Nandira masih berusaha mengendalikan rasa takutnya dengan bermain smartphonenya. Sementara Gio tanpa bertanya apapun, mengambilkan air minum untuk Dira dan menyalakan music player di mobilnya. Dira menerima botol air minum dari Gio dengan tangan gemetar yang masih kentara. Gadis itu seketika seperti kehilangan kekuatannya hanya untuk sekedar membuka tutup botol padahal Gio tau, Dira bahkan bisa membuka tutup selai di neozard yang terkenal sangat susah dibuka.
Dan Gio tau itu. sangat tau. Maka saat ia melihat Dira tidak bisa membuka tutup botol aqua, laki - laki itu berdecak kecil dan mengambil kembali botol air minum Nandira dan membukakannya untuk gadis itu tanpa berkata apapun.
Sementara Dira tidak menanyakan apapun karena handphonenya sudah terlebih dahulu bergetar.
Bunda sayang is calling....
Dira tersenyum kecil melihat layar handphonenya bersamaan dengan ia selesai meminum air yang Gio berikan.
Dira, dengan senyum manis yang terpatri di ujung bibirnya, menggeser icon hijau di layar handphonennya.
"Assalamualaikum bunda" Dira menyapa bundanya dari ujung telepon.
Sementara Gio—lagi - lagitanpa nandira sadar--- segera mengecilkan volume di mobilnya. Tidak ingin obrolan Dira dan bundanya terganggu. yang anehnya, membuat Malvin tersenyum miring melihat tingkah kakaknya.
"Iyaa buun. Disini juga tadi ada petir" Dira berkata sambil memainkan ujung slingbagnya.
"nggak papa bun. Tadi Dira nggak sendirian kok"
Kemudian Dira menoleh sebentar ke arah Gio dan Malvin. "Ada Gio sama adiknya Gio"
Gio mengerutkan keningnya samar. Agak kaget mendengar Dira mengucapkan namanya dengan sangat biasa seperti Gio adalah temannya. Bukan musuhnya.
Entah apa yang bunda Dira katakan, setelahnya Dira mendengus geli. "iya Gio yang itu bun. Yang suka bikin kakak emosi dan marah – marah" Ceplos Dira yang membuat Gio kembali mengerutkan keningnya.
"Adik Gio? namanya Malvin, bun. Iya. yang Gama pernah cerita. Iya. Aku pergi sama kakak adek"
Malvin yang mendengar namanya disebut bersamaan dengan kakaknya, mau tidak mau melihat ke arah spion tengah hanya untuk menemukan kakaknya juga melihat ke arah yang sama. Keduanya berakhir memutus kontak mata dengan hela nafas berat.
Setelah beberapa saat mengobrol dengan bundanya di telepon, Dira terlihat lebih santai. Gadis itu mematikan handphonenya dan kembali membesarkan volume lagu di mobil Gio. Ketiganya tidak berkata apapun yang anehnya, tidak terasa canggung. Mereka hanya sedang bersamaan menikmati jalanan lumayan ramai lancar dengan hujan yang lumayan lebat.
Dira suka hujan. Dira suka bau tanah setelah hujan. Dira hanya tidak suka petir yang menggelegar karena itu mengingatkannya pada insiden yang hampir merenggut nyawanya saat gadis itu duduk di bangku sekolah dasar.
Semenjak itu, bunda Nayla selalu meninggalkan apapun pekerjaan yang sedang ia lakukan saat hujan petir datang hanya untuk menemani Nandira. Bahkan saat beberapa kali Dira tertidur di kamarnya, bundanya akan tetap datang ke kamarnya untuk menemani Dira dan menepuk - nepuk lengan Dira, membiarkan Dira untuk kembali tidur dan tidak terganggu dengan suara petir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Neozard
General FictionKehidupan para mahasiswa yang tinggal di asrama Neozard dengan segala macam cerita dibalik kesempurnaan yang tercipta di depan mata. "Everyone has their own war; the painful one, the struggling one, the damaged one, the regretful one and the incurab...