Kehidupan para mahasiswa yang tinggal di asrama Neozard dengan segala macam cerita dibalik kesempurnaan yang tercipta di depan mata.
"Everyone has their own war; the painful one, the struggling one, the damaged one, the regretful one and the incurab...
------ masih akan mencantumkan poster ini sampai 5 chapter ke depan biar kalian nggak bingung---------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Kuliah belum aktif berlangsung tapi Dira memilih stay di asrama untuk menemani Gama yang sedang sibuk – sibuknya ospek. Walaupun disini semua sudah tersedia, tetap saja Dira berusaha menemani Gama saat adiknya itu sibuk dengan urusan PR selama ospek.
Kegiatan pengenalan dunia perkuliahan di kampus NeoCulture memang jauh dari perpeloncoan. Disini, mahasiswa baru diberikan pandangan tentang kampus dalam bentuk animasi yang ditonton bersama di auditorium. Selanjutnya mereka dipisah menurut fakultas untuk mendapat penjelasan tentang struktur organisasi dalam sebuah kampus juga unit kegiatan mahasiswa yang ada di kampus. Selanjutnya mereka akan berkenalan dengan teman – teman dari fakultas melalui grup grup yang dibentuk dengan banyak game yang disiapkan oleh panitia ospek. Sorenya, mereka akan mendapat tugas layaknya mahasiswa dimana mereka diminta untuk membuat essay dalam banyak tema. Untuk malam ini, mereka semua diharuskan menulis tentang diri mereka sendiri dan akan jadi seperti apa mereka dalam 1 tahun, 4 tahun dan 10 tahun kedepan.
Jadilah sekarang, Dira duduk di oval room dining hall sambil melihat Gama, Andra, Byan, Rain, Shota, Adit, Malvin, Langit dan Awan yang sedang serius dengan macbook mereka masing – masing. Dira memang menyarankan agar mereka mengerjakan di dining hall ini terutama oval room ini karena disini, makanan tersedia 24 jam dan tidak terlalu bising. Berbeda dengan ruang perpustakaan yang terlalu senyap dan tidak boleh membawa makanan ke dalam juga cozy room yang terlalu bising karena bersebelahan dengan media room dan music room.
"harus pake bahasa indonesia semua nggak sih, kak?" Langit bertanya pada Dira yang duduk di ujung meja.
"emang lo mau pake bahasa apa lagi selain indonesia?" Rain memotong tanpa menoleh dan tetap konsentrasi pada laptopnya.
"pake bahasa kalbu dikit" ceplos Langit yang membuat Rain menoleh dan mengumpat kasar.
Dira tertawa melihat interaksi di depannya. Gadis itu cukup kagum bagaimana para laki - laki di depannya ini baru mengenal selama seminggu tapi vibes mereka sudah seperti teman yang sudah kenal tahunan.
"Pake satu bahasa aja, Lang. Kalo mau english juga nggak papa. But make it into the whole paragraph ya. Jangan english indonesia kaya Kara sekarang ngomong. Agak nggak enak dibaca kalo di formal essay" Dira memberikan saran yang diangguki oleh semuanya.
Kemudian Gama dan teman – temannya kembali berkonsentrasi. Dira memperhatikan sekitarnya. Banyak anak semester baru yang juga ada disini. Sebagian sudah berkelompok dan beberapa lainnya duduk menyendiri—seperti dirinya dulu.
Dira tersenyum nanar mengingat bagaimana masa remajanya hanya penuh dengan kesendirian karena nama besar keluarganya. Jika tidak ada Altheza dan Kayzvan, Dira mungkin sudah dilabeli manusia super aneh yang kemana – mana sendiri dan mungkin sudah gila karena tidak pernah benar - benar punya teman – teman dekat.