udah mau meledak dari 2 hari lalu. Pas lo semua satu per satu tumbang dengan ngeluh sakit perut dan beberapa demam. Heran. Nggak masalah kok lo semua ambis but please, stay healthy! Kalo mau pada mati muda, jangan jadi temen gue! gue nggak suka nangis kalo kalian kenapa - napa!" Nandira benar - benar meledak hingga tidak ada satupun yang melanjutkan makan mereka.
"Kenapa malah pada diem? Ayo dimakan!" Nandira semakin kesal. "Kalo ada yang nyisa makannya, gue coret dari daftar nama undangan!"
Kembali semuanya menurut.
Mungkin orang lain di luar circle Nandira akan heran mengapa tidak ada yang merasa keberatan dengan rewelnya Nandira. Padahal rewel dan ngomelnya Nandira bisa sampai memekakakkan telinga.
Tidak ada yang tau bahwa kebanyakan dari semua laki - laki yang duduk dan makan bersama Nandira adalah anak - anak yang hidup dan besar bersama dengan baby sitter dan supir mereka. Orang tua mereka kebanyakan sibuk. Sangat sibuk. Tidak ada yang benar-benar mengomeli mereka. Kadang, saat mereka harus dirawat di rumah sakitpun, hanya asisten orang tua mereka yang mengurusi mereka.
Nandira hadir dengan memperlihatkan perhatian dan ketulusan yang tidak mereka dapatkan dimanapun. Nandira menyayangi semua teman - temannya bukan karena nama belakang mereka. Nandira tidak pernah dibayar untuk memperhatikan dan mengurusi para laki - laki ini. Nandira memberi perhatian bukan untuk mendapat timbal balik materi atau apapun. Nandira memberikan semua hal baik dengan ketulusan yang sangat terlihat.
Gadis ini adalah salah satu alasan ke dua puluh tiga manusia di depan dan sampingnya untuk merasakan kehangatan yang tidak mereka rasakan sebelumnya.
Dan saat semuanya mulai kembali berkonsentrasi makan dan mengobrol dengan yang lain, sebuah teh kotak terulur dari sisi kiri Nandira.
"Minum. Marah-marah juga butuh energi. Apalagi marahin 23 orang." Gio berkata dengan senyum kecil di ujung bibirnya.
Nandira menghembuskan nafasnya tapi tetap menerima air minum dari Gio tanpa berkata apapun hingga saat ia mematung karena Gio mengusap kepala Nandira pelan seperti mengabaikan banyak tatap mata di sekelilingnya.
Secara reflek Nandira menendang kaki Gio hingga laki - laki itu mengaduh kecil. "Nggak usah macem-macem ya, lo." Nandira berkata galak dengan suara rendah.
Gio hanya terkekeh sambil memajukan wajahnya ke arah telinga Nandira. "You know what? the angrier you are, the more I fall in love with you. Jadi stop marah-marah. Gue makin sayang."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Neozard
General FictionKehidupan para mahasiswa yang tinggal di asrama Neozard dengan segala macam cerita dibalik kesempurnaan yang tercipta di depan mata. "Everyone has their own war; the painful one, the struggling one, the damaged one, the regretful one and the incurab...