Cuaca hari itu panas sekali, apalagi bagi Sunghoon yang perlu memakai baju berlapis-lapis demi keselamatan dirinya.
Jay dan Jake bahkan sekolah dengan celana pendek, membuat Yedam iri karena juga ingin memakai celana pendek. Tapi Yedam masih cukup waras dan sayang dengan pekerjaannya.
"Kak Sunghoon!" Panggil Jake saat melihat Sunghoon melintasi jendela dengan kudanya. Jelas pemuda berkulit pucat itu tidak mendengarnya.
"Jake kenal Sunghoon?" Tanya Yedam
Jake mengangguk, "Kak Sunghoon baik. Kakak juga kenal, kan?" Tanya Jake
"I-iya..."
"Kenapa ragu? Bukannya saat Jay sakit, Kak Sunghoon yang meminta izin kepada kakak?" Tanya Jake, Jay hanya mendengarkan sambil terus mencatat materi yang Yedam tulis di papan.
"Bukan..."
"Jadi kakak tau Jay sakit darimana? Kakak tau sebelum aku bicara."
"Ada pelayan yang bilang begitu." Jelas Yedam, berusaha mengalihkan topik berat itu.
"Kenapa kakak dan Kak Sunghoon seperti tidak mengenal satu sama lain? Padahal mengaku kenal."
Yedam terdiam cukup lama. Benar juga. Mereka selalu memberikan sinyal mengenal satu sama lain, tapi tidak berperilaku begitu.
"Jake, catat dulu materinya." Ucap Jay, berhasil membaca situasi dimana Yedam mau pembicaraan tentang ini segera berakhir.
Yedam membuka dasi yang mengitari kerah bajunya dengan kasar, panas sekali hari itu, tidak sabar sampai rumah lalu mandi.
Tapi dewi fortuna tidak berpihak kepada Yedam, pemuda pintar itu terkena kibasan ekor kuda diperjalanan.
"Ah, ma---" Ucap sang penunggang terhenti saat melihat wajah orang yang dikibas kudanya.
"Kamu terus, selalu kamu biang masalah di hidup saya." Ucap Yedam saat melihat kuda milik siapa yang mengenainya.
"Maaf, mana saya tau kamu disana." Ucap Sunghoon setelah turun dari kudanya.
"Mata kamu selalu bagus, saya rasa saya cukup besar untuk ditabrak karena tidak terlihat."
Sunghoon melirik kearah Yedam malas, "Jangan berlebihan, kamu juga tidak cedera."
"Berlebihan? Ah, lupa, sekarang strata kamu jauh lebih tinggi dibanding saya, bukan?" Balas Yedam kesal.
"Bisa berhenti bicara soal strata? Saya mendapatkannya juga dengan susah payah."
"Kalau mau saya berhenti membawa pasal strata, jangan tinggi betul bicaramu. Satu desa juga tau rumah kita bertetangga, jelas silsilah bahwa Park Sunghoon dan Bang Yedam hanya rakyat proletar."
Mendengar kata-kata yang paling tidak ia sukai disebut, Sunghoon naik ke kudanya, "Kamu guru dan saya perwira, bukan buruh lagi." Ucap Sunghoon sambil memacu kudanya.
"Tinggalkan saja, masa lalu tidak bisa berbohong!!!" Teriak Yedam.
Dengan suara melengkingnya itu, tentu Sunghoon masih dengan jelas mendengar apa yang ia katakan. Hal itu membuat Sunghoon memacu kudanya lebih cepat, ingin segera pergi dari sana.
