Hari dimulai lagi dengan kokokan ayam dan cahaya matahari yang menembus masuk tanpa permisi ke kamar Asahi.
Jay dan Jake bangun seperti biasa. Pengecualian untuk Jake yang sekarang sering pakai wewangian sebab ada Sunghoon.
Mengatakan kalau Sunghoon sangat wangi dan Jake ingin seperti itu. Akibatnya ia meminta ibunya untuk membeli beberapa wewangian yang wanginya agak dewasa, karena miliknya dan Jay masih tercium seperti bayi.
Sunghoon sudah selesai memberi makan kuda kebanggaannya, mandi menggunakan akses khusus sebagai perwira kesayangan keluarga kerajaan agar bisa menyalip antrian perwira yang hendak mandi, lalu berangkat sarapan ke kastil.
Senyum Jake menggembang saat melihat Sunghoon memasuki ruang makan.
"Tuan, kapan ayah akan pulang?" Tanya Jake kepada salah satu penjaga kepercayaan ayahnya.
"3 hari lagi, Pangeran."
Bukannya bersorak senang, Jake malah menghembuskan napas dan mendecih.
"Kenapa?" Tanya Jay
Jake lantas menarik kembarannya agar mendekat ke arahnya, "Kalau ayah pulang, Kak Sunghoon tidak makan disini lagi." Bisik Jake.
Jay mengetuk kepala Jake dengan sendok, "Jangan sampai didengar anak bersurai pirang itu, bisa mati kamu." Ucap Jay secara tidak langsung menyebut Asahi yang kini sedang berbincang dengan Sunghoon.
"Ibuku dan ibu kalian tidak ada disini." Ucap Asahi tiba-tiba
"Hah? Kemana mereka?" Tanya Jake melirik ke arah Jay yang sedang mengingat kata-kata yang mungkin ibunya sampaikan padanya terakhir kali mereka bertemu.
"Entahlah, mungkin sedang dorong-dorongan atau jambak-jambakan di tepi sungai." Jawab Asahi asal, mengundang ekspresi malas dari kedua anak kembar itu serta satu tepukan di bahu dari Sunghoon.
"Kamu pikir Ratu dan selir itu siapa." Kelakar Sunghoon kepada Asahi, tertawa kecil membuat taringnya terlihat.
"Wah... Kak Sunghoon punya taring!" Ucap Jake menunjuk Sunghoon, yang ditunjuk lantas menutup mulutnya dengan tangan.
"Shh, jangan ribut." Jay memperingatkan Jake.
"Aku undang Yedam kesini, tunggu sebentar." Ucap Asahi membuat Sunghoon membuka mulutnya.
"Untuk apa?" Tanya Sunghoon.
"Apa aku terlihat sedang hendak menggusur rumah?" Sarkas Asahi.
"Kak Sunghoon kenapa terkejut?" Tanya Jake dengan nada curiga.
"Ah, tidak..." Jawab Sunghoon menggaruk tengkuknya.
Yedam datang tak berapa lama kemudian, menunduk ala kadarnya lalu duduk di kursi dekat Jay, "Terimakasih sudah mengundangku kesini, Asahi."
"Huh? Asahi?" Reaksi Sunghoon
"Iya, kami berteman." Jawab Yedam, ditunjukannya senyum kepada Sunghoon yang dibalas decihan kecil dari Sunghoon.
Mereka belum selesai makan, piring Jay bahkan belum habis setengahnya, namun Yedam merasakan getaran dari tanah yang ia injak.
"Hm, apa kalian juga merasakannya?" Tanya Yedam.
Asahi dan Sunghoon mengangguk, Jay dan Jake tidak panik sampai salah satu kristal dari lampu gantung diatas mereka jatuh dan menyebabkan piring pecah.
"Jay, Jake! Berlindung ke bawah meja!" Teriak Sunghoon.
Asahi juga terkejut, baru sekali itu dia mendengar Sunghoon berteriak panik. Yedam? Ikut berlindung ke bawah meja namun tidak kaget dengan teriakan Sunghoon, karena dulu Sunghoon lebih rajin berteriak.
"Aku tidak?" Tanya Asahi yang masih berdiri saat keempat pemuda lainnya sudah di bawah meja makan.
"Hamada Asahi, jangan bodoh!" Teriak Sunghoon, menarik kaki Asahi untuk ikut berlindung di bawah meja.
Asahi masih sempat tertawa mendengar nada panik di ucapan Sunghoon.
"Kenapa Kakak panik sekali?" Tanya Jay mewakilkan Jake yang sekarang juga panik, makin panik saat mendengar pecah beling lainnya terjatuh.
"Hng, t-tidak juga." Jawab Sunghoon berkeringat.
"Takut..." Ucap Jake memeluk Sunghoon erat-erat sambil menggenggam tangan Jay.
"Tidak apa..." Ucap Yedam mengelus bahu kedua muridnya.
Perangkat komunikasi milik Sunghoon berbunyi, atasannya bertanya tentang keadaan di dalam kastil, "Siap melaporkan, dengan prajurit PSH, tiga putra kerajaan aman, ganti."
"Prajurit PSH, apa ada satu guru kerajaan bersama kalian? Ganti." Tanya atasannya
Sunghoon melirik Yedam, "Siap, dia ada bersama kami semua, ganti."
"Jaga mereka sampai kami bisa mengakses pintu masuk ke kastil yang runtuh, ganti."
Sunghoon menghela napasnya, "Siap--"
Asahi merebut perangkat milik Sunghoon, "Dengan Hamada Asahi, apa suara saya terdengar? Ganti."
"Siap, terdengar jelas Pangeran, ganti."
"Baik, bagaimana keadaan diluar istana? Ganti."
"Beberapa rumah hancur, akan dilakukan evakuasi secepatnya, ganti."
"Utamakan keselamatan rakyat, kami berlima baik-baik saja disini, ganti."
"Siap laksanakan, Pangeran!"
"Mari tunggu disini sampai tidak ada gempa susulan lagi." Ucap Asahi, menyenderkan tubuhnya di salah satu kaki meja.
"Wah, kakak bijak sekali." Puji Jake yang sudah tidak lagi memeluk Sunghoon.
Asahi baru pertama kali merasa tersanjung dipuji. Entah kenapa suara Jake sangat lucu dan membuatnya malu.
Apakah Asahi harus benar-benar memperlakukan kedua anak kembar, yang kini sedang berpegangan tangan, itu dengan baik?
Lagipula Sunghoon ada benarnya, semua yang terjadi bukan benar-benar salah mereka...
