Matahari terbit dari timur sebuah kastil megah, dengan pilar-pilar putih nan tinggi, juga kristal-kristal yang bergantungan dengan anggun. Cahaya matahari perlahan menyebarkan hangatnya ke penjuru negeri.
Terang pusat tata surya cukup untuk membangunkan seorang pemuda dengan rambut putih hasil buatan manusia.
Seusainya meregangkan tubuh, suara ribut dari halaman kastil terdengar.
Dia membuka jendela kamarnya yang menggantung dari tanah, "Hei, Hoon!" Sapanya kepada seseorang berkulit punggung tangan putih pucat.
Yang merasa terpanggil menoleh, menunjukkan tampangnya yang penuh lumpur, meski masih tak bisa menyembunyikan kulit pucatnya, "Asa, ini kamar barumu?" Tanyanya.
Pemuda berambut pirang bernama Asahi itu mengangguk, "Kamu apakan wajahmu?"
"Namanya juga latihan, memangnya kamu, kerjanya belajar saja." Balas Sunghoon.
"Susah ya?" Tanya Asahi lagi, retoris.
"Masih ditanya? Tapi lebih baik begini, daripada malu karena kita kalah di tanganmu." Ucap Sunghoon meremehkan Asahi, melambaikan tangannya pada yang lebih tua lalu naik ke atas kuda hitamnya.
Asahi tertawa kecil, tidak mengacuhkan sindiran Sunghoon.
Asahi keluar dari kamarnya tak lama kemudian, menatap malas dua anak yang duduk di kursi makan.
"Selamat pagi, Kak Asahi." Sapa salah satunya.
"Jangan berlagak akrab." Balas Asahi, nyaris melunturkan senyum dari pemberi sapaan keduanya di pagi ini.
"Ratu ada dimana?" Tanya anak itu lagi.
"Di kamarnya." Jawab Asahi seadanya.
"Ratu kenapa tidak makan disini?"
"Jake, bisa diam? Kursi makan bahkan belum penuh tapi kamu sudah membuatku kesal."
Setelah kalimat itu dilontarkan Asahi, senyuman resmi raib dari wajah Jake.
"Asahi." Panggil suara berat, membuat ketiga anak yang duduk di kursi meja makan menoleh.
"Iya, Ayah?" Jawab Asahi
"Dia, mereka adikmu." Ucap pria itu, menunjuk dua anak lainnya, hanya dijawab dengan anggukkan oleh Asahi.
Kedua anak yang disebut ayah Asahi sebagai 'adiknya' tersenyum, membuat Asahi palak dibuatnya.
"Kenapa aku harus berada di ruangan yang sama dengan mereka?" Tanya Asahi menunjuk kedua anak kembar tidak identik itu bergantian dengan telunjuknya.
"Karena kita akan belajar tentang tata krama kerajaan bersama, bukan ilmu pengetahuan. Di sini tingkat kalian semua sama." Jelas seorang guru yang menjelaskannya dengan anggun kepada Asahi.
"Bu Jennie cantik." Puji Jake.
"Jake, yang sopan." Tegur saudaranya yang lebih pendiam, Jay namanya.
"Jay, aku jujur." Balas Jake.
Jennie mengusap kepala Jake, "Terima kasih Jake. Sebelumnya, Jake dan Jay resmi mendapat guru baru dari kerajaan. Selamat!" Ucap Jennie sambil melirik ke arah Asahi yang wajahnya sudah menunjukkan ketidaktertarikan untuk mendengar lebih lanjut apa yang akan Jennie ucapkan.
"Siapa, Bu?" Tanya Jake ceria.
"Panggilnya kakak saja, ya... Yedam, ayo masuk." Ucap Jennie mempersilakan anak yang dari tadi bersembunyi dibalik pintu.
Ah, pantas saja. Dari tampangnya Asahi bisa menebak kalau guru ini berusia tidak jauh berbeda darinya.
"Wah! Kak Yedam? Jay, ini yang dibicarakan Haruto!" Ucap Jake kepada Jay.
Jay mengangguk dan menjabat tangan Yedam, "Haruto bercerita banyak tentang Kakak."
"Ah, iya? Senang mendengarnya. Sekarang, mau kita mulai langsung?" Tanya Yedam kepada kedua anak itu, lupa akan kehadiran satu pangeran lagi.
"Hamada Asahi." Ucap Asahi menjulurkan tangannya, minta dijabat.
"B-Bang Yedam..." Jawab Yedam.
Ini agak berlebihan, namun tangannya bergetar, ia tidak menyangka akan bertemu Asahi secara langsung. Yedam sudah mendengar banyak isu tentang anak tunggal Raja yang hemat senyum.
"Rambutmu bagus." Puji Asahi mengusap kepala Yedam, tiba-tiba. Asahi hanya jarang bertemu rakyat biasa yang punya rambut bagus, menurut kriteria pribadinya.
"Nah, kan, Kak Asahi itu baik." Bisik Jake kepada Jay.
"Siapa bilang?" Tanya Asahi masih memandang kearah Yedam, membuat yang dipandang merasa kikuk, berkali-kali melirik Jennie minta bantuan.
"Itu buktinya." Ucap Jake dengan nada percaya diri.
"Hanya kepada Yedam, tidak untuk kalian." Ucap Asahi lantas bertolak dari ruangan itu, menatap kedua anak kembar dengan tinggi yang tidak sampai sebahunya dengan bengis.
Ini baru awal, setelahnya Jennie menyesali perbuatannya yang meminta Yedam untuk menggantikan dirinya.
Breakthrough
introducing...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.